Bisnis.com, JAKARTA - Lululemon menutup pusat distribusinya di Washington dan memberhentikan sekitar 128 karyawan, karena adanya perlambatan permintaan penjualan produk pakaian.
Lululemon memproduksi baju olahraga, pakaian atletik untuk yoga, lari, latihan, dan olahraga lainnya. Brand ini terinspirasi untuk menciptakan gaya hidup sehat.
Dikutip dari Reuters, Senin (22/4/2024), perusahaan yang berbasis di Vancouver akan menutup pusat distribusi Sumner sebagai bagian dari upaya optimalisasi bisnisnya dan memangkas 128 pekerjaan mulai tanggal 21 Juni.
Adapun biaya sewa pusat distribusi Sumner Lululemon seluas 150.000 kaki persegi akan berakhir pada Juli 2025. Juru bicara Lululemon mengatakan beberapa karyawan akan dipertahankan dan dipindahkan ke wilayah lain, termasuk pusat distribusi yang baru dibuka di wilayah Los Angeles.
Berdasarkan informasi dari WARN yang diajukan ke Departemen Keamanan Ketenagakerjaan negara bagian tersebut. Langkah ini dilakukan aksi PHK yang dilakukan oleh Lululemon terjadi karena adanya permintaan yang melambat untuk olahraga premiumnya di Amerika Utara.
Kondisi tersebut membuat stok yang membludak di kelompok pengecer pakaian olahraga. Stok yang menumpuk juga karena penurunan pesanan pakaian olahraga.
“Kami secara berkala mengevaluasi jaringan distribusi kami untuk membantu membentuk dan mendukung visi masa depan bisnis kami,” kata juru bicara perusahaan kepada Reuters.
Karena penutupan pusat distribusi ini, saham Lululemon anjlok lebih dari 31% sepanjang tahun ini. Perusahaan ini didirikan oleh miliarder Kanada, Chip Wilson. Pengusaha berusia 68 tahun ini mengubah perspektif pakaian aktif wanita menjadi pakaian sehari-hari.
Sebagai informasi, Chip Wilson mendirikan merek olahraga Lululemon pada tahun 1997. Toko Lululemon pertama dibuka pada tahun 2000 di Vancouver.
Dalam laporan Forbes, Wilson sering dikreditkan dengan menciptakan dan menormalkan olahraga untuk pakaian sehari-hari, bukan hanya untuk berolahraga.
Wilson pernah berkata bahwa dia menamai perusahaannya Lululemon karena dia yakin orang Jepang tidak bisa mengucapkan huruf L. Dia juga mengatakan bahwa nama merek dengan huruf L dianggap lebih autentik bagi konsumen Jepang.