Bisnis.com, JAKARTA - Setelah jadi salah satu produk AI (kecerdasan buatan/Artificial Intelligence) paling terkenal, ChatGPT kini bakal punya saingan dari China, yaitu DeepSeek.
Dirilis baru pertengahan Januari lalu, chatbot kecerdasan buatan DeepSeek ini telah menjadi perbincangan hangat dan bahkan melejit ke posisi puncak tangga unduhan di Apple Store, yang tentu menggemparkan dunia AI (kecerdasan buatan) secara luas.
Namun, siapakah sosok di balik DeepSeek, dan bagaimana dia mengembangkan chatbot AI ini?
Adalah Liang Wenfeng, yang kini muncul dalam industri AI ini, dan bahkan ada yang menyebutnya Sam Altman dari China. Namun, perjalanan begiut menarik hingga bisa berada di titik saat ini.
Mengutip berbagai sumber, pria yang lahir pada tahun 1980-an ini tumbuh di kota "lapis kelima" China, Guangdong dan dari keluarga sederhana, dengan Ayahnya hanyalah seorang guru sekolah dasar.
Dia kemudian menerima gelar sarjana dan pascasarjana dari Universitas Zhejiang, salah satu universitas tertua dan berperingkat terbaik di China
Baca Juga
Pada 2015, Liang dan dua teman sekelasnya dari Universitas Zhejiang mendirikan sebuah dana lindung nilai (hedgefund) kuantitatif, High-Flyer, yang dalam situs webnya mengatakan bahwa dana tersebut "bergantung pada matematika dan AI untuk investasi kuantitatif".
Pada tahun-tahun berikutnya, dana lindung nilai tersebut tumbuh pesat di China, dan menjadi dana lindung nilai kuantitatif pertama yang mengumpulkan lebih dari 100 miliar RMB, sekitar US$15 miliar atau Rp200,85 triliun.
Pada 2021, jumlahnya turun menjadi sekitar US$8 miliar tetapi High-Flyer tetap menjadi salah satu dana lindung nilai kuantitatif terpenting di negara tersebut.
Seiring dengan pertumbuhan usahanya, menurut laporan Financial Times, Liang juga mulai membeli ribuan prosesor grafis dari Nvidia, sebelum pemerintahan Joe Biden mulai membatasi ekspor chip AI AS ke China, dan dia kembangkan sebagai proyek sampingan.
Menurut orang-orang yang dekat dengan Liang, tidak seorang pun mengira proyek ini akan menghasilkan apa-apa karena dia sendiri menganggapnya hanya sebagai hobi.
Kemudian, dia memulai DeepSeek pada 2023, dengan tujuan mengembangkan kecerdasan umum buatan, atau tingkat AI yang setara dengan kecerdasan manusia.
Liang yang baru berusia 40 tahun terlibat secara pribadi dalam DeepSeek dan penelitiannya. Berbicara kepada publikasi teknologi China, QBitAI, dia mengatakan bahwa ketika menyusun timnya, dia tidak mencari insinyur berpengalaman.
Sebaliknya, Liang mendekati mahasiswa PhD dari universitas-universitas top China seperti Universitas Peking dan Tsinghua dengan sangat mahal, setara dengan perusahaan teknologi lokal seperti induk perusahaan TikTok, ByteDance.
Menurutnya, banyak yang telah mempublikasikan jurnal-jurnal top dan memenangkan penghargaan di konferensi-konferensi akademis internasional, tetapi kurang memiliki pengalaman industri.
Perusahaan tersebut sempat menghadapi masalah terbesarnya pada 2022 sebelum resmi meluncur, ketika pemerintah AS mulai melarang perusahaan-perusahaan AI China mengakses chip-chip canggih seperti H100 milik Nvidia. Namun, DeepSeek harus menemukan solusi, dan mereka berhasil.
DeepSeek kini menghancurkan reli saham AS, karena pengembangan AI mutakhirnya dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pesaing seperti OpenAI dan Google.
Pada Senin, saham Nvidia anjlok 17%, yang menyebabkan aksi jual yang membuat Nasdaq turun 3% dan S&P 500 turun 1,8%.
Liang juga menegaskan bahwa dengan DeepSeek, tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan cepat dan juga memajukan batas teknologi. Dan untuk itu, dia telah bersumpah bahwa perusahaan tidak akan menutup sumber daya.
Dengan DeepSeek, Liang ingin mendorong China lebih maju. Dia pernah mengatakan bahwa AI China tidak dapat terus-menerus menjadi pengikut.
"Kami sering mengatakan ada kesenjangan satu atau dua tahun antara China dan AS, tetapi kesenjangan yang sebenarnya adalah antara orisinalitas dan imitasi. Jika ini tidak berubah, China akan selalu menjadi pengikut. Itulah sebabnya beberapa eksplorasi tidak dapat dihindari," ungkapnya.
Namun, masih harus dilihat apakah DeepSeek dapat bersaing dengan mitra-mitra Baratnya. Seperti yang dicatat oleh orang dalam industri, banyak keberhasilan DeepSeek bergantung pada High-Flyer.
Selain itu, para pesaing AS tidak hanya berdiam diri. OpenAI sedang membuat usaha patungan dengan SoftBank Jepang, yang dijuluki Stargate, dengan rencana untuk menghabiskan setidaknya US$100 miliar untuk infrastruktur AI di AS.
Kemudian, ada xAI milik Elon Musk yang juga secara besar-besaran memperluas superkomputer Colossus-nya untuk membantu melatih model AI Grok-nya.
Namun, seperti yang dikatakan kapitalis ventura Marc Andreessen, penasihat dekat Presiden AS Donald Trump, kepada AFP, bahwa DeepSeek R1 bisa menjadi momen Sputnik AI.
"Ini adalah salah satu terobosan paling menakjubkan dan mengesankan yang pernah saya lihat."