Saat krisis ekonomi melanda negara-negara Asia pada akhir 1990, Charoen Pokphand (CP), konglomerat asal Thailand, termasuk yang terkena dampak paling parah. Kabar baiknya, CP lantas menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam terlalu banyak bisnis.
Oleh karenanya, CP memutuskan untuk melakukan restrukturisasi guna memperbaiki kinerjanya. Sejumlah anak perusahaan dan unit bisnis dilepas kepemilikannya. Contohnya adalah Lotus Supercenter yang dijual kepada Tesco di Inggris; unit bisnis Ek Chor Motorcycle di Shanghai, China; dan sebagian unit bisnis TelecomAsia (TA).
CP juga berjuang memulihkan posisi dan kondisi keuangannya. Tujuannya adalah agar utang-utangnya dapat dikelola pada tingkat yang wajar. CP juga memutuskan untuk memfokuskan sumber dayanya kepada sektor agrobisnis. Banyak usaha dilakukan guna meningkatkan efisiensi. Salah satunya adalah menggabungkan 11 unit bisnis yang bergerak dalam bidang agrobisnis. Kini CP, perusahaan keluarga yang sekarang dipimpin oleh Dhanin Chearavanont, telah bangkit menjadi perusahaan agrobisnis berkelas dunia.
CP beruntung karena segera menyadari kekeliruannya: melakukan diversifikasi yang berlebihan. Tentu tidak dilarang melakukan diversifikasi, asal dilandasi oleh perhitungan yang matang.
Banyak perusahaan keluarga yang sukses melakukannya. Contohnya adalah Cargill (AS), Tata Group (India), LG (Korea Selatan), dan Sabanci (Turki). Namun, bukan pilihan yang salah pula bila perusahaan keluarga memutuskan untuk tetap berfokus pada bisnis intinya.
Contoh untuk kasus ini adalah adalah Walmart. Perusahaan yang didirikan dan dipimpin oleh keluarga Walton ini tetap setia dengan bisnis ritelnya. Contoh lainnya adalah Michelin, perusahaan produsen ban asal Prancis yang didirikan pada 1888 oleh Michelin bersaudara, Edouard dan Andre.
Apapun strategi yang dipilih, diversifikasi atau fokus, hendaknya tidak lepas dari orientasi jangka panjang. Orientasi jangka panjang telah diakui sebagai salah satu kekuatan sebuah perusahaan keluarga. Biasanya, pemimpin perusahaan keluarga tidak hanya berpikir untuk kepentingan saat ini, melainkan juga kepentingan anak-anaknya, yang diharapkan akan meneruskan bisnis keluarga kelak. Dengan berorientasi jangka panjang, reputasi bisnis dan keluarga dapat terjaga.
Ada sejumlah karakteristik perusahaan yang berorientasi jangka panjang. Yang utama adalah menghindari tindakan mengejar keuntungan sesaat sehingga terjebak perilaku yang tidak etis. Jika sampai terjebak, hal ini bukan saja menghancurkan bisnis tetapi juga menodai nama baik keluarga. Bagi perusahaan-perusahaan ini, keuntungan jangka pendek tidak akan bermanfaat jika bisnis yang digeluti tidak mampu bertahan lama.
Karakteristik berikutnya adalah anggota keluarga menghindari gaya hidup yang tidak wajar. Bagi perusahaan keluarga, uang perusahaan adalah juga uang keluarga. Jika tidak dikelola dengan hati-hati, apalagi sampai dihambur-hamburkan, kehidupan keluarga juga ikut terancam. Maka tak heran jika setiap setiap pengeluaran selalu diperhitungkan dengan matang.
Orientasi jangka panjang telah diakui sebagai salah satu kekuatan sebuah perusahaan keluarga
Orientasi jangka panjang memungkinkan perusahaan keluarga memfokuskan diri pada pencapaian visi dan misinya. Hal ini juga memotivasi anggota keluarga untuk senantiasa menghasilkan produk, proses, dan layanan yang berkualitas tinggi.
Sebagai contoh adalah Panda Express, sebuah perusahaan pengelola jaringan restoran penyedia masakan Cina terbesar di Amerika Serikat (AS) yang bermarkas di Rosemeat, California. Perusahaan ini didirikan oleh keluarga Cherng. Panda Express terkenal dengan kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap hal-hal yang detail. Bagi Panda Express, kebersihan adalah hal nomor satu.
Hati-hati Dengan Pinjaman
Dari sisi pengelolaan keuangan perusahaan, perusahaan keluarga akan sangat berhati-hati dengan utang. Dalam batas-batas tertentu, utang memang dapat membantu meningkatklan nilai perusahaan. Namun, teori ini kerap tidak mampu meyakinkan para pemilik perusahaan keluarga.
Bagi mereka, utang identik dengan ketergantungan kepada pihak lain. Kalaupun terpaksa, mereka bisanya meminjam kepada pihak-pihak yang telah dipercaya. Maka tak heran perusahaan keluarga yang berorientasi jangka panjang jarang terperangkap dalam utang yang besar.
Perusahaan keluarga yang berorientasi jangka panjang tidak akan senang berdiam diri dalam zona nyaman. Mereka tidak akan terlena dengan kesuksesan di masa lalu. Mereka tiada henti melakukan inovasi dalam menanggapi perubahan lingkungan.
Bentuk inovasi tentu bermacam-macam, mulai dari inovasi produk, inovasi proses produksi, sampai dengan inovasi pemasaran. Mereka juga rajin mencari pasar-pasar baru. Dalam sejarah, dari perusahaan keluarga kerap lahir inovasi-inovasi yang meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam mengelola sumber daya manusia (SDM)-nya, perusahaan keluarga yang berorientasi jangka panjang tidak hanya mengandalkan insentif finansial, melainkan juga pada faktor-faktor non finansial semisal suasana kerja, peluang pengembangan karier, dan pengembangan kompetensi karyawan.
Selama ini, suksesi dan konflik keluarga menjadi dua penyebab utama runtuhnya perusahaan keluarga. Kedua hal ini wajib diantisipasi melalui perencanaan suksesi yang matang dan manajemen dan pencegahan konfli yang efektif. Sayangnya, kedua hal ini masih menjadi titik lemah di banyak perusahaan keluarga.
Orientasi jangka panjang, yang dicirikan oleh tidak mengejar keuntungan sesaat, gaya hidup yang wajar, produk dan layanan berkualitas tinggi, inovatif, pengelolaan SDM yang komprehensif, dan antisipasi terhadap suksesi dan konflik wajib dimiliki perusahaan keluarga jika ingin bertahan dari generasi ke generasi.(msb)
*CEO The Jakarta Consulting Group