BISNIS.COM, JAKARTA--Pada awal tahun regulator perdagangan berjangka menargetkan porsi transaksi di bursa yang melibatkan banyak pihak (multilateral) sebesar 30% dari total transaksi yang ada.
Meski belum ada peraturan, angka tersebut terbilang besar padahal tahun lalu salah satu bursa berjangka belum dapat mencapai target 5% transaksi multilateral.
Bisnis mewawancarai Direktur Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Bihar Sakti Wibowo mengenai target itu dan kaitannya dengan transaksi bilateral (sistem perdagangan alternatif/SPA) yang ada sekarang. Berikut petikannya.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) tahun ini menargetkan transaksi multilateral 30%, bagaimana cara mencapainya?
Sebelumnya ada SK Bappebti yang mengatur pialang melakukan transaksi multilateral 5%. Memang untuk 5% saja tidak semua pialang bisa mencapai itu.
Dari total sekitar 60 pialang, masih banyak yang harus mengembangkan diri untuk mencapai itu meski pialang lain sudah bisa.
Melihat hal itu kita dianggap mampu, maka target tahun ini dinaikkan tidak tanggung-tanggung dari 5% jadi 30%.
Memang berat tetapi ini amanah. Bursa harus jalankan bersama anggotanya agar yang dicanangkan pemerintah ini bisa dijalankan dengan baik.
Lompatan ini terlalu tinggi. Kalau tak tercapai, apakah siap jika ada sanksi atau evaluasi?
Itu yang beberapa waktu lalu dibahas dalam pertemuan di Bali.
Ada Pak Wamen (Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi), dirumuskan saja 30% dari mana, siapa yang memiliki beban itu pialang atau bursanya, kalau soal itu yang lebih tepat ditanyakan ya Bappebti.
Bursa dan anggota hanya pelaksananya. Kalau ditargetkan sekian ya siap saja, kalau ada sanksi siap saja.
Untuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan kita revisi total karena intinya semua kegiatan yang kita lakukan di bursa harus mengarah ke target 30% itu.
Tidak mudah dan bukan anggaran sedikit, karena edukasi harus disiapkan lagi, kemudian sarana, prasarana, sistem jaringan harus ditingkatkan.
Koneksi internet juga harus ditingkatkan. Apa pun kita coba lakukan upaya supaya mengarah ke situ.
Kalau tadi berpikir hanya ke kontrak-kontrak yang selama ini ada. Harus diriset lagi contohnya apa perlu kontrak kakao lain, apa perlu gold (emas) lain.
Perlu inovasi. Kita dituntut untuk bisa mengembangkan kontrak-kontrak itu.
Produk baru apa yang sudah disiapkan?
Kita ada batu bara, karet, tapi itu tidak mudah. Mungkin kita percepat persiapannya. Mungkin juga sambil jalan, mungkin kita akan luncurkan yang lain
lagi.
Teman-teman riset melakukan kajian lagi. Mudah-mudahan nanti ada kontrak lain di luar yang sudah diluncurkan.
Transaksi bilateral lebih banyak di BBJ, apa karena kontrak multilateral lebih menarik jadi pelaku pilih SPA daripada multilateral?
Orang kalau sudah kenal yang enak, disuruh yang baru sulit. Misalnya ada hamburger dan singkong goreng.
Hamburger yang sudah lama dimakan, itu yang dianggap enak tetapi mereka belum coba singkong.
Kalau saya sih pilih singkong. Analogi seperti itu. Pialang itu sebelum ada bursa sudah biasa transaksi kontrak (bilateral) itu.
Setelah ada bursa, kontrak di dalam bursa, penyesuaiannnya lebih lama.
Balik lagi itu adalah historikal ada yang suka, ada yang tidak.
Sekarang itu bagaimana sosialisasikan bagaimana cara mengenalkan ini yang lebih enak, simpel, dan potential business.
Tapi bukan berarti yang lain lebih ga enak. Mereka belum tahu, belum merasakan.
Ini soal sesuatu yang belum mereka sentuh, mereka tahu tapi belum coba.
Apakah multilateral ini tidak ada peminat?
Bukan tidak ada peminat. Berdasarkan survei kita lihat mereka tidak mau dengan alasan kurang orang dan infrastruktur sistemnya.
Sekarang kita siapkan, kita bantu buat suratnya. Sebenarnya bukan tugas bursa tapi ini amanah jadi bursa bantu anggotanya.
Bursa akan support apapun untuk anggotanya. Contoh, bagaimana siapkan struktur, spesifikasi kontrak pialang ini.
Ada beberapa teman pialang yang minta carikan orang. Bursa jadi melakukan tugas di luar kewajiban.
Bilamana mereka mau edukasi promosi, undang nasabah, tinggal tunjuk di mana, bursa yang biayai.
Kami undang nasabah dan pertemukan dengan pialang kayak biro jodoh.
Persyaratan untuk jadi anggota bursa pernah diatur sebelumnya?
Target 30% ini baru muncul pada Januari tetapi mereka sudah lama beroperasi, 3 tahun bahkan 10 tahun.
Mereka harus ikuti ketentuan berlaku. Selama ini mereka aktivitas nyaman, ada bilateral, multilateral sesuaikan.
Anggap saja itu dinamika pasar. Namun, kita ketuk juga, tolong dipersiapkan.
Beberapa kali ditanyakan belum siap, artinya mereka tidak mau menyiapkan.
Itu kami sampaikan ke Bappebti bahwa perlu ada enforcement juga, kalo ga dipaksa juga mereka sudah enak.
Namun bursa tidak melihat itu sebagai enforcement, tapi anggap saja itu amanah yang tujuannya baik.
Potensi negara kita, bursa menjadi acuan harga, price reference.
Ironi negara kaya komoditas ini tetapi harga tidak mengacu ke sini.
Produk lain yang di Indonesia?
Ya kita kembangkan tetapi kakao sekarang jadi fokus. Selain kejar kuantitas tapi kualitas juga.
Buat apa volume besar kalau tidak pengaruhi harga. Ada juga kontrak yang volumenya besar tetapi tidak jadi acuan harga.
Bagaimana kontrak mini untuk SPA?
Untuk kontrak mini lumayan jalan. Tapi ingat kembali dasar Bappebti keluarkan itu karena banyak broker tidak berizin yang keluarkan itu.
Ada kontrak ukuran kecil maka dengan mudah seluruh masyarakat transaksi di perusahaan itu.
Kontrak mini ini bagus karena berikan perlindungan. (ra)