BISNIS.COM, SEMARANG – Putra Indonesia kembali menunjukan prestasinya di kancah internasional. Kali ini adalah Wimboh Santoso, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) New York, AS yang ditunjuk sebagai Executive Director Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF).
Jabatan yang akan dipegang oleh Wimboh mulai April 2013 ini merupakan posisi penting karena membawa aspirasi seluruh Asia Tenggara ke IMF. Posisi yang sama pernah dijabat oleh Sri Mulyani yang sekarang menjabat sebagai Managing Director WorldBank dan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
Berikut adalah profil singkat dari Wimboh Santoso :
Wimboh terlahir ke dunia pada 15 Maret 1957 di Boyolali yang dikenal sebagai kota penghasil susu. Dia menghabiskan masa muda di Soloraya.
Pendidikan formal strata satu diraihnya dari Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada 1983. Dengan bekal gelar Sarjana Ekonomi itu dia meniti karir sebagai pengawas bank di BI
Ayah tiga anak ini melanjutkan studinya dalam program Master of Science in Business Administration di University of Illinois, Amerika pada 1991. Pendidikan ini diselesaikan pada September 1993.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang Doktor di Loughborough University, Inggris, dengan studi konsentrasi Financial Economics pada 1995.
Dengan memboyong gelar PhD, Wimboh kembali ke Indonesia pada 1999. Dia membawa ilmu manajemen risiko (risk management) untuk diterapkan pada perbankan Indonesia. Banyak regulasi perbankan yang lahir atas peran Wimboh.
Selain bekerja di BI, Wimboh juga mulai aktif mengajar pada sejumlah Perguruan Tinggi. Dia juga ikut mendirikan program Magister Management Universitas Indonesia di bidang Risk Management pada 2001.
Dalam setahun terakhir nama Wimboh sempat menghilang dari berita tentangt perbankan di Tanah Air Maklum dia sudah tidak berdomisili di Indonesia sejak menjabat sebagai Kepala Perwakilan BI New York.
Baya wis lali wong iki?
Ada legenda tentang pembentukan nama Boyolali, yang nota bene kota kelahiran Wimboh Santoso. Kabupaten yang terletak antara Solo dan Salatiga ini pernah menjadi tempat peristirahatan Ki Ageng Pandan Arang, Bupati pertama Semarang pada abad XVI.
Kala itu, Ki Ageng Pandan Arang diutus oleh Sunan Kalijaga untuk pergi ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) dalam rangka syiar agama Islam. Dalam perjalanan itu, dia mengalami banyak rintangan sehngga anak dan istrinya sempat tertinggal.
Di tempat yang dikenal sebagai Boyolali pada saat ini, Ki Ageng Pandan Arang menunggu anak dan istrinya, sambil beristirahat di sebuah batu besar.
Dalam istirahatnya Ki Ageng berucap “baya wis lali wong iki”. Ucapan baya wis lali tersebut kemudian dikenal banyak orang dan diabadikan menjadi nama Boyolali. Arti ucapan Ki Ageng itu sendiri dalam bahasa Indonesia adalah “sudah lupakah orang ini?
Semoga Wimboh Santoso tidak lupa untuk memperjuangan aspirasi Asia Tenggara, termasuk Indonesia di lembaga moneter internasional yang dipimpinnya.