“ Perbedaan antara orang sukses dan yang tidak adalah
bukan pada kurangnya kekuatan, juga
bukan karena kurangnya pengetahuan. Perbedaan mereka
adalah kurangnya kemauan ,” Vince Lombardi.
Sangat menyenangkan mendapatkan pelayanan dari penjahit ini. Bertahun-tahun belakangan ini saya menjadi pelanggannya yang setia. Di samping karena soal kualitas jahitnya yang memang bagus, satu aspek yang menonjol adalah penjahit ini selalu bisa tepat waktu.
Bahkan lebih banyak penyelesaiannya yang lebih cepat dari yang dijanjikan. Kalau di penjahit lain sering terjadi keterlambatan waktu, yang satu ini malah selalu berusaha untuk 1 atau 2 hari lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Dia selalu berusaha untuk berbuat lebih bagi pelanggannya.
Seorang kolega saya, yang memiliki reputasi bagus sebagai seorang eksekutif suatu perusahaan terkemuka di Indonesia, pernah menceritakan salah satu prinsip kerja yang dianutnya, yaitu soal kemauan berbuat lebih.
“Saya selalu mengingatkan untuk ‘curi start’ kepada tim saya. Kalau atasan meminta saya, semua target harus tercapai pada Januari tahun depan misalnya, saya dan tim akan coba selesaikan pada November tahun sebelumnya.”
Dengan semangatnya yang berkobar-kobar ia menuturkan, “Juga soal target profit. Kalau atasan dan saya sudah sepakati target 100, saya akan kejar untuk dapat paling tidak 110.”
Seorang kawan lain, suatu pimpinan perusahaan pernah bercerita, “Saya suka mengamati tim saya dalam bekerja. Ada yang memang hebat, rajin dan nggak itungan. Sangat sering bekerja sampai malam, jauh lewat jam kerja normal, tanpa mengeluh, tanpa menuntut macam-macam. Orang-orang inilah yang ada di urutan teratas untuk orang-orang yang saya akan promosikan kelak.”
Setiap anggota memiliki kompetensi atau kemampuan adalah suatu syarat mutlak organisasi yang efektif. Memiliki ‘mentalitas bisa’ atau can do spirit adalah penting. Namun, di atas soal kompetensi, di atas kemampuan atau can do ini, soal kemauan untuk bekerja keras, kemauan untuk berbuat lebih adalah hal yang lebih utama. Kalimat ini sangat populer, meskipun juga sangat kuno, “Dimana ada kemauan, di situ pasti ada.”
“Kemauan untuk menang, semangat untuk sukses, perjuangan untuk mewujudkan kemampuanmu adalah kunci pembuka kehebatan pribadi,” ujar Confisius.
Kemauan berbuat lebih (willingness to do more) adalah mantra sakti segenap perusahaan sukses di dunia. Dalam banyak perusahaan besar dan sukses di dunia, termasuk beberapa perusahaan terkemuka di Indonesia, willingness to do more adalah mentalitas dasar yang menjadi fondasi kebijakan-kebijakan perusahaan. Dalam praktek di perusahaan-perusahaan tersebut, willingness to do more adalah bab utama dari buku pedoman manajemen (management handbook).
“Selalu lakukan lebih dari yang diminta kepada Anda,” ujar George Patton, Jendral Amerika yang terkenal dalam perang dunia ke dua.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dan, hidup adalah soal pilihan, soal pengambilan keputusan dalam melangkah ke depan. “Setiap orang harus memutuskan apakah memilih jalan cerah suatu semangat berbagi yang kreatif, atau jalan gelap suatu egoisme yang merusak,” ujar Martin Luther King Jr, seorang pemimpin Afro-Amerika, aktivis perdamaian dan hak azasi manusia.
Sementara cerita muram juga banyak terjadi. Contoh sederhana: karyawan yang selalu ‘teng-bur’, pas pada menit awal jam bubar resmi kantor, langsung kabur, pulang. Atau karyawan yang melakukan tugas selalu pas-pasan saja, persis uraian pekerjaan (job description). Atau karyawan yang selalu hanya pas 100% dalam pemenuhan target operasionalnya, dan bahkan kurang dari target.
Dan lebih menyedihkan, manakala para karyawan pas-pasan ini diminta untuk berbuat lebih, tuntutan dari mereka pun bermunculan. Musti ada tunjangan ini-itu, musti ada fasilitas ini-itu. Seakan yang diminta untuk dilakukan olehnya adalah suatu pengorbanan yang luar biasa.
Padahal, “Kalau Anda memutuskan melakukan sesuatu, jangan sebutkan itu sebagai pengorbanan, karena tidak ada orang yang memaksa Anda melakukannya,” ujar Aung San Suu Kyi, pahlawan wanita Myanmar. Karena demikianlah, segala sesuatu hanya akan berjalan baik bila dilakukan dengan niat baik, niat berbuat lebih.
Dan sekali lagi, hidup adalah soal pilihan, dengan segenap konsekuensinya. Sebagai sikap hidup yang lebih arif, William Arthur Ward, seorang penulis dan pengajar terkemuka menasihatkan secara lengkap perihal berbuat lebih ini, “Berbuat lebih ketimbang diam adalah berpartisipasi. Berbuat lebih ketimbang perhatian adalah membantu. Berbuat lebih ketimbang jujur adalah berbuat baik. Berbuat lebih ketimbang memaafkan adalah melupakan. Berbuat lebih ketimbang bermimpi adalah bekerja.”
Berbuat lebih adalah mengisi tabungan kebaikan dan kemanfaatan. Berbuat lebih adalah mengisi deposito kemaslahatan hidup yang mulia. Sebagaimana tabungan atau deposito, yang adalah milik kita, berbuat lebih akan membantu diri kita manakala kita memerlukannya. Dan kapan kita memerlukan itu? Wallahualam. Hanya Dia yang Maha Tahu.
Akhirul kalam, dalam konteks kemauan berbuat lebih, nasihat nan jenaka dari Lana Turner ini – artis film populer Amerika tahun 1940 – 1950 an – layak kita simak, “Pria sukses adalah pria yang bisa mencari uang lebih banyak dari pada yang bisa dikonsumsi oleh isterinya. Wanita yang sukses adalah sang isteri yang bisa mendapatkan pria tersebut.” Selamat berbuat lebih. (aghifaris.blogspot.com/msb)
*Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Rental Kendaraan Indonesia
