Pindah kerja merupakan hal yang biasa dalam dunia profesional. Namun kapan Anda resign sesungguhnya dapat menggambarkan mengenai siapa diri Anda. Ada 5 waktu yang tepat bagi kita untuk resign. Pertama, pada saat kinerja sedang bagus-bagusnya. Inilah saat terbaik untuk resign karena nama kita sedang harum dan kita akan dikenang sebagai seorang profesional yang sukses.
Namun yang sering terjadi, justru orang resign ketika kinerjanya sedang buruk. Padahal, sesungguhnya, hal ini tabu bagi seorang profesional karena menyangkut harga diri kita. Kalau kita resign saat kinerja sedang buruk, maka kita akan dikenang dan dicatat dalam sejarah sebagai orang yang gagal.
Ini bukan hanya akan membuat nama dan kredibilitas kita jelek, tetapi -- yang lebih parahnya lagi – akan menurunkan harga diri dan kepercayaan diri kita. Kalau nama dan kredibilitas itu adalah harga kita di depan orang banyak, maka kepercayaan diri adalah harga kita di depan diri kita sendiri.
Ketika kita resign dalam kondisi kinerja yang buruk maka kita akan merasa sebagai orang yang gagal, tidak berguna dan tidak berharga. Perasaan ini akan menguras kepercayaan diri kita dan menjadikan kita orang yang lemah dan tidak berdaya. Perasaan ini akan tertanam dalam bawah sadar kita dan akan kita bawa kemanapun kita pergi. Perasaan ini akan merusak masa depan kita sebagai seorang profesional.
Yang lebih menarik lagi ketika resign saat kinerja bagus ada kemungkinan perusahaan akan menahan kita dengan memberikan counter offer yang menarik. Betapa tidak, ketika kinerja sedang bagus kita menjadi orang penting. Posisi tawar kita pun meningkat. Kita telah menjadi aset perusahaan yang sangat berharga. Karena itu bukan tidak mungkin bila perusahaan ingin mempertahankan kita dengan memberikan penawaran yang jauh lebih menarik.
Sebaliknya bila kita berhenti saat kinerja sedang turun, perusahaan dan atasan kita malah akan bersyukur. Ini seperti pepatah: Pucuk dicinta ulam tiba. Mungkin mereka juga sudah “gerah” melihat kinerja kita dan sedang mencari cara yang tepat untuk memberhentikan kita. Tahu-tahu kita malah mengundurkan diri. Ini tentu saja kabar yang menggembirakan perusahaan.
Saat terbaik kedua untuk resign adalah ketika sudah meninggalkan sesuatu yang berguna. Tujuan bekerja adalah untuk berkontribusi dan memberikan value kepada perusahaan. Karena itu kita perlu meninggalkan warisan (leaving a legacy) yaitu meninggalkan sesuatu yang merupakan karya kita yang masih terus bisa dinikmati oleh perusahaan sekalipun kita sudah tidak bekerja disana lagi.
Bila kita meninggalkan sebuah karya kita akan merasa hidup kita berharga, bermakna dan berguna. Ini bukan hanya akan mengharumkan nama kita tetapi akan membuat kita bahagia karena telah menjadi orang yang berguna. Ini menghasilkan kepuasaan yang bersifat spiritual dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Namun pengalaman sehari-hari sering menunjukkan hal yang sebaliknya. Banyak profesional yang ketika resign masih meninggalkan projek yang baru separuh jalan. Mereka tidak bisa menahan diri terhadap godaan berupa tawaran jabatan dengan paket yang menggiurkan. Hal ini sesungguhnya sah-sah saja, tetapi bila Anda benar-benar menginginkan hidup yang bahagia dan bermakna, saya sarankan agar Anda tidak meninggalkan projek yang baru separuh jalan apapun alasannya.
Ini bukan sekedar untuk menciptakan image dan track record Anda tetapi untuk kepuasan spiritual dan kebahagiaan Anda sendiri. Dengan menyelesaikan projek sampai tuntas Anda sesungguhnya tengah membangun harga diri dan kepercayan diri yang tinggi yang akan sangat menentukan karir Anda di masa depan.
Saat terbaik ketiga untuk resign adalah ketika kita menyadari bahwa pekerjaan yang sedang kita jalani sekarang ini bukanlah panggilan jiwa (calling) kita walaupun faktor-faktor lain seperti penghasilan dan lingkungan kerja sangat baik dan mendukung.
Tujuan kita bekerja adalah untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi terbesar kita. Kita sesungguhnya sudah punya “kavling” tertentu dalam hidup ini dan kalau kita berada dalam “kavling” kita itu kita akan dapat memberikan diri kita yang terbaik.
Itulah yang dimaksud dengan calling kita. Pekerjaan baru akan menjadi sesuatu yang membahagiakan kalau pekerjan tersebut sesuai dengan calling kita. Sebaliknya pekerjaan yang tidak sesuai dengan calling kita walaupun ditunjang dengan penghasilan dan lingkungan kerja yang baik tidak akan pernah memberikan kebahagiaan dan kepuasan batin. Namun banyak orang yang bertahan dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan potensi terdalam mereka semata-mata demi uang. Mereka telah mengorbankan caling mereka untuk fasilitas dan kesenangan yang semu.
Saat terbaik keempat untuk resign adalah ketika kita menyadari bahwa perusahaan kita menjalankan bisnis yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Kalau kita bekerja di perusahaan yang menyuburkan ketidakadilan, melakukan penipuan, penyuapan dan penyelundupan maka tidak ada jalan lain kita harus resign sesegera mungkin. Dalam hal ini kita tidak perlu terlalu banyak pertimbangan karena kita percaya bahwa rejeki itu datangnya dari Tuhan dan Tuhan selalu berada di jalan kebaikan.
Saat terbaik kelima untuk resign tentu saja kalau ada tawaran yang memberikan paket yang lebih baik dalam semua hal. Sebagai catatan yang penting, perhatian pertama kita terhadap tawaran apapun haruslah difokuskan pada faktor pekerjaan. Kita harus memastikan bahwa tawaran tersebut sesuai dengan calling kita.
Kita harus berani menolak tawaran yang menggiurkan dan menarik bila hal itu tidak sesuai dengan calling kita. Jadi, faktor calling adalah saringan kita yang pertama. Ketika calling terpenuhi maka faktor lain seperti penghasilan barulah menjadi sesuatu yang signifikan. (r360x.blogspot.com/msb)
*Managing Director ILM & Penulis Buku “I Love Monday”