--- Sehebat apapun ide atau keinginan seorang pemimpin apabila tidak dapat dilaksanakan maka dapat menuai kegagalan. Sebagai pemimpin perlu juga memperhatikan kompleksitas yang ada di sekitar dirinya.
Kesederhanaan atau simplicity seorang pemimpin merupakan faktor penting agar menjadi model dan contoh perilaku keseharian yang ditunjukkannya. Kesederhanaan dalam kepemimpinan merupakan hal utama yang mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya.
Namun, untuk mengimplementasikannya dituntut sosok yang bijak. Tidak mudah menjadikan sesuatu yang rumit menjadi sederhana apabila sikap pemimpin tidak di’barengi’ dengan bijaksana.
Saat timbul problem yang menuntut pemecahan masalah yang kompleks terkadang seorang pemimpin ‘terjebak’ dalam ke’aku’annya. Untuk itu diperlukan cara yang sederhana sehingga masalah atau situasi yang kompleks dapat diatasi dengan baik.
Saat memimpin pasti dituntut untuk memberikan arahan ataupun instruksi kepada orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang mengetahui dengan baik apa yang terjadi di institusinya akan dapat dengan mudah menyampaikan keinginannya. Begitupun orang-orang yang dipimpinnya akan juga mudah memahami pemimpinnya.
Sehebat apapun ide atau keinginan seorang pemimpin apabila tidak dapat dilaksanakan oleh orang-orang sekitarnya maka dapat menuai kegagalan. Sebagai pemimpin perlu juga memperhatikan kompleksitas yang ada di sekitar dirinya.
Kompleksitas dapat memengaruhi perilaku dan sikap pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu pemimpin ‘harus’ terbebas dari kerumitan yang tengah menghimpitnya. Itu menjadi salah satu karakter yang menunjukkan kesederhanaan seorang pemimpin.
Kesederhanaan lain yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin adalah mengendalikan egonya dan harus dimulai dari dirinya sendiri. Ego pemimpin, terutama ego yang terkait dengan salah satu ego pemimpin yaitu ‘dominating’. Dominasi seorang pemimpin terkadang sangat menguasai dalam kepempimpinannya. Pemimpin yang sederhana akan tahu keadaan dirinya dan mengetahui cara mengatasi ego yang menguasai dirinya.
Pemimpin yang mampu menyampaikan message-nya dengan cara yang simple dan sederhana dibutuhkan perilaku yang positif. Hal ini perlu dimulai dengan melakukan instruksi yang jelas dan dapat dimengerti oleh orang-orang yang dipimpinnya. Saat memimpin, kesederhanaan ditunjukkan dengan cara melepaskan ego sebagai seorang pemimpin. Memang terkadang sulit untuk seorang pemimpin melepaskan ego-nya, tetapi bila hal tersebut tidak dilakukan maka dampaknya akan terlihat pada proses pelaksanaannya.
Melepaskan ego adalah juga ‘melepaskan’ keinginan pribadi. Keinginan pribadi terkadang menjadi kendala dalam kepemimpinan. Keinginan pribadi dalam batas yang wajar tentu merupakan suatu pemicu bagi dirinya untuk dapat mencapai visi yang diinginkan. Akan tetapi keinginan pribadi yang tanpa pertimbangan akan menghasilkan suatu ‘karya’ yang mungkin dapat memuaskan dirinya.
Namun, itu akan mempengaruhi hubungan interpersonalnya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Pemimpin yang hanya mementingkan kepuasan ego-nya, adakalanya akan menemukan kesulitan di masa mendatang, terutama bila hal itu melibatkan kerja dalam kelompok atau tim.
Pemimpin yang penuh kesederhanaan akan jauh lebih tenang dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Meskipun dia juga mempunyai kepentingan atau keinginan pribadinya, namun dia dengan cerdas dapat memenuhinya tanpa ‘merusak’ citranya sebagai seorang pemimpin.
Kesederhanaan itulah yang menjadi kunci kesuksesannya dalam mendapatkan ‘keinginan’ dan ‘kepuasan’ pribadi. Hal ini menjadi penting bagaimana cara untuk dapat ‘melepaskan’ ego namun tetap ‘mendapatkan’nya.
Saat memimpin, apa yang harus diperhatikan bagi seorang pemimpin agar sesuatu yang kompleks dapat menjadi sederhana dalam arti pengelolaannya. Karena setiap permasalahan pastilah akan menjadi rumit dan penuh dengan dinamika. Oleh karena itu seorang pemimpin yang mampu berfikir sederhana tetapi tetap dapat mengatasi masalah yang kompleks akan menjadi tantangan tersendiri baginya.
STANDARSASI KEPEMIMPINAN
Profesor Ulrich Steger dkk (2011) dalam tulisannya berjudul ‘Solution for Simplicity” menyebutkan bahwa untuk dapat memecahkan permasalahan dengan sederhana dan simple perlu untuk memperhatikan implementasi dan standarisasi dalam kepemimpinan.
Implementasi. Seorang pemimpin harus mampu untuk mengimplementasikan ‘segala’ hal yang terjadi dalam kepemimpinannya. Untuk itu ia juga perlu mencermati bahwa untuk melakukannya bukanlah hal yang mudah. Perlu suatu ke’ahlian’ untuk mengaplikasikan keinginan dengan strategi yang sesuai dengan kondisi institusi yang dipimpinnya.
Salah satu kunci sukses seorang pemimpin dalam implementasi ide dan strateginya adalah dia harus memahami konsistensi dari apa yang akan dilakukannya. Selain itu, seorang pemimpin juga perlu mengatur suatu rencana dan strategi yang matang saat mengimplementasikannya. Sehingga saat memutuskan strategi apa yang akan dilakukan tidak menimbulkan kontradiktif dan permasalahan yang baru dalam institusinya. Untuk itu hal yang penting pemimpin adalah percaya diri untuk mencapai kesederhanaan tersebut.
Standardisasi. Hal yang juga penting bagi pemimpin adalah caranya untuk memecahkan permasalahan dengan kesederhanaannya. Kesederhanaan bukan berarti tidak memenuhi standardisasi dari apa yang menjadi ketentuan yang berlaku. Akan tetapi sederhana dalam menemukan solusi permasalahan yang dihadapi dan mengurangi kompleksitas saat memecahkan permasalahan tersebut.
Ketentuan dengan tetap memberlakukan standar yang ada sebagai komponen untuk mengurangi varian atau hal-hal yang dapat menjadi penghambat. Hal inilah diharapkan dapat dimiliki oleh pemimpin dalam memenej insitusi yang dipimpinnya dan menjadi ‘tumpuan’ bagi orang yang dipimpinnya. Perannya sebagai pemimpin menjadi satu kunci utama dalam melihat permasalahan yang dihadapi. Apalah arti pemimpin jikalau dia tidak menjadi centered yang mampu memberikan pengaruh positif untuk orang lain.
Pemimpin bukanlah sosok yang memiliki jabatan, power dan hanya memerintah, ‘memaksa’ kehendaknya, namun hal yang lebih penting adalah bagaimana dia dapat memberikan teladan dan menjadi role model bagi orang lain.
Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang dapat memberikan pengaruh positif meskipun dia sudah tidak lagi ‘memimpin’. Untuk itu meskipun pemimpin memiliki ‘segala’nya, pemimpin perlu tetap memiliki jiwa yang sederhana. Kesederhanaannya akan ber’buah’ pada hasil yang diharapkannya sebagai pemimpin. Kesederhanaan pemimpin juga akan dapat membantunya untuk mewujudkan tujuan, visi dan cita-cita institusi bersama-sama dengan orang-orang yang dipimpinnya.
*Penulis adalah Fatchiah E Kertamuda, Dosen Psikologi Universitas Paramadina