BISNIS.COM, JAKARTA--Menjadi seorang entrepreneur, kata Ciputra, harus punya gagasan, intuisi, kreatif, inovatif, dan tidak punya rahasia (there is no secret). Namun, banyak orang bertanya, what next?
Pasalnya, banyak orang terbentur pada persoalan kelanjutan. Terutama jika sudah menyangkut modal. Selain bunga bank yang tinggi, terkadang, para calon entrepreneur, tidak memiliki agunan, yang selalu menjadi persyaratan kredit perbankan.
Sejauh ini, banyak orang melakukan dengan meminjam. Kepada teman, saudara atau koperasi bagi yang bekerja. Namun, jumlah yan bisa dipinjamkan, tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Tidak banyak.
Situasi itu, kerap membuat banyak calon entrepreneur akhirnya memendam idenya untuk menjadi entrepreneur. Bahkan meninggalkan. Lalu memilih menjadi pekerja di perusahan orang lain. Semangat entrepreneur layu sebelum berkembang.
Dalam buku the Ciputra’s Way, ada yang layak And abaca. Bagaimana Ciputra menemukan jawaban atas persoalan Anda itu. Kreatifitasnya menemukan permodalan akhirnya membuah hasil.
Ketika memutuskan untuk meninggalkan perusahaan konsultannya dan memasuki dunia baru sebagai pengembang, tulis buku itu, Ciputra menyadari betul bahwa dunia properti yang dia masuki harus didukung 2 faktor. Keahlian dan fasilitas.
Itulah alasa Ciputra datang menemui Pemerintah DKI yang kala itu dipimpin oleh Gubernur H. Soemarno Sosroatmodjo. Dia memilih DKI sebagai mitra bisnis, karena Pak Ci tahu mereka punya fasilitas [tanah]. “Saya punya keahlian dan orang, tetapi saya tidak puna uang…”