Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciputra Way : Entrepreneurship Pencipta Peluang

Pada 2007-2008 ketika Ciputra sedang gencar-gencarnya mempromosikan pendidikan entrepreneurship, Ciputra mendapat undangan untuk berbicara tentang entrepreneurship di sebuah kampus pendidikan di Bandung.
Entrepreneur muda sedang rapat. /ilustrasi
Entrepreneur muda sedang rapat. /ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Pada 2007-2008 ketika Ciputra sedang gencar-gencarnya mempromosikan pendidikan entrepreneurship, Ciputra mendapat undangan untuk berbicara tentang entrepreneurship di sebuah kampus pendidikan di Bandung.

Saya menemani Ciputra ke Bandung. Bagi Ciputra, ini adalah kali pertama mendapat kesempatan berbicara di kampus pendidikan. Akankah muncul pertanyaan-pertanyaan sulit tentang entrepreneurship dan pendidikan? Pada masa itu popularitas entrepreneurship di dalam dunia pendidikan belum semarak seperti saat ini.

Ternyata momentum presentasi maupun diskusi berjalan dengan mulus dan seusai acara dan kami dijamu makan malam oleh Direktur Pasca Sarjana dari perguruan tinggi yang mengundang kami dan justru di kesempatan itulah ia bertanya sesuatu yang tidak dapat kami jawab.

Ia berkata, "Setuju Pak Ciputra bahwa entrepreneurship itu penting, namun apa itu entrepreneurship dalam konsepsi Ciputra supaya konsep tersebut dapat diteliti dan diuji oleh lebih banyak orang?”.

Ciputra dan saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini namun pertanyaan kunci ini jadi titik awal dan juga titik picu untuk melakukan eksplorasi untuk dapat menyajikan apa yang dapat disebut sebagai Entrepreneurship Ciputra Way.

Ciputra pasti memiliki rahasianya sendiri tentang entrepreneurship. Kata-kata kunci yang dapat menjelaskan kiprah entrepreneurship-nya sehingga dapat mencapai prestasi-prestasi mengagumkan.

Ciputra sendiri terus berupaya melakukan decoding terhadap rahasia-rahasia keberhasilan hidupnya. Ia mengambil definisi unik namun kaya makna yaitu “seorang entrepreneur mengubah rongsokan jadi emas”. Ia juga pernah menggambarkan entrepreneurship dalam sebuah ilustrasi “lingkaran besar, lingkaran sedang dan lingkaran kecil”.

Lingkaran besar sebagai entrepreneurship yang dibangun oleh lingkaran-lingkaran sedang yang menggambarkan inovasi-inovasi. Sedangkan lingkarang-lingkaran kecil yang mengisi lingkaran sedang inovasi adalah kreativitas. Adakah penjelasan-penjelasan lain yang dapat membuat Entrepreneurship Ciputra Way lebih mudah dipahami dan juga ditiru dengan tujuan baik.

Saya kemudian melihat ulang bahan-bahan presentasi dari Ciputra sebelumnya dan juga menggali dari sumber pustaka akademik yang mendiskusikan entrepreneurship. Eksplorasi saya mengerucut pada 3 kesimpulan penting perihal proses entrepreneurship yaitu opportunity seeking, innovation & calculated risk taking.

Sebelum itu dilabel sebagai Entrepreneurship Ciputra Way, saya tentu harus datang menghadap Ciputra menyampaikan gagasan ini dulu. Ciputra membaca dengan tenang lalu kemudian ia mengatakan sebuah kalimat penting sambil menegaskan dengan mengangkat tangannya.

”Kamu harus mengganti opportunity seeking dengan yang lebih tinggi yaitu opportunity creation, entrepreneur bukan sekedar mencari peluang tapi menciptakan...”

Byar... itu seperti sebuah pencerahan, saya hanya terdiam dan mengiyakan tanpa memahami secara mendalam apa makna dari kalimat itu. Saya sadar bahwa opportunity creation itu lebih dahsyat dari opportunity seeking namun bagaimana menjelaskannya?

Kembali saya melakukan eksplorasi pustaka akademik dan pencerahan itu tiba ketika saya makin merefleksikannya.

Ciputra Way : Entrepreneurship Pencipta Peluang

Matrik “permintaan dan pasokan” di samping ini menjelaskan 4 macam kegiatan mendapatkan peluang dan salah satunya adalah penciptaan peluang atau opportunity creation.

Pertama, adalah mengenali peluang atau opportunity recognition. Ini terjadi ketika kita dapat mengenali adanya over demand atau permintaan lebih namun pasokannya terbatas (under supply).

Dalam kasus 'mengenali peluang' siapa yang mencari (pelanggan) sudah jelas dan apa yang dicari juga sudah jelas. Oleh karena itu siapa yang dapat mengidentifikasi terjadinya over demand dan menjadikan itu sebagai peluang maka itulah yang disebut sebagai mengenali peluang atau opportunity recognition.

Kedua, mencari peluang atau opportunity seeking. Ini terjadi apabila kita sudah memiliki produk tapi belum paham siapa pelanggannya. Kegiatan mencari peluang biasanya dilakukan oleh mereka yang berdagang, mereka mendapatkan barangnya dulu dan setelah itu berpikir dan mencari siapa yang akan beli.

Ketiga, mendapatkan peluang secara sengaja atau opportunity discovery. Dalam kasus ini permintaannya sudah jelas bahkan terdapat kebutuhan yang besar perihal tersebut namun solusi yang memuaskan belum ada.

Jadi masalah sudah ada namun solusi terbaik belum ada dan untuk mendapatkan solusinya maka secara sengaja dilakukan riset atau percobaan.

Inilah yang biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, mereka mencari masalah-masalah penting yang sudah jelas siapa-siapa yang membutuhkannya lalu melakukan penelitian dan eksperimen untuk menghadirkan solusi baru.

Sebagai contoh adalah kebutuhan kita akan hadirnya obat kanker yang manjur dan murah. Kita semua memahami bahwa kanker adalah penyakit yang serius dan bisa membuat orang menderita sekaligus bangkrut. Siapa yang berhasil menciptakan solusi baru yang jauh lebih murah dapat menjadi “unicorn” baru di dunia.

Ciputra mengemukakan konsep penciptaan peluang yang merupakan sebuah petanda rangking tertinggi atau 'ban hitam' dari seorang entrepreneur.

Di dalam kasus ini tidak terdapat permintaan dari pelanggan dan contoh produknya juga belum ada namun sang entrepreneur 'ban hitam' ini seakan bisa memahami isi hati pelanggan secara sangat mendalam. Bahkan si pelanggan itu sendiri belum paham bahwa ia membutuhkannya namun saat produk tersebut dapat diwujudkan pelanggan tidak sanggup bilang tidak dan produk diserbu oleh pelanggan. Saya mengalami sendiri pengalaman ini secara pribadi ketika mal Ciputra dikembangkan.

Selama masa persiapan, saya melakukan survei ke 200 responden di sekitar mal Ciputra yang terdiri dari 180 keluarga dan 20 mahasiswa/i. Ke 200 responden ini dihubungi dan didatangi satu persatu oleh sebuah tim khusus dari konsultan riset pasar yang kami tunjuk.

Salah satu pertanyaan dalam kuestioner adalah, “Apakah Anda akan datang ke mal yang akan kami bangun di sudut Jl S. Parman, dan Jl Daan Mogot?”

Jawabannya sungguh luar biasa karena semua menjawab “tidak”. Apa alasannya? Mereka mengatakan bahwa itu tempat copet, tukang todong, tempat pelacur, tempat mobil kena ranjau, dan gelap gulita”.

Namun Ciputra tetap berkeras membangun mal tersebut dan apa yang terjadi ketika mal dibuka pertama kalinya?

Di hari-hari pertama pembukaan mal eskalator yang biasa membawa pengunjung naik ke lantai lebih tinggi malah turun ke bawah karena penuh sesak dengan pengunjung sehingga tidak sanggup membawa pengunjung ke lantai lebih atas. Ternyata 'suara pelanggan' dapat dikalahkan oleh sang 'pencipta peluang'.

Kata kuncinya adalah karena sang 'pencipta peluang' dapat memahami kebutuhan tersembunyi dari pelanggan dan kemudian menawarkan solusi produk yang tak pernah terpikir sebelumnya oleh pelanggan.

Cerita lain tentang penciptaan peluang adalah tentang sukses perusahaan Sony memasarkan walkman.

Sekitar 1980-an, walkman adalah produk dari Sony yang sangat populer dan berhasil menciptakan prestasi komersial yang luar biasa sekaligus dapat mengubah cara orang dalam menikmati musik dan bahkan mempengaruhi cara orang berolah raga (walkman ternyata mendorong lebih banyak orang berolah-raga).

Walkman adalah sebuah contoh tentang 'penciptaan peluang'. Akio Mirota yang pernah jadi CEO Sony mengatakan, “I do not serve market I create them”.

Sony berhasil mengkomersialkan sebuah produk baru yang tidak pernah diusulkan oleh para pelanggannya. Inilah sebuah contoh lain tentang semangat penciptaan peluang.

Apakah ini sesuatu yang dapat kita lakukan kembali? Ya ini sangat mungkin namun syarat pertamanya adalah pahami dan dalami pelanggan secara mendalam lalu berpikirlah terus menerus.

Oleh karena itu siapa terkoneksi erat dengan pelanggan dan berkomunikasi dengan mereka terus menerus itu menjadi sebuah petanda bahwa sedang terjadi sebuah proses yang menuju pada penciptaan peluang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Antonius Tanan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper