Ternyata menjadi entrepreneur yang sukses tidak semua orang boleh hanya mengandalkan bakat. Ada yang bisa, tetapi banyak yang harus dipoles. Bahkan, mereka yang harus dipoles, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang berbakat alam.
Jika menyimak perjalanan tokoh entrepreneur kita, Ciputra, dominasi bakat memang cukup menonjol. Bagi Ciputra, seperti dalam buku the Ciputra’s Way, mengakui ada manusia yang menajdi sukses sebagai entrepreneur tanpa bekal pendidikan formal yang memadai. “Barangkali, karena mereka itu diberi bakat yang luar biasa…”
Namun, dari pengalamannya selama empat dasawarsa menjadi entrepreneur, Ciputra justru memahami bahwa pada akhirnya mengandalkan bakat semata tidak cukup. “Bakat harus ditopang oleh ilmu dan pengalaman,” katanya.
Ciputra mengakui apabila orang ingin menjadi entrepreneur yang sukses hingga mencapai prestasi puncak, dengan hanya mengandalkan bakat, Anda bisa sukses. “Namun, dugaan saya, hanya sampai tingkat menengah saja. Tidak akan berhasil optimal,” ujarnya.
Jadi, bagi Ciputra, dia tidak sepakat dengan pandangan orang yang mengatakan entrepreneur tidak perlu pendidikan formal. Ciputra menolak anggapan yang mengatakn cukup bermodal optimistis dan keberanian mencoba. “Mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan, bukan pembenaran untuk tidak menempuh pendidikan. Intuisi sangat berkaitan dengan pengetahuan.”
Intuisi muncul berkat tempaan pengalaman. Salah satu sumber pengalaman adalah pendidikan. Bagaimana menjadi entrepreneur jika Anda tidak mempunyai pengalaman? Dan bagaimana Anda dapat pengalaman jika tanpa ilmu? Bagaimana Anda dapat pengalaman jika Anda tidak mencarinya?
“Itu seperti Anda menembak orang tanpa peluru. Tidak akan berhasil. Pengalaman harus diciptakan dan pengalaman bisa menolong kita meraih keunguulan,” tutur Ciputra.