Bisnis.com, JAKARTA - Dari modal paspasan sekitar Rp2 juta, Dharono mulai memproduksi dan menawarkan produk jadinya kepada teman-teman dekat. Kecintaan Dharono Trisawego terhadap sepatu bot membuat otak bisnisnya berputar. Pria hobi jalanjalan itu terpikir untuk mencoba terjun membuat sepatu bot sendiri.
Sebagai kolektor bot, dia paham betul sepatu berkarater jangkung tersebut jarang beredar dibandingkan dengan jenis sepatu lainnya. “Saya nekat dan percaya bahwa usaha di sepatu bot cukup menjanjikan,” ujarnya kepada Bisnis.
Usaha yang berawal dari sebuah rasa cinta memang membuat kesenangan tersendiri bagi si pelaku. Tidak terkecuali bagi Dharono. Berbagai majalah dan bacaan lainnya yang mengupas tentang bot, dia kumpulkan dan menjadikannya sebagai referensi desain untuk usahanya.
Dia mengaku ide usahanya memang sudah datang dari jauh-jauh hari, meskipun keberaniannya itu dituangkan sejak Agustus tahun lalu. Waktu itu, gagasan memulai usaha bot sebatas rencana saja yang kemudian baru terlaksana sekitar Oktober 2012. “Maklum bergerak di usaha sepatu bot ini harus tahu pasarnya dulu,” ungkapnya.
Dari modal pas-pasan sekitar Rp2 juta, Dharono mulai memproduksi dan menawarkan produk jadinya kepada teman-teman dekat. Respons pasar pun positif. Banyak permintaan produksi dan pesanan cukup membeludak.
Sejak saat itulah pria lulusan Fakultas Ekonomi Unpad itu serius berbisnis sepatu bot. Jenis sepatu yang diproduksi khusus itu dirancang untuk pria dan wanita dewasa. Untuk pria, Dharono memproduksi mulai dari ukuran sepatu 39—44 sedangkan untuk wanita ukuran 37—40.
Sepatu bot yang diproduksinya terbagai ke dalam beberapa desain antara lain olicomb, tampo, chokoking, CT, high cut, chuka wine, tosuka, klasika kombinasi, trexx, long edison, safety dodoz, dan rain moccasin. Masing-masing desain memiliki corak dan warna tersendiri. Harga dari setiap desain berkisar Rp250.000—Rp500.000.
Kesemua bot yang diproduksi cocok untuk bersantai atau digunakan pada kegiatan outdoor. Dalam sebulan, Dharono mampu meraup omzet puluhan juta rupiah dari hasil penjualan. Produk bot hasil buah tangan pria kelahiran Surabaya, 1962 itu memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri.
Untuk memanjakan pelanggan, desain sepatu yang diproduksi menggunakan bahan dari kulit berkualitas nomor wahid yang tentunya dibuat secara manual. “Kelebihan lain yakni pelanggan bisa memesan sesuai keinginan.”
MEMBUKA PASAR
Melihat respons pelanggan terhadap sepatu bot ini semakin diminati, Dharono lambat laun sudah bisa membaca pasar. Otaknya kembali berputar untuk membuka akses pelanggan agar lebih mudah.
Dari situ, pria penyuka musik pop itu mencoba men-display produknya melalui online dengan alamat rumahbot.com, yang sekaligus dia jadikan sebagai brand produknya.
Sejak usahanya melalui online ini dilakukan, dia mulai kewalahan menerima pesanan. Pelanggan mulai mengunjungi dan banyak memesan produk-produk sepatu bot buatanya.
Bahkan, dari situlah Dharono mulai merasakan bagaimana menjadi seorang entrepreneur. “Banyak pengalaman unik yang saya rasakan. Terkadang pelanggan yang memesan bot tidak pas dengan ukurannya, akhirnya sepatu yang dipesan ditukar ulang,” ujarnya.
Pengalaman lain yang pernah dia alami yaitu ketika pelanggan memesan sepatu untuk diantar ke rumah, tetapi ketika diantar alamat tujuan ternyata palsu. “Pokoknya banyak yang saya alami dari usaha ini,” ungkapnya.
Dharono mengakui, usaha yang digeluti memang belum maksimal. Jatuh bangun usahanya sendiri mulai dirasakan terutama dari segi produksi yang banyak tersendat. Dia sadar, sumber daya manusia dan alat produksi menjadi salah satu penyebabnya.
Namun bapak dua anak itu tak patah arang. Dia meyakini, sebagai seorang entrepreneur, berbagai hambatan dan cobaan kerap datang menerpa yang justru dia jadikan sebagai tantangan usahanya.
“Bisnis yang saya geluti ini harus dilakukan dengan hati. Jadi jatuh bangun menjalankan usaha ini sudah biasa. Saya akui produksi tidak berjalan dengan konsisten. Karena konsumen sepatu bot itu tertentu, jadi produksi pun tidak stabil,” ungkapnya. Akan tetapi, dengan melihat pangsa pasar yang menjanjikan.
Dharono meyakini usahanya bakal terus berkembang seiring banyaknya pelanggan berdatangan. Ke depan, dia akan membenahi strategi manajemen produksi dan penjualan. Bahkan, lanjutnya, dia akan membuka gerai guna melebarkan sayap usahanya.
Dharono mengakui saat ini dirinya terlalu memfokuskan penjualan via online. Namun hal tersebut dilakukan sebagai tes pasar semata. “Memang tak sedikit yang tidak puas hanya melihat gambar via online. Mereka ingin melihat sepatunya secara langsung. Karena itu saya sedang siapkan gerainya.”
Dharono juga berencana untuk membuka bengkel sepatu bekerja sama dengan perajin sepatu di Bandung. Dia menilai, bagi penggemar sepatu bot fanatik, usaha tersebut bakal memberikan peluang usaha baru. “Saya kadung mencintai sepatu bot. Jadi apa pun usahanya yang terkait dengan bot, saya akan lakukan,” paparnya.