Bisnis.com, JAKARTA - Boneka adalah mainan sepanjang masa yang lucu nan menggemaskan. Penggemarnya tak hanya anak-anak. Banyak juga orang dewasa yang gemar mengoleksi boneka. Hal ini membuat pasar boneka menjadi luas. Bisnis boneka yang unik dan kreatif pun makin prospektif.
Salah satu pelaku usaha yang menikmati sukses dari bisnis boneka adalah Rulli Megawati (23 tahun). Perempuan yang akrab disapa Ullie ini membuat boneka dengan ciri khas unik, yaitu miniatur manusia yang mengenakan toga layaknya siswa yang sedang diwisuda. Bukan itu saja, Ullie juga menyesuaikan karakter boneka buatannya sesuai pesanan konsumen. Berkat usaha ini, Ullie berhasil meraup omzet puluhan juta setiap bulannya.
Ullie memulai bisnisnya sejak 2009. Ide bisnis ini muncul kala dia ingin memberikan suvenir untuk teman dekatnya yang akan diwisuda. “Saya melihat suvernir yang dijual saat wisuda kebanyakan adalah bunga. Karena bunga tidak tahan lama, saya pun terinspirasi untuk membuat miniatur boneka mirip teman dekat saya lengkap dengan toga,” ujar Ullie.
Tak lama setelah ide tersebut muncul, dia lantas mencari panduan cara membuat (tutorial) di internet. Ullie menggunakan kain flannel sebagai material utamanya dan menjahitnya sendiri. Tak disangka, banyak teman-teman kuliah Ullie yang tertarik untuk dibuatkan. Saat itu, perempuan yang mengambil jurusan teknik informatika Universitas 11 Maret, Solo, ini melihatnya sebagai peluang bisnis.
Sebelum membuat boneka, Ullie terlebih dahulu meminta foto yang dia jadikan sebagai referensi untuk miniatur wisudawan atau wisudawati. Hal ini dimaksudkan agar boneka bisa mirip dengan si empunya. “Saya bisa menyesuaikan boneka dengan keinginan konsumen karena ini buatan tangan (handmade). Mulai dari bentuk wajah, rambut, pakaian, hingga model sepatu,” katanya.
Seiring meningkatnya permintaan, dia membuka workshop di Solo. Ullie memberdayakan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya untuk membuat boneka. Untuk memudahkan, dia menerapkan sistem pengupahan per boneka.
“Pekerja yang ikut bantu kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang ingin cari penghasilan tambahan. Makanya, saya tak memasang target. Semuanya disesuaikan dengan waktu luang mereka. Mereka juga bisa membuat boneka di rumah masing-masing,” tutur Ullie
Kini, Ullie dibantu oleh sekitar 40—50 pekerja. Bukan hanya jumlah pekerja yang terus bertambah, dia juga membuka workshop lain di Semarang, Bekasi, dan Purwokerto. Total produksi boneka wisuda pun terus bertambah. Jika di 2010 Ullie hanya bisa menghasilkan 600 boneka per bulan, kini total produksi menembus 3.000 boneka per bulan. Pesanan tersebut bertambah menjelang musim wisuda yaitu bulan Maret, September, dan November.
Ullie memanfaatkan jejaring dunia maya untuk pemasaran produknya. Awalnya, dia hanya memotret boneka wisuda dan mengunggahnya ke situs media sosial. Respon positif dan orderan pun berdatangan dari situ. Langganan Ullie bukan hanya dari Jakarta, Solo, atau Semarang. Melainkan juga dari Batam, Papua, hingga Malaysia.
Dia lantas membuat website www.bonekawisuda.com agar konsumen mudah mengontak. Selain mengandalkan pemasaran via online, Ullie juga membuka peluang re-seller dan dropship di beberapa area. “Untuk titik reseller dan dropship boneka wisuda sudah ada di Jakarta, Medan, Yogyakarta, Semarang, Solo, Bekasi, dan Tangerang,” katanya.
Boneka wisuda dijual mulai dari Rp50.000 untuk boneka regular hingga Rp500.000 untuk pesanan boneka eksklusif. Perbedaan antara boneka reguler dan eksklusif, kata Ullie, ada di detail boneka dan kotak yang membungkusnya. “Untuk boneka regular saya pakai material mika, sedangkan untuk yang eksklusif saya gunakan boks dengan kualitas terbaik,” katanya.
Margin keuntungan yang didapat ini sangat menggiurkan. Dari boneka seharga Rp50.000, Ullie menuturkan, dia bisa mengambil untung hingga Rp30.000 – Rp40.000. Untung yang didulang dari boneka ekslusif tentu bisa lebih besar lagi.
Menurut Ullie, tidak ada kendala berarti yang dia alami selama menjalani bisnis boneka wisuda. Justru, dia ingin berekspansi melihat peluang yang makin besar. “Sekarang semua kegiatan pemasaran difokuskan di websites. Oleh karena itu, saya ingin punya toko offline. Targetnya semoga tahun depan bisa buka outlet di sekitar kampus di Jakarta, Semarang, Solo, dan Yogyakarta.”