Bisnis.com, Jakarta - Bimbingan belajar tak selalu dikaitkan dengan modul akademik. Ada juga pelaku usaha yang menawarkan jasa bimbingan belajar di bidang tertentu. Salah satunya adalah seni rupa dan desain.
Peluang bisnis lembaga pendidikan informal khusus ini makin terbuka seiring dengan berkembangnya minat siswa yang ingin masuk ke jurusan seni rupa dan desain di kampus ternama.
Salah satu pemain yang fokus menjalani usaha ini adalah Villa Merah. Meskipun secara informal lahir pada 1965, lembaga yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, ini resmi dibentuk menjadi badan usaha pada 1995.
Program utama Villa Merah adalah menyiapkan siswa untuk mengikuti tes ujian masuk Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB).
Kepala Cabang Villa Merah, Denny Ganjar Nugraha, 38, menuturkan tes masuk FSRD ITB berbeda dengan ujian masuk perguruan tinggi pada umumnya.
Jika di kampus lain siswa harus menjawab soal-soal mata pelajaran, untuk masuk ke FSRD ITB mereka dituntut untuk menggambar. “Biasanya panitia memberikan beberapa soal dan semuanya harus dijawab dalam bentuk gambar,” katanya.
Berkaca dari hal itu, Villa Merah membuat kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa agar siap menghadapi tes. Siswa dilatih untuk menggambar berbagai jenis objek.
Namun, siswa tak dituntut untuk membuat gambar yang bagus. “Syaratnya bukan gambar yang barus, tetapi gambar yang memiliki ide yang orisinal dan kreatif,” katanya.
Villa Merah menawarkan dua program yaitu reguler dan intensif. Program reguler berlangsung sepanjang tahun dengan durasi pertamuan sebanyak 8x setiap bulan.
Adapun program intensif dilaksanakan selama 1 bulan hingga menjelang tes. Harga yang dibandrol Rp1 juta per bulan untuk reguler dan Rp3 juta per bulan untuk intensif.
Terkait soal peluang bisnis, Deni mengungkapkan tren siswa yang mendaftar ke Villa Merah terus mengalami peningkatan. Hal ini berkat menjamurnya perguruan tinggi swasta yang membuka jurusan seni rupa dan desain.
“Siswa sekarang tak hanya fokus untuk masuk FSRD ITB, tetapi ada juga yang ingin kuliah di kampus swasta yang memiliki jurusan desain,” katanya. Faktor lain yang membuat bisnis ini terus berkembang adalah perubahan persepsi orang tua terhadap dunia seni rupa dan desain.
Menurut Deni, jika pada periode 1990-an orang tua masih belum melirik jurusan ini sebagai masa depan yang potensial. Namun, hal tersebut berubah karena saat ini jurusan seni rupa dan desain ternyata memiliki potensi karier yang cerah.
“Desainer sekarang banyak dibutuhkan untuk bidang periklanan, grafis, interior, arsitektur, dan media massa,” tambah Deni.
Saat ini Villa Merah memiliki 3 cabang, 1 terletak di Bandung dan 2 di Jakarta. Meskipun sudah memiliki cabang di Ibukota, Deni tetap ingin menjaga kualitas belajar siswa.
Caranya adalah dengan membatasi jumlah murid sebanyak 20 orang untuk masing-masing kelas. Jumlah siswa Villa Merah saat ini mencapai 600 siswa di kelas reguler dan 200 siswa yang mengikuti program intensif.
Ketika ditanya soal target, Deni memaparkan dia ingin membuka kelas menggambar sejak dini. “Dunia desain erat kaitannya dengan minat dan bakat.
Saat ini, kami memang fokus ke siswa SMA yang ingin lanjut kuliah di jurusan FSRD. Namun, ke depannya kami ingin buka kelas untuk siswa SD dan SMP.”
