Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bober Cafe: Bertahan Karena Manjakan Komunitas

Kuatnya daya tarik Bandung itu dapat dilihat dari hadirnya beragam kafe dengan keunikan masing-masing, untuk mengundang minat segmen pasar mereka yaitu anak muda.
CEO Bober Cafe Theo Faybriean/Jibiphoto-Rachman
CEO Bober Cafe Theo Faybriean/Jibiphoto-Rachman

Bisnis.com, BANDUNG – Kota Bandung memberikan daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha kafe.

Kuatnya daya tarik Bandung itu dapat dilihat dari hadirnya beragam kafe dengan keunikan masing-masing, untuk mengundang minat segmen pasar mereka yaitu anak muda.

Asosiasi Kafe dan Restoran, AKAR, Kota Bandung pun mencatat hingga saat ini terdapat sekitar 2.000 usaha kafe dan restoran hadir di kota yang menjadi surga belanja tersebut.

Sayangnya, tidak semua bisnis kafe dapat bertahan di kota kembang ini.

Seperti dikatakan CEO Bober Cafe Theo Faybriean, setiap bisnis atau usaha tentu memiliki faktor keberuntungan yang berbeda-beda. Faktor daya tarik atau magnet menjadi hal yang tak bisa diabaikan.

Bober Café, yang salah satu cabangnya berada di Jalan Sumatera, Bandung, termasuk yang memiliki magnet tersendiri.

Kafe ini nampak silih berganti dikunjungi para anak muda, bahkan oleh mereka yang hanya duduk mengobrol dan menikmati segelas kopi hangat.

Bober alias Bojong Koneng Bersatu berawal dari suatu hangout places yang terletak di Jalan Riau 123, Bandung, sejak 2004 lalu.

Di tempat ini, sahabat Theo yang bernama Jodi Janitra (CFO Bober Cafe) menjadi perintis awal Bober dengan modal pas-pasan.

Saat itu, ia mencoba menumpang tempat pada keluarganya yang menjalankan bisnis kue kering.

Setahun berkembang, Bober Cafe menjadi satu-satunya kafe di Bandung yang menyediakan dan menjadi pencetus kepopuleran seesha smoking.

Namun, kesibukan Jodi membuat Bober yang berkembang cukup pesat dalam waktu dua tahun sempat mengalami sales drop.

Padahal, saat itu Bober telah berhasil memiliki karyawan hingga 30 orang.

Pada momen itulah, kehadiran Theo sebagai pemilik saham baru dan menjadi mitra berbisnis Jodi, bagaikan angin segar bagi perjalanan Bober.

"Bermodalkan motivasi, jika memang pohon bisnis ini bisa berbuah kembali maka akan kami syukuri. Namun jika sebaliknya, nothing to lose," kata Theo saat ditemui Bisnis di Bober Tropica.

Dibutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk mengembalikan nyawa Bober Cafe yang dinilainya sempat hilang.

Menurut Theo, apa yang dilakukannya adalah hanya memotong daun-daun yang terserang hama pada pohon bisnis yang ditanam sahabatnya tersebut.

Dia hanya mencoba meniupkan ruh pada bisnis patungan tersebut dan melakukan sesuatu yang memang dibutuhkan Bober secara khusus pada saat itu.

Teori berbisnis yang coba diterapkan Theo sama seperti pebisnis lainnya yaitu Quality, Service, and Cleanliness atau QSC.

Namun, menurut Theo, tiang keberhasilan dari teori tersebut adalah konsistensi dalam pelaksanaan dan juga faktor keberuntungan yang lebih senang disebutnya x-factor.

X-factor pada Bober Cafe adalah para komunitas.

Profesi Theo yang saat itu sebagai penyiar salah satu stasiun radio di Kota Bandung menjadi faktor pendukung.

Profesi Theo saat itu membuat dirinya mendapat perhatian dari banyak anak muda, khususnya para anggota komunitas, untuk mampir ke Bober Cafe.

"Banyaknya pendengar pada setiap program acara yang saya siarkan di radio menjadi suatu kemudahan untuk mempromosikan Bober," ujar Theo.

Bober benar-benar menjadi tempat hangout asik yang mewadahi kegiatan berbagai komunitas yang ada di Bandung dengan segala fasilitas yang ada seperti panggung dan layar.

Grup band indi diberi kebebasan untuk manggung di tempat tersebut dan menghibur pengunjung.

Begitu pula komunitas para pencinta klub bola dengan ribuan pesertanya yang secara rutin biasa menggelar acara nonton bareng.

Tak hanya itu, Bober juga menjadi kafe yang mengantarkan program stand-up comedy booming dan membuat Kota Bandung jadi barometer bangkitnya program tersebut.

Bekerja sama dengan Raditya Dhika, Bober menghidupkan open mic stand-up comedy yang sebelumnya biasa di lakukan di kafe daerah Kemang, Jakarta, puluhan tahun lalu.

"Saat awal-awal program ini kami hadirkan kembali, tidak ada transaksi bisnis antara Bober dan Raditya Dhika karena injeksi atas visi menghidupkan stand-up comedy ini murni dengan hati alias bukan dengan uang,"

Keberhasilan Theo menjadikan Bober sebagai wadah komunitas ini tidak percuma karena di awal masa transformasinya, Bober berhasil mencatat peningkatan omzet hingga 3 kali lipat.

X-factor atas keberhasilan Bober ini masih terus dipertahankan Theo sebagai resep pengembangan Bober yang tidak dimiliki oleh kafe lainnya, bahkan hingga saat ini.

Pameran lukisan, NGADUIde (Ngobrol Asik Dunia Usaha dan Ide), belajar menulis bersama Pidi Baiq, Komunitas Jazz, termasuk open mic stand-up comedy, dan berbagai kegiatan dari komunitas lainnya masih terus aktif digelar secara rutin di Bober.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ria Indhryani
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper