Bisnis.com, JAKARTA -- Melimpahnya potensi ikan air tawar di perairan Indonesia, ternyata tak hanya mendatangkan untung besar bagi para peternak ikan.
Gurihnya rasa daging ikan, tingginya kandungan gizi, menjadikan ikan air tawar berpotensi untuk diolah menjadi beragam jenis makanan sehat dan bernilai ekonomis tinggi. Salah satu contohnya adalah abon ikan lele.
Lebih dari itu, produk lauk yang tahan lama tersebut juga bisa menyerap tenaga kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat.
Salah satu pihak yang berusaha memberdayakan masyarakat lewat komoditas lele adalah Lembaga Pengembangan Bisnis Banua Prima Persada (LPB Banua Prima Persada).
Koordinator LPB Banua Prima Persada Joko Handonowarih mengatakan pihaknya membina warga di Kecamatan Tampin, Kalimantan Selatan untuk membuat abon lele.
Program yang merupakan kerja sama antara LPB Banua Prima Persada dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) ini dilaksanakan sejak 2012.
Joko mengaku ide membuat olahan abon lele ini muncul karena banyaknya lele berukuran besar yang tak bisa dijual ke pasar.
Lele yang laku dipasaran biasanya berukuran kecil hingga sedang. “Saya dan teman-teman mencari cara agar lele yang tidak laku ini tetap memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Setelah berdiskusi, kami setuju untuk membuat abon lele,” katanya.
LPB Banua Prima Persada tak menjalankan kegiatan ini sendirian. Mereka mengajak para ibu yang tergabung di kelompok PKK di Kecamatan Tampin, Kalimantan Selatan untuk membuat abon lele. Untuk bahan baku, mereka bekerja sama dengan kelompok peternak lele yang ada di daerah tersebut.
Selain melatih para ibu mengolah daging lele menjadi abon, Joko dan kawan-kawannya juga mengajarkan mereka cara memasarkan produk abon lele. “Kami ingin warga tak hanya mahir membuat abon, tetapi juga bisa memasarkannya,” katanya.
Saat ini, jumlah ibu-ibu yang tergabung LPB Banua Prima Persada mencapai 29 orang.
Proses produksi abon lele dilakukan satu kali seminggu.
LPB Banua Prima Persada membutuhkan 100kg ikan lele untuk satu kali produksi.
Dari jumlah tersebut, jumlah abon lele yang dihasilkan menyusut hingga 70%. “Hasil jadi abon lele mencapai 30kg,” katanya.
Abon lele khas Kalimantan Selatan ini dijual seharga Rp25.000 per kemasan.
Satu kemasan memiliki berat sekitar 250gram. Karena terbilang baru merintis, abon lele ini dibungkus kemasan plastik sederhana.
Namun demikian, Joko dan rekan-rekannya bertekad memperbaiki kemasan abon lele.
Joko dan para ibu-ibu PKK di Kecamatan Tampin saat ini masih memasarkan produknya di sekitar Kecamatan Tampin dan sekitarnya.
Meski begitu, dia bercita-cita memperluas jaringan pasar.
“Kami ingin produk kami dikenal oleh konsumen yang lebih luas. Namun demikian, tujuan LPB Benua Prima Persada dan YDBA saat ini adalah agar warga bisa mandiri, memiliki kemampuan, dan mampu memaksimalkan sumber daya di daerah mereka,” tutup Joko.