Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Azis Pane Naik Ojek Hindari Jam Karet

Bagi Azis Pane, yang paling utama dari alat transportasi adalah fungsi daripada gengsi. Oleh karena itu, Azis tak segan naik ojek menembus kemacetan demi datang tepat waktu ke berbagai acara. Asalkan, sopir ojek bisa memastikan tiba di lokasi tanpa terlambat, dia tak keberatan bayar tanpa menawar.

 Bisnis.com, JAKARTA—Nama Azis Pane tak hanya familiar bagi produsen ban kendaraan bermotor tapi juga di industri karet dalam negeri. Pria asal Medan ini tak hanya menjabat ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) tapi juga mengetuai Dewan Karet Indonesia (Dekarindo).

 

Baginya, yang paling utama dari alat transportasi adalah fungsi daripada gengsi. Oleh karena itu, Azis tak segan naik ojek menembus kemacetan demi datang tepat waktu ke berbagai acara. Asalkan, sopir ojek bisa memastikan tiba di lokasi tanpa terlambat, dia tak keberatan bayar tanpa menawar.

 

“Ada joke, katanya, teknologi perkaretan akan pindah semua ke Asia. Tapi, Indonesia cuma kebagian [teknologi] jam karetnya,” kata Azis kepada Bisnis, Kamis (29/5/2014). Lelucon ini menjadi salah satu alasan untuk selalu mengupayakan datang tepat waktu guna membuktikan anggapan itu tak benar.

 

Azis lahir di Rantau Prapat pada 2 Mei 1945. Kini, usianya 69 tahun setara dengan Indonesia. Karena usia yang tak lagi muda, dia memilih bepergian ditemani sopir. Bukan hanya pertimbangan kesehatan tapi juga efisiensi waktu karena dirinya tetap bisa mengerjakan hal lain di tengah kemacetan.

 

Prioritas Azis terhadap alat transportasi pada sisi fungsi bukan gengsi membuat dia tak hobi koleksi kendaraan. Inipula pertimbangannya tatkala memutuskan untuk melaju di ruas jalan ibukota bersama sopir ojek, yang terpenting tepat waktu dan selamat.

 

“Saya orang yang gampang naik darah. Kalau lihat kemacetan jadi marah-marah. Saya pakai sopir, selain karena usia, macet bikin mau gila. Jadi, saya pilih duduk di belakang saja,” ucap dia.

 

Walaupun sudah senja, Azis tetap menyempatkan olah raga minimal lari pagi tiga kali sepekan. Jogging yang dilakukan pada hari biasa cuma berlangsung sekitar 45 menit. Ketika akhir pekan tiba, intensitasnya bertambah menjadi 1 jam sampai 1,5 jam.

 

Jogging tak dilakukan jauh-jauh, hanya di lapangan bola dekat rumah tinggalnya. Mengelilingi lapangan tersebut sebanyak 5 kali setara dengan berlari sejauh 5 kilometer. Olahraga atletik ini dilakukan Azis selepas subuh.

 

Alasan jogging di lapangan kembali lagi soal performa fisik. Berlari di lintasan dengan permukaan aspal berpotensi mencederai sendi lutut. “Jadi, saya pilih di atas rumput hijau. Terlebih nitrogen dari rumput diterpa sinar matahari menghasilkan oksigen yang baik untuk saya,” tutur Azis menutup perbincangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : News Writer
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper