Bisnis.com, JAKARTA -- Selain harga sewa yang pas di kantong, faktor utama yang mampu menarik kedatangan konsumen adalah kondisi lapangan.
Semakin bagus alas lapangan, konsumen pun akan semakin nyaman kala menggocek bola.
Kenyamanan kala bermain ini yang menjadi bahan pertimbangan konsumen ketika memilih lapangan futsal.
Joni menuturkan ada tiga jenis alas lapangan futsal, yaitu rumput sintetis, vinil, dan interlock.
Setiap tipe memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Meski harga pemasangan rumput sintetis dan vinil terbilang murah, kedua tipe alas ini cenderung tak tahan lama.
Dia memilih tipe interlock karena jenis alas ini digunakan untuk kejuaraan futsal internasional.
Alas interlock terbuat dari bahan plastik yang kuat dan lentur. Meski dimainkan terus-menerus, material ini tak gampang rusak.
"Harga pemasangan interlock memang mahal. Namun, material ini memiliki tingkat kestabilan yang bagus dan tahan lama. Konsumen pun akan merasa nyaman kala bermain futsal," ujar atlet yang bernaung di klub Swap FC ini.
Lebih lanjut, dia juga menggunakan jenis bola berkualitas.
Dia mengklaim bola futsal yang dipakai mengacu pada standar bola yang digunakan pada turnamen futsal tingkat nasional.
Demi kenyamanan konsumen, Joni mengganti bola setiap satu bulan sekali.
Pelanggan lapangan futsal D'Two datang dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa datang beramai-ramai untuk bermain futsal di sana.
Namun demikian, dia mengklaim konsumen utama datang dari kalangan mahasiswa, pekerja, dan masyarakat Depok dan sekitarnya.
Bukan itu saja, lapangan miliknya juga sering disewa klub futsal profesional dan panitia turnamen futsal.
"Biasanya lapangan disewa 3-4 hari untuk turnamen. Karena borongan, harga yang kami patok juga berbeda yaitu Rp60.000 per jam."
Berbeda dengan Joni, Zaidan memilih rumput sintetis untuk melapisi alas lapangan futsal miliknya.
Material ini dipilih untuk menghemat pengeluaran. Besarnya nilai investasi untuk pemasangan alas lapangan membuat dia harus berpikir dua kali untuk memakai alas yang sesuai standar kompetisi futsal nasional.
"Jangka waktu rumput sintetis sekitar 4 tahun. Setelah itu, memang sebaiknya diganti baru. Saya memilih rumput sintetis karena biaya pemasangannya lebih murah ketimbang vinil dan interlock. Sampai saat ini, tidak ada konsumen yang mengeluh tentang kenyamanan lapangan," ujar Zaidan.
Agar konsumen makin betah bermain futsal, dia juga mengganti bola lama dengan produk baru baru setiap bulan. Jumlah bola yang dipasok mencapai 5-6 bola.
Terkait pangsa pasar, Zaidan mengaku penyewa lapangan kebanyakan datang dari kalangan mahasiswa.
Hal ini terjadi lantaran tempat futsalnya dekat dengan Univeristas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh.
Namun demikian, dia tak menampik ada karyawan dan warga sekitar yang kerap kali bermain di sana.
Soal peluang, Joni dan Zaidan optimistis bisnis penyewaan lapangan futsal memiliki prospek cerah.
Selain menyehatkan badan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas ini juga terjangkau oleh berbagai kalangan.
Lebih lanjut, Joni menuturkan jasa penyewaan lapangan futsal juga semakin prospektif lantaran banyaknya turnamen atau kompetisi futsal di Indonesia.
"Seperti halnya sepak bola, olah raga futsal sudah menjadi olah raga rakyat. Meski sekarang banyak lapangan futsal baru, peluang mencicipi kue keuntungan di bisnis masih besar. Oleh karena itu, kami harus terus meningkatkan standar fasilitas agar konsumen tertarik untuk terus bermain futsal di tempat kami," ujar Joni.
