Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Tersangka Kasus Suap, Kekayaan Gautam Adani Anjlok Rp239 Triliun

Kekayaan Gautam Adani amblas US$15 mjliar atau sekitar Rp239 triliun dalam sehari usai dituduh melakukan penyuapan
Miliarder di India Gautam Adani/instagram
Miliarder di India Gautam Adani/instagram

Bisnis.com, JAKARTA — Kekayaan Gautam Adani anjlok sampai US$15 miliar atau sekitar Rp239 triliun dalam sehari setelah adanya tuduhan penyuapan, yang juga turut membawa saham perusahaan-perusahaan di bawah konglomerat besar itu merosot tajam.

Dilansir Bloomberg, sebelumnya Ketua Adani Group itu dan keponakannya, Sagar Adani, telah didakwa dalam skema penyuapan oleh pengadilan pada Rabu, 20 November 2024.

Setelah dakwaan tersebut, Adani Green Energy telah membatalkan penjualan obligasi senilai US$600 juta yang diusulkan setelah putusan pengadilan AS pada Kamis.

Miliarder industri yang pernah menduduki posisi penting di antara orang-orang terkaya di dunia ini telah mengalami kemerosotan kekayaan bersih, yang anjlok hingga US$15 miliar dalam satu hari. 

Kekayaannya, yang pernah bernilai US$69,8 miliar, telah turun menjadi US$54,8 miliar, mendorongnya turun dari posisi ke-22 ke posisi ke-25 dalam Daftar Miliarder Real-Time Forbes.

Pukulan terbaru ini datang saat Adani, bersama para eksekutif dari perusahaannya, Adani Green Energy, didakwa di New York atas tuduhan mengatur skema penipuan bernilai miliaran dolar. 

Jaksa AS mengklaim bahwa antara 2020 dan 2024, Adani dan rekan-rekannya, termasuk keponakannya Sagar Adani dan Vneet Jaain, membayar suap lebih dari US$250 juta kepada pejabat pemerintah India untuk mengamankan kontrak pasokan energi surya yang menguntungkan senilai US$2 miliar.

Selain tuduhan tersebut, jaksa juga menuduh bahwa Adani Green Energy mengamankan lebih dari US$3 miliar dalam bentuk pinjaman dan obligasi selama periode yang sama dengan mengeluarkan pernyataan palsu dan menyesatkan. 

Surat perintah penangkapan untuk Gautam Adani dan Sagar Adani telah dikeluarkan, dan otoritas AS berupaya mencari kerja sama penegakan hukum internasional. Kasus tersebut juga menarik perhatian Komisi Sekuritas dan Bursa AS, yang mengajukan tuntutan perdata terkait.

Dakwaan tersebut memicu dampak langsung di pasar keuangan. Saham perusahaan Adani Group anjlok, dengan tiga saham mencapai batas sirkuit bawah sebesar 20%. 

Adani Green Energy, Adani Ports, dan Adani Energy Solutions menanggung beban aksi jual tersebut. Kapitalisasi pasar grup tersebut anjlok sebesar US$24 miliar, menandai hari perdagangan terburuknya sejak laporan Hindenburg Research mengguncang konglomerat tersebut pada awal 2023.

Obligasi dolar Adani Group juga mengalami penurunan tajam. Utang yang jatuh tempo pada 2027 dan 2030 turun signifikan, diperdagangkan pada level sedikit di atas 80 sen per dolar. 

Penurunan kekayaan Adani baru-baru ini terjadi setelah dua tahun penuh gejolak bagi kerajaannya. Pada Januari 2023, Hindenburg Research menuduh konglomerat itu melakukan manipulasi saham dan pelanggaran keuangan, yang memicu aksi jual yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Dilansir Bloomberg Billionaire Index, dalam sebulan, kekayaan Adani anjlok hingga US$80 miliar, menghapus lebih dari US$150 miliar nilai pasar dari perusahaannya.

Meskipun mengalami kemunduran, Adani menghabiskan sebagian besar 2023 dan awal 2024 untuk merayu investor, membayar utang, dan berupaya memulihkan kepercayaan pada operasi bisnisnya. 

Pada pertengahan 2024, kekayaan bersihnya sempat melampaui US$100 miliar, mengukuhkan posisinya sebagai orang terkaya kedua di India setelah pimpinan Reliance Industries Mukesh Ambani.

Kini, dengan dakwaan baru ini, mengancam akan membatalkan upaya pemulihan tersebut. Analis memperingatkan bahwa reputasi dan kemampuan grup untuk mengumpulkan dana kini berada di bawah tekanan yang signifikan, terutama karena perhatian global beralih ke praktik tata kelolanya.

Tuduhan tersebut juga telah membayangi ambisi Adani untuk memimpin transisi energi bersih di India. Sebagai salah satu pelaku energi terbarukan terbesar di dunia, grup tersebut telah berperan penting dalam memajukan kapasitas energi surya dan angin di negara tersebut.

Namun, dakwaan tersebut, yang dipadukan dengan ketidakstabilan pasar, dapat mengganggu proyek yang sedang berlangsung dan menghalangi investasi di masa mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper