Bisnis.com, JAKARTA - Masayoshi Son, pendiri dan pemegang saham terbesar SoftBank Group, kekayaannya meningkat sebesar US$9 miliar pada pertengahan Agustus 2025.
Dilansir Bloomberg Billionaires Index, kekayaannya kini diperkirakan mencapai US$31,3 miliar, atau sekitar Rp506,65 triliun, menjadikannya orang terkaya kedua di Jepang setelah Tadashi Yanai dari Fast Retailing.
SoftBank, grup investasi yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo dengan kepemilikan di perusahaan teknologi global, telah diuntungkan oleh kenaikan harga saham yang terkait dengan investasi AI-nya.
Vision Fund perusahaan telah pulih, dan penjualan aset, termasuk sebagian saham T-Mobile AS telah meningkatkan modal Son yang tersedia.
Saham SoftBank juga melonjak menyusul berita akuisisi pabrik kendaraan listrik Foxconn di Ohio, sebuah langkah yang telah memicu harapan akan kemajuan proyek pusat data Stargate yang terhenti.
Namun, kepemilikan saham pribadi Son di beberapa investasi SoftBank telah menarik perhatian investor yang khawatir tentang tata kelola.
Baca Juga
Profil Masayoshi Son
Menjadi orang terkaya kedua di Jepang, Masayoshi Son lahir pada 11 Agustus 1957 di Tosu, Jepang. Dia selalu punya minat terhadap dunia bisnis sejak muda, dan sempat belajar Bahasa Inggris dan ilmu komputer sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat.
Pada usia 16 tahun, Son pindah dari Jepang ke California dan tinggal bersama teman-teman dan keluarganya di San Francisco Selatan. Son berkuliah di University of California, Berkeley, dan belajar ilmu ekonomi dan ilmu komputer.
Kemudian, pada usia 19 tahun, dia memulai usaha bisnis pertamanya saat masih menjadi mahasiswa. Dengan bantuan beberapa profesor, Son menciptakan penerjemah elektronik yang kemudian dia jual ke Sharp Corporation seharga US$1,7 juta.
Dia kemudian memulai usaha mengimpor mesin video game bekas dari Jepang dan menghasilkan kembali uang senilai US$1,5 juta. Son kemudian lulus dari Berkeley dengan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1980.
Sebelum mendirikan SoftBank, dia memulai bisnisnya dengan membangun perusahaan gim video bernama Unison World di Oakland, California. Dia kemudian menjual perusahaan tersebut kepada seorang rekanan dengan harga hampir US$2 juta, dan perusahaan tersebut akhirnya diakuisisi oleh Kyocera.
Kemudian, pada tahun 1981, dia mulai membangun SoftBank, yang merupakan vendor perangkat lunak, dan menjadi operator telekomunikasi besar di Jepang sebelum kemudian berubah menjadi perusahaan induk investasi SoftBank Group Corp.
Dari perusahaan itu, Son bertemu dengan orang-orang penting seperti Rupert Murdoch, Larry Ellison, dan Jack Welch, mengakuisisi senilai miliaran dolar, dan sikap 'ambil semua atau tidak sama sekali' terhadap inovasi.
SoftBank Corp kemudian menjadi kendaraan investasi yang mengalami keberhasilan mulai dari investasi di Alibaba pada tahun 1999 dan Yahoo! pada tahun 1995, dan sempat mengalami kegagalan seperti investasi di Kingston Technology, di mana SoftBank membeli 80% sahamnya pada tahun 1996 tetapi kemudian menjual kembali perusahaan tersebut pada tahun 1999 dengan kerugian hingga afiliasi dari harga asli.
Kesuksesan SoftBank juga salah satunya bersumber dari investasi ke Vision Fund senilai US$100 miliar. Dia masuk ke dalam perusahaan yang Didirikan pada tahun 2017 itu untuk berinvestasi dalam teknologi yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan internet.
Pada tahun 2019, perusahaan ini bertujuan untuk menggandakan portofolio di perusahaan AI dari 70 menjadi 125 perusahaan. Investor dalam Vision Fund milik Son termasuk Apple, Qualcomm, Foxconn, kantor keluarga miliarder Larry Ellison, dan dana kedaulatan Arab Saudi.
Vision Funds telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan, termasuk perusahaan angkutan berani Grab, pemimpin e-commerce Korea Coupang, dan platform pengiriman makanan India Swiggy.
Melalui perusahaan itu, Son juga berencana mengumpulkan US$100 miliar lainnya untuk memuat inisiatif chip AI dengan nama Izanagi, yang dinamai menurut dewa pencipta Jepang.
Selain itu, Son juga turut menginvestasikan miliaran dolar dalam AI, termasuk dalam Proyek Stargate senilai US$500 miliar, dalam kemitraan dengan OpenAI, Oracle, dan MGX, untuk membangun infrastruktur AI di AS.