Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menapak Laba dari Bisnis Sepatu Boot ala Docmart

Sepatu boot model docmart kini banyak digemari masyarakat, terutama kalangan muda yang cenderung aktif dan bergerak bebas. Tak heran, produsen yang khusus memproduksi dan memasarkan sepatu model ini terus bermunculan.
Dewi berencana untuk membuka toko offline Alubi Shoes, serta mendaftarkan setiap model dan merek sepatu miliknya untuk mendapatkan lisensi dan hak paten yang resmi. /Bisnis.com
Dewi berencana untuk membuka toko offline Alubi Shoes, serta mendaftarkan setiap model dan merek sepatu miliknya untuk mendapatkan lisensi dan hak paten yang resmi. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sepatu boot model docmart kini banyak digemari masyarakat, terutama kalangan muda yang cenderung aktif dan bergerak bebas. Tak heran, produsen yang khusus memproduksi dan memasarkan sepatu model ini terus bermunculan.

Model sepatu docmart sebenarnya berasal dari ide seorang veteran militer Jerman bernama Dr Klaus Märtens yang memodifikasi sepatu boot militernya menjadi sepatu yang lebih nyaman untuk dipakai sehari-hari pasca—Perang Dunia II.

Dr Klaus Märtens kemudian meminta bantuan kepada keluarga Griggs asal Inggris yang sudah terkenal membuat sepatu berkualitas. Akhirnya, sepatu boot militer tersebut berubah bentuk menjadi sepatu yang nyaman.

Martens dan Griggs kemudian memasarkan rancangan sepatu tersebut dan membuat brand sepatu sendiri dengan merek Dr Martens pada tahun 60-an yang kemudian sering disingkat menjadi Doc Mart atau docmart seperti dikenal saat ini.

Karena modelnya yang tampak tangguh, klasik tetapi enak dilihat, serta nyaman dan juga tahan banting, semakin banyak orang dari berbagai kalangan yang jatuh cinta terhadap model sepatu ini.

Tren penggunaan sepatu ini bahkan berhasil bertahan hingga beberapa dekade sejak pertama kali diperkenalkan. Modelnya kemudian banyak diadaptasi oleh produsen sepatu di dalam negeri, tetapi tetap disesuaikan dengan tren yang berkembang di pasar domestik.

Salah satu produsen sepatu yang memanfaatkan kepopuleran sepatu boot docmart ini adalah Alubi Shoes yang didirikan Dewi Rosliana sejak tiga tahun lalu.

Saat memutuskan untuk terjun dalam bisnis ini, Dewi melihat sepatu docmart tersebut tengah menjadi tren di kalangan remaja dan anak muda. Dia pun mulai menyeriusi pembuatan sepatu tersebut dengan metode produksi pre-order yang tidak membutuhkan modal banyak.

“Modal awal hanya butuh akun media sosial, untuk mengunggah model-model sepatu, sehingga bisa dipesan oleh calon konsumen,” kenangnya.

Setiap ada calon konsumen yang tertarik pada desain sepatu yang Alubi Shoes produksi, Dewi selalu menjelaskan bahwa mereka harus membayar uang muka minimal setengah dari harga sepatu, kemudian pesanan akan segera diproduksi dalam jangka waktu 1-2 pekan.

Setelah proses produksi yang dilakukan di Bandung selesai, pemesan akan diminta membayar sisa pembayaran untuk selanjutnya masuk pada tahap pengiriman melalui jasa ekspedisi.

Saat ini, dalam satu bulan, Alubi mampu memproduksi 150 pasang sepatu yang dibanderol dengan kisaran harga Rp240.000—Rp300.000, sehingga omzet yang dapat dikumpulkan Dewi rata-rata Rp26 juta per bulan.

Untuk memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen, Alubi juga memberikan garansi satu bulan untuk shoesoll sepatu. Jika terdapat cacat karena gagal produksi, konsumen bisa menukarkannya kembali.

“Kami sangat menjamin kualitas sepatu docmart yang kami buat, sehingga berani memberikan garansi kepada konsumen,” paparnya.

Selain memproduksi sepatu dengan desain yang ditawarkan, Alubi juga menerima pengerjaan sepatu dengan desain yang diminta konsumen. Mereka juga melayani pembuatan sepatu dengan ukuran di luar rata-rata.

Bahan dasar yang digunakan adalah kulit sintetis, tapi tidak menutup kemungkinan jika customer ingin menggunakan bahan kulit asli. Namun, tentunya harga akan disesuaikan,” katanya.

Setelah menjalani bisnis ini dalam beberapa tahun terakhir, harga bahan baku menjadi kendala yang dialami Alubi Shoes. Naik turunnya harga membuat biaya produksi sepatu sering kali berubah-ubah.

“Kami terpaksa menaikkan harga ketika harga bahan baku naik, tetapi biasanya sebelumnya sudah kami sosialisasikan dulu terkait penaikan harga jual,” paparnya.

Selama ini, Dewi mengoptimalkan pemasaran lewat media sosial, salah satunya akun Instagram @alubishoes. Dari pemasaran online tersebut, produknya telah dikirim hampir ke seluruh daerah di Indonesia.

Meskipun seluruh proses pemesanan hingga pengiriman dilakukan secara online, Dewi tetap mengandalkan kualitas dan pelayanan. Pasalnya, kepercayaan konsumen dinilai merupakan modal utama dalam menjalankan bisnis ini.

Ke depannya, Dewi berencana untuk membuka toko offline Alubi Shoes, serta mendaftarkan setiap model dan merek sepatu miliknya untuk mendapatkan lisensi dan hak paten yang resmi.

ERESA SHOES

Selain Dewi, pemain lain yang menggali untung dari bisnis sepatu docmart adalah Rossi Syahmida dengan Eresa Shoes yang dikembangkannya sejak April tahun lalu.

Mahasiswi jurusan farmasi tersebut mengawali bisnis ini karena tertarik memiliki sepatu docmart yang dilihatnya dari Instagram.

Melihat sepatu boot docmart masih jarang digunakan di lingkungan tempat tinggalnya di Semarang, Rossi pun terpikir untuk menjual dan memasarkan sepatu tersebut.

“Saya langsung mencari supplier yang bisa memproduksi sepatu docmart dengan harga yang lebih murah, sehingga bisa saya jual lagi,” katanya.

Sekarang, Rossi bekerja sama dengan salah satu rekannya di Bandung yang mampu memproduksi lebih dari 100 pasang sepatu docmart setiap bulannya. Proses produksi dilakukan dalam dua metode, yaitu produksi rutin untuk stok, dan pre-order untuk model sepatu custom.

Untuk dua metode tersebut, Rossi menetapkan harga yang berbeda, yaitu sekitar Rp150.000—Rp200.000 untuk sepatu readystock, dan sekitar Rp200.000—Rp300.000 untuk sepatu custom yang disesuaikan dengan tingkat kerumitan pembuatan sepatu.

“Kami menyediakan pilihan custom shoes untuk pembeli, karena kadang ada yang merasa kurang cocok dengan pilihan yang ada. Calon pembeli bebas untuk memilih bahan dan warna yang sesuai dengan gaya mereka,” katanya.

Untuk pembuatan sepatu stok, Eresa membutuhkan waktu sekitar 1 pekan dari persiapan bahan, pemotongan bahan, penjahitan hingga pengeleman, sedangkan untuk sepatu custom membutuhkan waktu sekitar 2-3 pekan.

Rossi mengaku, waktu pengerjaan tersebut kadang kala terpaksa harus molor karena berbagai sebab, di antaranya kurangnya tenaga kerja.

“Kalau salah satu pegawai sakit, tidak ada pekerja lain yang dapat meng-handle pesanan tersebut.”

Selain itu, kendala pada pengiriman juga pernah dia alami karena jasa ekspedisi yang tengah overload saat Lebaran, sehingga terpaksa barang pesanan tidak bisa sampai ke konsumen tepat waktu.

“Pernah juga hampir tertipu oleh calon pembeli yang mengaku telah mengirim pembayaran, padahal tidak ada transferan apa pun yang masuk rekening. Makanya, harus rajin mengecek mutasi rekening,” katanya.

Menapak Laba dari Bisnis Sepatu Boot ala Docmart
Sementara itu, sebagai strategi untuk menjaring banyak konsumen, Rossi mengadakan giveaway atau memberikan hadiah sepatu gratis bagi follower akun Instagram @eresashoes yang beruntung.

“Kami juga memanfaatkan iklan di Instagram setiap bulannya, serta ikut promo berbayar yang dilakukan oleh akun Instagram yang memiliki follower lebih banyak,” paparnya.

Saat ini, produk Eresa telah dipesan oleh para konsumen dari berbagai daerah di Indonesia, paling banyak konsumen dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. “Dari Papua masih jarang karena biaya ongkos kirimnya yang relatif tinggi, dan hampir sama dengan harga sepatunya,” katanya.

Ke depannya, Rossi berencana untuk membuat website dan membuka toko offline di Semarang. “Saat ini masih mengumpulkan modal dan survei ke beberapa tempat untuk menentukan lokasi yang cocok.”

Rossi optimistis bisnis produksi sepatu docmart ini masih tetap gemilang dan diminati para anak muda yang berjiwa bebas, apalagi docmart Eresa memang didesain untuk orang yang suka bergerak dengan nyaman.

Sepatu ini juga diklaim dapat melengkapi penampilan dengan gaya apa pun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa (20/1/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler