Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seruput Laba dari Kedai Jamu Suwe Ora Jamu

Minuman tradisional yang saat ini kembali diangkat dengan konsep modern adalah Jamu. Nova Dewi Setiabudi mencoba menyajikan jamu dengan gaya yang lebih populer melalui kafe bernama Suwe Ora Jamu Kedai Jamu dan Kopi.
Ilustrasi/twitter.com
Ilustrasi/twitter.com

Bisnis.com, JAKARTA - Minuman tradisional yang saat ini kembali diangkat dengan konsep modern adalah Jamu. Nova Dewi Setiabudi mencoba menyajikan jamu dengan gaya yang lebih populer melalui kafe bernama Suwe Ora Jamu Kedai Jamu dan Kopi.

Nova mengaku mendapatkan inspirasi untuk membuat kafe yang menyajikan jamu karena kesulitan mencari jamu sejak dia hijrah ke Ibu Kota. Padahal perempuan asal Surabaya tersebut telah dibiasakan mengonsumsi jamu sejak dia masih kecil.

Selain itu, dia juga ingin mengenalkan kembali jamu yang merupakan warisan nenek moyang sebagai minuman kesehatan yang dapat dikonsumsi sehari-hari, bukan hanya dijadikan sebagai obat yang memiliki kesan pahit dan tidak enak.

Dia juga menilai masyarakat sekarang juga sudah mulai peduli pada aspek-aspek kesehatan, termasuk urusan mengonsumsi jamu-jamuan yang dijajakan beberapa tukang jamu keliling di beberapa daerah di Jakarta.

“Banyak yang meragukan apakah jamu yang ditawarkan tukang jamu keliling itu higienis dan sehat, di tengah maraknya penyalahgunaan bahan-bahan berbahaya pada makanan dan minuman,” paparnya.

Untuk itu, dengan konsep kafe yang dirancang rapi dengan suasana serasa berada di rumah, membuat pengunjung semakin betah untuk menghabiskan waktu sambil menikmati beragam sajian jamu dan makanan lainnya.

Selain menyajikan jamu tradisional produksi Jamu Iboe asal Surabaya, Nova juga menghadirkan minuman jamu olahan yang telah disesuaikan dan dicampur dengan bahan lainnya, seperti buah dan sayur, sehingga menciptakan jamu dengan rasa yang lebih rama di lidah para tamu.

Saat mengawali bisnis ini pada akhir Februari 2013, Nova dan suaminya perlu merogoh kocek sekitar Rp50 juta sebagai modal awal untuk merenovasi ruko yang telah mereka sebelumnya. Dana tersebut juga digunakan untuk menghadirkan interior dengan gara semiklasik, serta untuk menyediakan bahan baku pembuatan jamu.

“Modal tersebut di samping sewa ruko, karena kebetulan kami sudah punya tempat ini sebelumnya. Selain itu, agar lebih hemat kami juga mendatangkan kursi dan meja, serta beberapa dekorasi lainnya dari rumah sendiri,” paparnya.

Kafe yang berlokasi di Jl Petogogan I, Gandaria, Jakarta Selatan, tersebut terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama diperuntukkan bagi pengunjung yang enggan terkena asap rokok dengan kapasitas tempat duduk hingga 30 orang, sedangkan lantai ketiga merupakan ruangan lebih terbuka sehingga memungkinkan pengunjung untuk mengisap rokok dengan kapasitas tempat duduk 32 orang.

Nova mengaku pada awal pembukaan kafenya, respons dari masyarakat kurang terlalu bagus. Namun, seiring berjalannya waktu didukung dengan strategi promosi yang gencar dilakukan, perlahan-lahan jumlah pengunjungnya semakin bertambah.

Sekarang, setiap harinya Suwe Ora Jamu dikunjungi sekitar 150 orang pada hari kerja, dan mencapai 300 orang pada akhir pekan. Masing-masing pengunjung juga diperkirakan membelanjakan uangnya sekitar Rp50.000, sehingga rata-rata omzet yang didapatkan setiap harinya mencapai Rp7,5 juta – Rp15 juta.

Beberapa strategi yang dilakukan di antaranya dengan aktif menjadi peserta bazar dan kegiatan-kegiatan musik. Selain itu, dia juga memanfaatkan fasilitas internet yang disediakan di internet, sehingga memudahkan masyarakat untuk menemukan lokasi kafenya.

Selain itu, Suwe Ora Jamu juga sudah membuka dua kedai yang menyajikan jamu yang berlokasi di Cilandak Town Square dan Pasar Santa. Serta menyediakan layanan pesan antar, bekerja sama dengan penyedia jasa food delivery.

“Meskipun tempat ini sudah mulai dikenal, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan seperti melakukan edukasi terhadap masyarakat yang lebih luas terkait manfaat jamu,” katanya.

Ke depannya, dia juga berencana untuk masuk ke pasar ritel dengan produk jamu siap minum botolan yang telah diproduksi sejak dua tahun lalu. Selain itu, dia juga segera membuat mobile jamu bar, atau kedai jamu keliling yang bisa berpindah tempat ke lokasi-lokasi strategis.

Nova menjelaskan, strategi tersebut akan dilakukan setelah pihaknya memiliki kapasitas produksi yang konsisten untuk pembuatan jamu siap minum. “Jamu itu seperti kehidupan, memerlukan proses, dan setiap prosesnya harus dinikmati,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper