Bisnis.com, JAKARTA -- Berawal dari keprihatinan karena potensi cocoa Indonesia yang besar namun tidak membuat Indonesia terkenal dengan cokelatnya, Reny Sukmasari, terpikir untuk terjun dalam industri olahan cokelat.
Reny awalnya adalah seorang pramugari. Namun karena dorongan menjadi wirausahawan begitu besar, dia mengundurkan diri dan mulai mendalami seluk beluk tentang cokelat. Dia sempat kursus pembuatan dan pengolahan cokelat di Jakarta. Bahkan dia juga mendatangi pabrik dan perkebunan cokelat untuk belajar.
Perempuan 28 tahun ini mendirikan usaha di bawah bendera Cokelat Joyo yang berbasis di Yogyakarta pada Agustus 2013. Dia mengeluarkan modal Rp70 juta untuk membeli alat produksi, bahan baku dan perlengkapan toko lainnya.
Sejak awal, Reny memposisikan usahanya sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta dan menyasar konsumen dari kalangan wisatawan. Sebenarnya dia bukan yang pertama terjun di industri olahan cokelat di kota pelajar tersebut.
Sebelumnya, sudah ada beberapa merek yang bahkan sudah dikenal sebagai oleh-oleh cokelat khas Yogyakarta. Karena itu dia memutar otak dan mencari ceruk bisnis yang belum tersentuh pemain lama.
“Olahan cokelat sebenarnya sudah ada, tapi kami mengambil pangsa pasar yang berbeda. Yang sudah ada kan menyasar pasar menengah ke atas, kami ambil yang menengah ke bawah,” kata dia saat ditemui di outletnya.
Perempuan berambut panjang ini berujar pasarnya cokelat olahhan masih sangat luas. Sebab banyak wisatawan yang membeli dalam jumlah banyak untuk oleh-oleh sehingga mereka lebih sensitif dengan harga produk.
Cokelat Joyo memproduksi cokelat dengan 13 varian rasa, antara lain dark chocolate, milk, pedas, almond, mete, hazelnut, cengkeh, kayu manis, kopi aceh, kopi toraja, kopi papua, mangga, kurma, kismis, durian, strawberry, apel dan permen. Produknya dibanderol dengan harga mulai Rp8.000-Rp50.000 dengan ukuran 32 gram hingga 100 gram.
Dia menargetkan memproduksi minimal dua varian baru dalam setahun. Strategi variasi produk tersebut dilakukannya agar produknya mampu menembus pasar yang lebih luas. Selain itu inovasi juga berguna agar produknya tampil beda sehingga lebih mudah dikenal.
“Di Indonesia setahu saya baru Joyo yang punya variasi cokelat meletus, yakni cokelat dengan permen di dalamnya sehingga saat dimakan seperti meletus di dalam mulut,” tuturnya.
Karena sejak semula dia menyasar segmen pasar wisatawan, Reny membuat konsep Cokelat Joyo dengan serius. Dia juga membuat kemasan cokelat yang menarik dengan berbagai tema yang menggambarkan icon Yogyakarta.
Reny berkeinginan agar produk cokelat mampu menjadi oleh-oleh yang khas Yogyakarta dan dicari oleh wisatawan sebagai buah tangan.
“Yogyakarta selain dikenal sebagai Kota Gudeg dan Kota Pelajar, juga dikenal karena pariwisatanya. Nah kami menawarkan oleh-oleh yang berbeda selain bakpia dan gudeg,” ujarnya.
Strategi lain selain variasi produk dan kemasan yang dilakukan Reny adalah promosi yang bijak. Menurutnya tantangan terbesar bisnis ini adalah untuk pengenalan produk ke konsumen. Apalagi dia harus bersaing dengan pemain lama yang sudah lebih terkenal.
Dia rajin menyebarkan flyer dan membagian tester di pusat-pusat keramaian seperti saat car free day atau jika ada pameran event. Dia juga berpromosi online di media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Untuk pemasaran, Cokelat Joyo mengandalkan penjualan langsung di outletnya dan di beberapa toko oleh-oleh yang diajak kerja sama. Saat ini ada lima toko oleh-oleh yang memajang produknya. Dia juga bekerja sama dengan peritel modern Hypermart yang ada di Yogyakarta.
Sebagai pemain yang masih terbilang baru, Reny terbilang cukup sukses. “Sehari omzetnya sekitar Rp2 juta,” kata perempuan kelahiran 1 Juni 1987 itu.
Dalam sehari, rumah produksinya kini mampu mengolah sekitar 20 kilogram-30 kilogram bahan baku yang didapat dari daerah di sekitar Yogyakarta. Dalam sehari, produknya terjual sekitar 150-200 pieces.
Melihat prospek bisnisnya yang masih cerah, Reny berniat mengembangkan pasar yang lebih luas. Dia bercita-cita membuat konsep yang sama, yakni cokelat sebagai oleh-oleh, namun di daerah yang lain.
Saat ini dia sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa calon mitra. Namun dia memastikan merek yang digunakan akan berbeda karena ingin agar tiap merek hanya ada di satu daerah.