Bisnis.com, TANGERANG--Rektor Universitas Hasanuddin Makassar Dwia Aries Tina mengaku tidak mudah baginya untuk mencapai posisi nomor satu di kampus.
"Kita [perempuan] harus jadi petarung," katanya dalam Forum Kepemimpinan Perempuan USAID, di Tangerang, Kamis (11/6/2015).
Pertarungan yang harus dihadapi di lingkungan perguruan tinggi tidak mudah. Meraih kepercayaan untuk mengemban amanat sebagai rektor, akademisi perempuan harus memiliki program yang jelas.
Bukan cuma program tetapi mereka juga harus mampu mengejawantahkannya menjadi sasaran dan aksi nyata. Oleh karena itu, untuk mencapai posisi nomor wahid harus dilakukan secara terencana bukan tergopoh-gopoh.
"Karena yang kita hadapi di perguruan tinggi di dalamnya adalah orang-orang cerdas, orang-orang yang super tahu," tutur Dwia.
Apa yang diutarakannya merupakan respon terhadap isu minimnya partisipasi kepemimpinan perempuan di perguruan tinggi. Proporsi pengajar perempuan di institusi pendidikan tinggi berkisar 21% - 72% dan yang memimpin di institusi masing-masing cuma 6% - 20%.
Kendatipun kampus diisi orang-orang berpendidikan tak lantas bebas dari bias gender. Salah satu wujudnya tatkala bersentuhan dengan pengambilan keputusan, tak jarang kerap dihubungkan dengan maskulinitas yang akhirnya merujuk kepada laki-laki.