Tas Akar Wangi Diminati Pasar Asing
Salah satu pelopor kerajinan akar wangi dari Garut yakni Joanna, pemilik Graha Kriya Zocha. Sebagai pemilik sentra oleh-oleh akar wangi terbesar di Garut, dia memasok kerajinan akar wangi ke seluruh nusantara dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Namun ide dan kesuksesan itu tak begitu saja diraih Joanna. Inspirasi mengolah akar wangi timbul ketika dia dan suaminya mengunjungi pameran Inacraft di Jakarta pada 1998. Saat itu ada satu booth dari Pekalongan yang memamerkan kerajinan akar wangi dari Garut.
“Saya berpikir, kenapa orang yang dari jauh yang justru tahu dan mengolah akar wangi sedangkan saya yang di daerah tersebut tidak tahu bahwa itu bisa menjadi sesuatu,” tuturnya saat ditemui di galerinya yang berada di Jalan Pakuwon No 1, Garut, Jawa Barat, pekan lalu.
Sambil sesekali melayani puluhan jurnalis dari Jakarta yang mengajukan pertanyaan dan sibuk menawar barang, Joanna bercerita bisnis kerajinan akar wangi dimulainya tepat pada 9 September 1999.
Dia mengeluarkan modal awal sebesar Rp500.000 untuk membeli akar wangi yang sudah ditenun dari perajin. Kemudian, suaminya membuat desain produk dan dia menjahitnya.
Hasil produksi pertamanya saat itu berjumlah 26 unit barang berupa baki hantaran, taplak meja, dan kotak tisu. Ternyata produknya diminati konsumen. Dia bahkan mendapat banyak masukan ide-ide produk dari para pelanggan yang membuatnya menjadi kaya item dan model produk.
Produk kerajinan akar wangi dari Garut berbeda dengan hasil produksi dari daerah lain seperti Bali, Yogyakarta maupun Pekalongan. Yang paling membedakan yakni dalam penggunaan akar. Produk Pekalongan biasanya membuat akar wangi untuk variasi saja artinya penggunaan akar lebih sedikit.
Sedangkan produk kerajinan Garut lebih hampir menggunakan full akar wangi serta diberi sentuhan lukis atau kombinasi batik khas Garut.