1. Zocha, Pelopor Kerajinan Garut
Setiap bulan galerinya menjual sekitar 1.000-an unit produk yang terdiri dari 400 jenis barang seperti tas, sajadah, peci, gantungan kunci, hiasan dinding, pajangan hingga produk interior rumah seperti taplak meja, bed cover, sarung bantal kursi, tudung saji, kap lampu hias, horden.
Harga yang dibanderol sangat bervariasi, tergantung jenis kerajinan dan tingkat kerumitan pada proses pembuatannya. Produk termurah yakni gantungan kunci sederhana untuk ucapan terimakasih dengan harga Rp5.000, sementara yang paling mahal yakni bed cover senilai Rp4,5 juta.
Dari semua jenis, produk yang paling diminati pasar yakni sajadah dan taplak meja tamu, masing-masing dibanderol dengan harga Rp185.000 dan Rp110.000.
“Kalau harganya relative mahal itu karena kombinasi yang digunakan. Misalnya bed cover itu dipadu dengan batik tulis Garut yang memang cukup mahal. Desain kami sangat unik dan kami merancang agar pembeli bisa dapat dua hal sekaligus, yakni akar wangi dan batik garutan,” jelasnya.
Cerita Joanna sempat terhenti sejenak ketika seorang pria pengunjung galerinya menawar satu unit hiasan dinding. Sambil tersenyum, dia menolak permintaan konsumen tersebut untuk menurunkan harga dari Rp45.000 menjadi Rp25.000.
“Wah, tidak bisa pak, ini kan handmade pak dan dilukis tangan juga. He-he-he,” tuturnya.
Joanna tidak mau membanderol produknya dengan harga yang terlalu rendah demi mengapresiasi para perajin. Selain itu dia juga ingin mengedukasi pasar agar menghargai nilai kreatifitas.
Dia prihatian karena umumnya produk kerajinan yang dibeli orang terus dibawa ke rumah biasanya hanya ditaruh begitu saja atau malah jadi sampah.
“Nah, kami ingin mem-branding ini agar barang kerajinan kami ini dihargai setara dengan LV, Giorgio Armani, artinya bisa disimpan di rumahnya dan mereka bangga dengan itu,” ujarnya.