Bisnis.com, JAKARTA--Crowdfunding atau aktivitas bantuan sosial yang dilakukan secara bersama-sama oleh publik (crowd) telah dikenal dan dipraktekkan lama di negara-negara barat atau maju. Motif dan objektifnya juga sangat beragam : mulai untuk tujuan sosial seperti membantu korban bencana dan kelaparan, membantu keluarga yang terlilit hutang, membantu bisnis yang baru tumbuh (startup) hingga donasi bersama untuk kampanya politik.
Misalnya saja gerakan "One Man one Dollar" saat Presiden Barack Obama mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika pertama kali? Aktivitas melibatkan dukungan dan sumber daya publik untuk sebuah gerakan tertentu dikenal secara general sebagai 'Crowdsourcing'. Meskipun demikian, crowdfunding di Indonesia sesungguhnya bukanlah hal yang benar-benar baru.
Secara kultural, masyarakat Indonesia telah biasa melakukan aktivitas gotong royong, sebuah nilai utama masyarakat Indonesia yang bermakna 'menopang bersama-sama'. Dan ketika penggunaan media sosial makin merebak, terutama di Indonesia yang mencatatkan pengguna Facebook, Twitter, Youtube dan Chat Messenger sangat besar, maka crowdfunding menemukan arus dan peluang lebih besar.
Ingat pula kasus koin Prita, bantuan untuk tukang ojek Wiwin dan Pak Soleh, yang semuanya dipantik maupun diagregasi melalui kanal media sosial. Didorong oleh peluang melakukan perubahan sosial yang signifikan tersebut, dimana 3 aspek yaitu masalah sosial, pendonor, aktivis dan 'enabler' yakni teknologi, device serta internet bertumbuk jadi satu, maka Yayasan Qoloni Indonesia kemudian membangun sebuah crowdfunding platform yang integral bernama QOLONI.
"Ide dasar QOLONI sederhana, yaitu menyediakan satu ruang bersama untuk para aktivis lapangan, donatur individual maupun korporasi, serta netizen yang peduli masalah sosial. Semuanya bisa berkolaborasi tanpa batasan wilayah, kemampuan dana atau tenaga dan tanpa batasan agama, aliran atau organisasi," jelas Kurniawan Mahdi, founder QOLONI dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com
QOLONI yang juga telah tersedia dalam bentuk aplikasi mobile berplatform Android ini memang menyediakan kompleksitas fitur untuk melakukan aktivitas sosial. "Publik yang peduli sosial saat ini berbeda perilakunya. Saat mereka berdonasi, ingin melihat secara kongkrit donasinya untuk apa dan bagaimana pertanggungjawabannya. Maka QOLONI selain bertujuan memudahkan publik melakukan aksi sosial melalui dana, dukungan dan tenaga, juga menyediakan fitur yang transparan dan akuntabel," tambah Kurniawan.
Bimo Prasetyo, co-founder QOLONI menambahkan bahwa ada peluang besar untuk saluran dana publik dalam menyelesaikan masalah sosial. "Data BAZNAS potensi dana sosial berbentuk zakat, infaq dan shadaqah di Indonesia adalah yang terbesar di Asia, yaitu 217 Trilyun. Tapi yang terkumpul melalui lembaga amil zakat resmi yang jumlahnya sekitar 500-an, baru terkumpul 10% nya atau sekitar 20 Trilyun per tahun. Di sanalah QOLONI ingin ambil peranan," lanjut Bimo.