Bisnis.com, JAKARTA - Inovasi dalam bidang kuliner seakan tidak pernah mati. Selalu ada hal-hal baru dilakukan demi menarik minat konsumen. Inovasi tersebut tak hanya dilakukan dalam hal rasa, tetapi juga dalam konsep dan bentuk.
Salah satu tren inovasi yang tengah berkembang adalah memodifikasi bentuk dari makanan tradisional sehingga lebih modern. Salah satu yang tengah naik daun adalah bakpao yang biasanya tampil berwarna putih, sekarang disulap dengan berbagai desain karakter lucu.
Bakpao sendiri merupakan makanan tradisional Tionghoa yang berarti bungkusan berisi daging. Pada awalnya daging yang paling lazim digunakan adalah daging babi. Namun, setelah berkembang di Indonesia, isiannya semakin variatif dan disesuaikan dengan cita rasa konsumen.
Adapun, kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu yang diberi ragi untuk mengembangkan adonan. Setelah diberikan isian, adonan dibiarkan sampai mengembang lalu di kukus sampai matang.
Untuk membedakan isi bakpao, biasanya di atas bakpao akan diberi titikan warna yang berbeda. Sekarang konsep tersebut dikembangkan lebih mutakhir dengan membedakan rasa dari desain karakter bakpao yang dibuat.
Dengan adanya inovasi ini, penikmat bakpao terus tumbuh. Tak sekadar untuk mencicipi rasanya, tetapi juga karena kepincut bentuknya yang lucu dan menarik. Hal ini tentunya menjadi magnet bagi para produsen bakpao untuk mendatangkan konsumen.
Salah satu pelaku usaha yang sudah cukup lama terjun dalam bisnis pembuatan bakpao karakter ini adalah Dima Handayani. Perempuan asal Bandung tersebut membuat bakpao dengan merek Meemuboopao sejak 2012.
Dima menjalani bisnis ini sejak lulus kuliah pada 2010, saat itu dia sudah bertekad untuk memiliki bisnis sendiri seperti keluarganya lain. Karena dia sangat suka jajan dan menjajal berbagai macam jenis makanan, bisnis kuliner lah yang menjadi pilihannya.
“Saya suka sekali jajan dan merasa prihatin melihat jajanan anak-anak sekarang yang menyedihkan, mulai dari penampilannya yang kurang menarik hingga bahan-bahan yang digunakannya kurang sehat,” katanya.
Awalnya, Dima berencana untuk memproduksi roti. Namun, karena prosesnya yang lumayan repot, dia akhirnya beralih untuk membuat bakpao. Selain pembuatannya lebih mudah, bakpao juga dinilai lebih sehat.
Selama setahun, sejak 2011 dia mulai bereksperimen untuk menemukan resep dan cita rasa yang pas untuk bakpaonya. Selama itu juga dia terus mencari referensi tentang inovasi apa yang bisa diterapkan pada makanan buatannya itu.
“Saat itu saya lihat di luar negeri sudah banyak yang membuat bakpao karakter, dan di Indonesia belum ada yang menjualnya. Dari situ saya coba untuk mengadaptasinya,” katanya.
Bekerja sama dengan salah seorang rekannya yang memiliki latar belakang seni, Dima pun mulai menciptakan desain-desain bakpao yang unik dan beraneka ragam. Setelah dirasa yakin bakpao buatannya akan diterima pasar, pada awal 2012 Dima pun merilis produk kuliner tersebut.
Namun, harapan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Saat rilis produk pertama itu, bakpaonya sama sekali tidak dilirik orang. Banyak yang masih meragukan apakah bahan-bahan yang digunakannya sehat, apalagi Meemuboopao memiliki warna-warni yang menarik.
“Mungkin konsumen agak ragu apakah pewarna yang digunakannya sehat atau tidak, padahal saya sudah menjamin semua bahan yang digunakan sehat,” katanya.
Dima tak patah arang, dia malah semakin semangat untuk mempromosikan produknya secaraonline melalui aplikasi BBM dan Instagram. Dia juga rajin mengikuti bazar makanan yang diselenggarakan di kawasan Bandung.
Setelah hampir enam bulan secara agresif memperkenalkan produknya sambil mengedukasi masyarakat, usahanya pun berbuah. Orang mulai percaya dan tertarik untuk mengonsumsi bakpao beraneka desain tersebut.
Hingga saat ini, Dima bisa memproduksi sekitar 500 hingga 1.000 bakpao setiap harinya dan dikirim ke seluruh daerah di Indonesia yang terjangkau oleh jasa pengiriman kilat.
Ada 12 karakter dan rasa bakpao yang rutin diproduksi, dan setiap bulannya selalu ada karakter baru yang dipasarkan. Meemuboopao pun mengeluarkan desain khusus pada momen-momen tertentu.
“Untuk natal tahun ini kami mengeluarkan lima desain khusus, dan untuk imlek tahun depan ada sekitar 5-7 desain,” katanya.
Bakpao buatannya tersebut dibentuk dengan ukuran diameter 7 cm, dan dijual dengan harga sekitar Rp40.000-Rp50.000 setiap pak berisi enam buah bakpao. Harga tersebut di luar ongkos kirim ke alamat konsumen.
Meskipun tidak menggunakan bahan pengawet bakpao Meemuboopao terbukti awet hingga 48 jam di suhu ruang, dan hingga satu pekan jika disimpan di lemari es. Adapun, produk bakpao akan dikirim dalam keadaan beku, sehingga bisa tetap segar saat diterima konsumen.
“Kami kirim bakpao dalam bentuk frozen, sehingga konsumen cukup mengukusnya beberapa menit sebelum mengonsumsi produk,” katanya.
Semakin lama, animo konsumen pun terus tumbuh hingga sekarang, didukung dengan tren media sosial yang kian meningkat. Produk yang unik menjadi buruan para pecinta kuliner yang aktif di media sosial.
Hal itu juga yang menggerakkan Dima untuk semakin memperkenalkan produknya dan akun Instagram @meemuboopao melalui konsep endorsement kepada artis, buzzer dan tokoh berpengaruh lainnya di media sosial.
Meskipun sudah memiliki pelanggan yang cukup banyak, Dima mengaku cukup kesulitan dalam menghadapi persaingan yang mulai mengetat. Banyak pemain baru yang bermunculan dan tak segan-segan meniru produknya dan menjual dengan harga yang lebih murah.
Untuk menyiasati hal itu, Dima tengah berusaha untuk menjadikan produk buatannya itu bisa menjadi alternatif oleh-oleh Bandung. Selain itu, dia juga akan terus berusaha menciptakan inovasi-inovasi baru yang paling terdepan.
“Saya juga terpikir untuk membuat toko khusus bakpao sebagai oleh-oleh Bandung, dan di sana menyajikan produk inovasi bakpao lainnya seperti burger bakpao dan bakpao isi es krim,” imbuhnya.