Bisnis.com, JAKARTA - Memiliki ukuran tubuh tidak seperti orang kebanyakan tentunya akan sedikit merepotkan, terutama dalam memilih pakaian. Pasalnya, produk-produk fesyen yang tersedia di pasaran hanya menyediakan pakaian dalam ukuran standar.
Perlu usaha lebih keras untuk menemukan pakaian berukuran jumbo yang cukup untuk dikenakan, serta memiliki model yang sesuai dengan tren masa kini. Sehingga, meskipun memiliki kelebihan dalam hal ukuran badan, tetapi tetap bisa mengikuti gaya.
Kesulitan yang dialami Budi Hartono itulah yang membuatnya memiliki ide untuk memproduksi pakaian ukuran jumbo, khusus untuk orang-orang dengan tubuh berukuran plus.
“Sejak remaja saya kesulitan untuk mencari pakaian karena ukuran tubuh saya yang besar. Saya selalu mencari pakaian secara online karena di toko pakaian biasa jarang menyediakan pakaian dengan ukuran big size,” katanya.
Karena sering berbelanja online secara rutin, dia pun tersadar bahwa ada peluang bisnis yang cukup besar di bidang fesyen ukuran jumbo. Dia pun mulai menjajal bisnis itu dengan menjadireseller dengan metode dropship.
Budi tidak perlu modal besar untuk mengawali bisnisnya, kala itu dia menjual produk dengan sistem dropship. Semua barang pesanan akan dikirim langsung oleh pemasok ke alamat konsumen, sehingga dirinya cukup meneruskan pesanan dan tidak perlu menyetok pakaian.
Lama-lama, pesanan yang masuk melalui dirinya pun semakin tinggi. Dengan modal Rp5 juta, dia mulai menyetok beberapa pakaian dan mulai mengurus pengiriman ke konsumen secara mandiri. Hal itu dilakukan supaya margin keuntungan yang didapatkannya bisa lebih besar.
Kemudian sejak 1,5 tahun lalu, pria berusia 29 tahun itu berinisiatif untuk mulai memproduksi pakaian khusus pria, dan membesarkan toko online-nya yang diberi nama Bigmandistro.com. Produk pertama buatannya sendiri adalah kaos oblong sablon dari ukuran XL hingga 8XL.
Saat memutuskan untuk memulai produksi kaos oblong tersebut, Budi harus merogoh kocek untuk tambahan modal sekitar Rp30 juta. Uang tersebut digunakan untuk pengadaan mesin printer digital dan pengadaan bahan baku kaos.
Setiap kaos oblong buatannya dibanderol dengan harga mulai dari harga Rp100.000 untuk ukuran paling kecil hingga Rp160.000 untuk ukuran 8XL, dan Rp90.000 untuk kaos anak-anak berukuran besar.
Setelah produksi kaos oblong mulai berjalan rutin, Budi mulai menambah produk lain, seperti kemeja batik, baju koko, kaos berkerah, hingga pakaian dalam.
Saat ini, kemeja batik diproduksi bekerja sama dengan perajin batik di daerah Pekalongan, sedangkan produk lainnya dipasok dari berbagai daerah.
“Lokasi saya kan dekat dengan Pekalongan yang dikenal dengan kota batik, jadi produk batik cukup potensial untuk dipasarkan. Selain itu, saya juga memiliki kenalan perajin dan penjahit batik yang bisa diajak bekerja sama,” papar pria yang berdomisili di Pemalang itu.
Selain kaos oblong, produk yang dijual di bigmandistro.com dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp200.000 untuk kemeja batik, hingga Rp500.000 untuk baju koko.
Sekarang ini, dia bisa memproduk sekitar 100 lembar untuk kaos oblong, kaos berkerah dan kemeja batik. Sedangkan untuk produk lain biasanya banyak dipesan saat momentum khusus.
“Untuk baju koko bisa laku sekitar 100 lembar dalam sebulan kalau mendekati Lebaran, dan saya memang hanya menyediakan produknya untuk momen tersebut,” katanya.
Dari penjualan pakaian tiap bulan, Budi bisa mendapatkan omzet paling sedikit Rp10 juta. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak pertama kali dia menjalankan bisnis ini.
Karena konsumen untuk produknya ini sangat tersegmen dan jumlahnya lebih kecil ketimbang pasar produk fesyen lainnya, Budi mengaku harus bekerja cukup keras untuk menjaring konsumen. Apalagi, persaingan di bisnis ini pun sudah mulai ketat dengan bermunculannya toko-toko online baru.
“Promosi harus dilakukan lebih gencar secara online, pasang iklan di mana-mana dan memanfaatkan search engine optimization supaya orang yang mencari pakaian secara online bisa dengan mudah menemukan Bigmandistro.com,” katanya.
Meski demikian, dia melihat persaingan yang terjadi saat ini masih cukup sehat, karena pesaingnya masih sama-sama di level home industry. Dia melihat masih jarang pabrik yang khusus memproduksi pakaian berukuran besar.
“Kalau sudah ada pabriknya, persaingan akan mulai sulit karena produk-produk pabrik biasanya menguasai pasar,” katanya.
Ke depannya, dia bercita-cita untuk membuka pakaian offline sambil terus meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi semua permintaan konsumen.