Bisnis.com, JAKARTA -- Meski tidak serepot perempuan dalam urusan rambut, para pria akan merasa lebih senang jika mereka memiliki model rambut yang sesuai dengan gaya kepribadiannya, baik yang sekedar pangkas biasa hingga pangkas dengan gaya tertentu seperti tato rambut.
Para pria mayoritas merasa tidak nyaman jika melakukan treatment di salon wanita. Hal ini membuat peluang usaha bisnis salon pria semakin berkembang.
Banyak pelaku usaha yang mengembangkan bisnisnya lewat sistem kemitraan. Cara ini dianggap efektif untuk mengembangkan wisata serta memberikan peluang bagi calon pelaku usaha baru untuk ikut mencicipi fulus dari bisnis ini.
Salah satu tawaran kemitraan bisnis salon pria datang dari Yohanes Nugroho Wahyu Widarto, pemilik merek Grand Macho. Usaha yang beralamat di Jalan Perumnas Blok A nomor 5B Condong Sari, Depok Sleman, Yogyakarta, ini mulai didirikan Nugroho sejak tahun 2010.
Layanan yang disediakan di Grand Macho yakni mulai dari paket dasar seperti pangkas rambut, keramas dan pijat, hingga layanan tembahan seperti shaving, colouring dan tato rambut.
Tarifnya berbeda-beda tergantung daerah dan jenis layanannya. Contohnya, pangkas rambut dibanderol mulai dari Rp15.000 untuk daerah Jawa Tengah, sementara untuk daerah Surabaya dipatok mulai Rp25.000 dan di Bekasi Rp30.000.
Grand Macho mulai menawarkan kemitraan setelah dua tahun beroperasi yakni sejak 2012 dan saat ini sudah 53 cabang.
Dari jumlah tersebut, lima di antaranya adalah cabang yang dimiliki sendiri dan sisanya milik mitra. Lokasinya tersebar di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Klaten, Kota Solo, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Salatiga, Banjarnegara, Kediri, Surabaya, dan Bekasi.
Ada dua paket kemitraan yang ditawarkan Grand Macho yakni paket Rp50 juta dan paket Rp70 juta. Beda keduanya yakni terletak pada pembayaran franchise fee.
Untuk paket Rp50 juta, biaya kemitraan digabungkan dengan royalty fee yakni sebesar 20% dari omzet kotor. Sedangkan pada paket Rp70 juta, mitra sudah membayar biaya kemitraan sebesar Rp25 juta di muka sehingga hanya perlu membayar royalty fee sebesar 10% dari omzet bulanan.
Selain menyediakan modal investasi, mitra juga perlu menyediakan tempat usaha dengan lokasi di daerah pemukiman. Tempatnya bisa berupa ruko atau di rumah dengan luas sekitar 5x6 meter.
“Sebelum meneken MoU, kami akan survey lokasi terlebih dulu. Jika tempatnya dianggap sesuai, kami set up sesuai standar Grand Mach dan kami sediakan 2 orang tenaga kerja per outlet. Manajemen pusat memberikan back up, monitoring SDM dan manajemen secara penuh,” tuturnya.
Lama proses persiapan hingga grand opening biasanya memakan waktu tiga minggu. Mitra dapat langsung mengoperasikan usahanya sebab semua peralatan awal dan bahan baku pendukung serta tenaga kerja sudah disediakan.
Mitra diperkirakan dapat balik modal dalam tiga tahun. Hal itu jika asumsi tiap gerai dapat mendapat 25 orang pengunjung setiap hari.
“Setelah dipotong biaya royalty, bahan baku dan operasional serta komisi tukang pangkas, setiap mitra bisa mendapat keuntungan minimal 30%,” jelas Nugroho yang mempromosikan bisnisnya lewat situs website www.grandmacho .com dan Twitter dengan akun @grand_macho.
Pria 48 tahun tersebut ini menilai prospek bisnis salon pria masih sangat menjanjikan. Pasalnya keberadaan salon pria akan selalu dibutuhkan terus menerus.
Agar pasarnya semakin luas, Grand Macho juga mengembangkan variasi layanan. Saat ini dia menjadi penyuplai pomade yang sedang kembali tren di kalangan pria.
Dia juga melakukan uji coba layanan home service yakni layanan pangkas di rumah klien. Dia melihat kalangan potensial untuk layanan ini yakni para lansia atau orang sakit yang tidak punya waktu untuk datang ke barbershop.
“Berikutnya kami akan mengembangkan kerja sama dengan hotel-hotel yang ingin memberikan pangkasan rambut seragam bagi pegawainya. Dengan semua pengembangan ini, saya yakin usaha barbershop tidak akan pernah mati,” jelasnya.