Melawan Gempuran China
Saat ini, produk impor dari China semakin membanjiri pasar, tak terkecuali produk tas kamera. Untuk mengatasi persaingan tersebut, pelaku usaha harus pandai-pandai melakukan strategi. Berikut ini sejumlah strategi yang disaring dari pengalaman pelaku usaha:
1. INOVASI.
Inovasi bisa ditempuh lewat berbagai cara. “Inovasi sangat penting. Harus terus jaga kreativitas. Kalau enggak, ya bakal ketendang,” kata Dwi, pendiri Banrun Junior.
Inovasi ini, antara lain, dari segi model tas. Dwi kini telah merilis enam model tas, baik yang berbentuk selempang maupun ransel. Begitu juga dengan motif bahan kain kanvas yang digunakan, selalu diupayakannya agar mengikuti tren terkini.
Saat pasar sedang gemar dengan motif shabby atau bunga-bunga, dia pun merilis tas kamera motif bunga yang lebih feminin.
2. HARGA.
Mengingat konsumen yang dibidik amat sensitif pada harga, produk yang dibuat harus terjangkau di kantong pelajar, mahasiswa, atau fotografer amatir. “Tas kamera yang kami produksi adalah versi murah tetapi dengan kualitas bersaing,” kata Misbach, pemilik Bose Tas Kamera.
Dia menjual produk dengan harga mulai dari Rp195.000–Rp200.000 untuk model ransel, serta Rp125.000 untuk model selempang.
Adapun, Dwi mematok harga mulai dari Rp170.000–Rp500.000. Harga ini jauh di bawah tas merek terkenal yang berkisar Rp500.000 untuk model selempang dan Rp1 juta untuk model ransel.
3. LAYANAN KUSTOMISASI.
Bersaing dari segi harga memang tak selalu bisa jadi senjata andalan. Apalagi barang produksi China kerap lebih murah karena biaya tenaga kerja yang rendah. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu mengambil taktik lain, yakni menyediakan jasa kustomisasi.
Strategi ini membuat pelaku usaha dapat menggarap permintaan konsumen yang mencari produk unik, eksklusif, dan tidak pasaran. “Kami menyediakan jasa custom mulai dari bahan baku, bentuk, model, warna dengan masa preorder cukup singkat, sekitar dua minggu,” tutur Dwi.
4. GIATKAN KERJA SAMA.
Pasar ritel yang membeli dengan sistem satuan memang membuat pelaku usaha dapat mengambil margin profit lebih tinggi. Akan tetapi, perputaran modalnya menjadi lebih lambat.
Untuk mempercepat penetrasi pasar, pelaku usaha dapat menempuh jalur pemasaran lewat reseller hingga menjalin kerja sama dengan toko kamera. “Saat ini, kami lebih banyak menjual ke reseller. Cara ini lebih efektif daripada menjual dengan sistem satu-an,” kata Misbach.