Bisnis.com, JAKARTA -- Siapa yang tidak tahu nama Warren Buffett? Salah satu orang terkaya dunia ini adalah dikenal sebagai seorang investor ulung.
Lahir di Omaha, Nebraska, AS pada 30 Agustus 1930, Forbes mencatat nilai kekayaan Buffett mencapai US$84 miliar per 6 Maret 2018.
Tentu saja tidak mudah untuk mencapai posisinya sekarang. Sebagai seseorang yang sudah mulai berinvestasi sejak berusia 11 tahun, dia memiliki pendekatan tersendiri sebelum memutuskan untuk berinvestasi di suatu bisnis atau perusahaan.
Dilansir dari Forbes, Jumat (31/8/2018), ada beberapa hal yang menjadi pilar penting yang memengaruhi keputusan Buffett dalam berinvestasi. Apa saja?
Warren Buffett sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2017 Berkshire Hathaway Inc./Reuters.
Pertama, sabar. Dia pernah memiliki beberapa saham di Cities Service (sekarang CITGO), perusahaan minyak AS, di harga US$38 per saham. Ketika saham perusahaan itu berfluktuasi di kisaran US$27-US$40, Buffett menarik investasinya.
Tetapi, ternyata saham perusahaan tersebut kemudian melonjak menjadi US$202. Saat itulah, dia menyadari pentingnya bersabar dan menahan posisi.
Kedua, selalu pelajari bisnis yang menjadi sasaran investasi dan riset sebanyak-banyaknya.
Ketiga, dapatkan compound interest dari investasi yang dilakukan. Compound interest adalah bunga berbunga alias bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman pokok ditambah bunga yang diperoleh sebelumnya.
Menjual efek membuat Buffett belajar tentang keuntungan dari compound interest. Bahkan, dia tahu bisa pensiun di usia 25 tahun dengan hanya mengandalkan bunga dari asetnya yang bernilai US$127.000.
Tetapi, ayah tiga anak ini akhirnya tetap belum pensiun karena klien dan partner bisnis terus berdatangan. Seiring berjalannya waktu, keahliannya dalam mengendus investasi yang menjanjikan pun terus terasah.
Tak heran jika dia dijuluki sebagai Oracle of Omaha alias Si Peramal dari Omaha.
"Cari bisnis yang bagus dengan ketahanan, keunggulan kompetitif, dijalankan oleh orang-orang yang mampu dan jujur, dan tersedia di harga yang wajar," tutur Buffett tentang strateginya.
Beberapa produk Kraft Heinz, yang sebagian sahamnya dimiliki Berkshire Hathaway Inc./Reuters
Tetapi, tidak semua sektor mampu menarik dirinya untuk berinvestasi. Misalnya, perusahaan teknologi seperti Alphabet atau e-commerce seperti Amazon.
Dilansir dari Reuters, Buffett mengaku memantau kinerja Amazon sejak awal dan menilai kerja Jeff Bezos, pendiri Amazon, sangat luar biasa. Namun, hal itu tidak cukup untuk membuatnya menjadi mitra Bezos.
"Saya akan melewatkan banyak hal yang tidak saya pahami dengan baik.. Kami mencoba berada di area kompetensi kami dan Charlie [Vice Chairman Berkshire Hathaway Inc. Charlie Munger] dan saya secara umum sepakat mengenai di mana area itu berakhir.. Kami mencoba berada area kompetensi kami.. Kami akan melewatkan banyak hal," paparnya.
Namun, tetap saja kisah Buffett yang dianggap sukses menyimpan sisi lain. Tahukah Anda jika Berkshire, perusahaan konglomerasi yang dipimpinnya hingga sekarang sebenarnya dianggap sebagai suatu kesalahan investasi oleh Buffett?
Dia mulai berinvestasi di Berkshire ketika perusahaan itu masih sepenuhnya bergerak di sektor tekstil, tepatnya pada 1965. Saat itu, kondisi finansial Berkshire sedang lemah.
"Separuh modal kami ada di bisnis yang tidak berjalan dan itu tidak pintar. Kami berusaha keluar dari kondisi itu dengan mengembangkan modal di tempat lain," ujar Buffett kepada Forbes pada 1993.
Di bawah kepemimpinannya, Berkshire pun berekspansi ke berbagai lini usaha seperti perusahaan asuransi, transportasi, makanan dan minuman, serta ritel. Ekspansi bisnis ini terbukti menguntungkan dan sekarang perusahaan itu sudah memiliki setidaknya 60 perusahaan.
Warren Buffett dan maskot GEICO./Reuters
Bahkan, investasi di Government Employees Insurance Company (GEICO)--yang seluruh sahamnya dimiliki Berkshire--diakui sebagai salah satu yang menjadi favorit Buffett. Perusahaan asuransi kendaraan bermotor itu mampu memberikan laba meski memberikan tarif yang lebih rendah kepada konsumen dibandingkan para pesaingnya.
GEICO juga menjadi salah satu komponen penting dalam konglomerasi Buffett yang nilai kapitalisasi pasarnya secara total mencapai US$480 miliar per Desember 2017.
Meski memiliki kekayaan yang luar biasa besar, tapi--seperti halnya Bill Gates--dia memberikan sebagian besar hartanya untuk amal. Sampai saat ini, dia sudah menghibahkan hampir US$32 miliar, sebagian besar ke Gates Foundation