Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan teknologi masa kini memaksa dunia public relation (PR) ikut berbenah. Kehadiran artificial inteligent atau kecerdasan buatan bahkan mengancam aktifitas kehumasan jika tidak ditanggapi serius.
Penulis sekaligus Head of Corporate Communication Bio Farma N Nurlaela Arief membahas kondisi itu dalam buku terbarunya "Public Relations in the Era of Artificial Intelligence (AI), Bagaimana Big Data & AI merevolusi dunia Public relations".
Dalam pengantarnya, dia menyebut dunia public relation adalah sebuah disiplin untuk menjaga reputasi yang dikaitkan dengan kepercayaan: manusia membangun kepercayaan dengan manusia, bukan dengan mesin atapun robot. Dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, beberapa aktivitas PR akan terancam oleh AI.
"Oleh karena itu, praktisi PR harus memiliki kemampuan-kemampuan khusus. Dengan AI, praktisi PR tidak hanya dapat mengetahui informasi yang sudah terjadi, tetapi juga dapat memprediksi sebuah kejadian atau peristiwa yang akan terjadi kedepannya," tulisnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/4/2019).
Melalui buku ini, Nurlaela membahas tentang big data dan AI merevolusi pekerjaan PR, apa saja transformasi PR dari manusia ke mesin, strategi baru yang harus disiapkan oleh seorang PR, hingga bagaimana taktik PR baru.
Dia menganggap kecerdasan buatan adalah perangkat lunak atau program komputer dengan mekanisme untuk belajar, kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk mengambil keputusan dalam situasi baru, seperti yang dilakukan oleh manusia.
Melalui buku tersebut penulis menyampaikan hasil risetnya melalui bekerja sama dengan organisasi profesi Perhumas Indonesia dan Forum Humas BUMN. Riset ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknologi big data dan AI merevolusi serta mengambil alih sebagian besar pekerjaan PR.
Hasil riset menunjukkan bahwa pekerjaan PR yang akan tergantikan oleh perkembangan teknologi big data dan AI adalah antara lain: kliping berita, social listening-media monitoring, media relationship & stakeholder relationship, otomatisasi konten dan penyebaran melalui media sosial, penyebaran rilis.
Dengan kondisi itu, otomatis sejumlah pekerjaan mulai dikendalikan oleh robot atau sistem. Para pekerja PR juga dituntut untuk belajar dari berbagai kasus salah satunya dari kasus jual beli follower oleh influencer. Para pekerja PR juga diharapkan dapat mengikuti setiap perkembangan informasi baik di media massa maupun media sosial sebagai bagian dari social listening.
Nurlaela Arief berusaha memudahkan pembaca dengan berbagai contoh yang sempat menjadi perhatian masyarakat ataupun fenomena yang kerap terjadi namun kurang dirasakan. Pengalamannya sebagai kepala hubungan masyarakat dalam perusahaan memudahkannya menjelaskan seluk beluk dunia PR dan berbagai tantangan menghadapi industri 4.0 atau bahkan 5.0.