Bisnis.com, JAKARTA – Nama seorang pria berperawakan sedang, berambut ikal, dan murah senyum disebut-sebut oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam akun Instagram miliknya pada Minggu (14/7/2019).
Anies terkesan gembira benar saat menuliskan nama laki-laki itu. Ia tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya sambil memanjatkan syukur pada Illahi.
“Bernegosiasi dengan Alexandro [Alejandro] Agag dan Alberto Longo, para pemimpin tinggi Formula E yang juga legenda dunia balap mobil. Walau baru bertatap muka kali ini, tapi kami langsung akrab seakan sudah kenal lama,” tulis Anies.
Pantas saja jika Anies senang bukan kepalang. Rupanya lewat negosiasi dengan Agag dan pihak pengelola Formula E, Anies mengklaim berhasil membawa Jakarta menjadi salah satu tuan rumah perhelatan Formula E Championship pada pertengahan 2020.
Agag memang adalah salah satu legenda dunia motorsport yang menjadi pemain utama perkembangan turnamen balap mobil Formula One di Spanyol dan perintis laga balap mobil listrik.
Si empunya rupa yang tampak selalu menyunggingkan senyuman tersebut dikenal berpandangan visioner utamanya untuk olahraga yang satu ini.
Sebagai CEO Formula E, Agag bertekad memajukan mobil listrik dalam turnamen motorsport. Ini pula mengapa ia kerap disamakan dengan Elon Musk yang memopulerkan mobil listrik melalui Tesla.
Tak berbeda dengan Musk yang berambisi merevolusi transportasi dengan mobil listrik, Agag berhasrat 'menyetrum' jalanan kota-kota dunia menjadi sirkuit yang diramaikan mobil bertenaga listrik.
Siapa dan bagaimana cerita perjalanan Alejandro Agag hingga mengemudikan Formula E?
Fasih 4 Bahasa
Lahir di kota Madrid, Spanyol, pada 18 September 1970, pria bernama lengkap Alejandro Tarik Agag Longo ini adalah lulusan studi Ekonomi dan Bisnis salah satu universitas di Madrid.
Tak hanya gape soal ekonomi, Agag juga mahir berbicara dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Italia, selain bahasa ibunya, Spanyol.
Setelah lulus kuliah, Agag sempat mengeksplorasi panggung politik di Spanyol dan Italia selama bertahun-tahun didukung berbagai pengalaman berorganisasi di masa mudanya. Ia bahkan pernah menjadi anggota parlemen dan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Eropa.
Selama pemilu di Eropa pada 1999, Agag berhasil menduduki kursi di Parlemen Eropa, sekaligus menjadi warga Spanyol termuda yang pernah memenangkan kursi di Parlemen Eropa.
Sebagai anggota parlemen, Agag bergabung dengan Komisi Urusan Ekonomi dan Moneter Parlemen Eropa, menjadi juru bicara laporan tahunan kebijakan antitrust di Parlemen Eropa, dan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Centrist Demokrat International (CDI), dilansir dari Multivu.
CDI adalah sebuah organisasi politik global dengan lebih dari 100 anggota partai dari seluruh dunia.
Ia mengkombinasikan ketiga peran itu sampai tahun 2001 ketika memutuskan untuk amit mundur dari kehidupan politik agar dapat lebih fokus pada bisnis.
Keputusannya itu juga diambil bertepatan dengan pernikahannya dengan sang istri, Ana Aznar, dan kepindahan mereka ke London.
“Terlepas dari minat pribadi untuk menjalaninya, saya sama sekali tidak melihat saya [kembali] terjun dalam politik. Saya pikir masa-masa berpolitik untuk saya sudah berakhir. Sekarang saya lebih tertarik pada keberlanjutan dan bisnis,” tutur Agag dalam suatu kesempatan, dikutip dari Sustain Europe.
Bisnis dan Motorsport
Di London, pada 2002, Agag mendirikan AAL Investments Ltd yang bertujuan awal fokus untuk memberikan konsultasi strategis kepada perusahaan-perusahaan internasional.
Pada masa-masa inilah, Agag pertama kali bersinggungan dengan dunia balap motor. Bersama dengan mitra bisnisnya, Flavio Briatore (saat itu Kepala Tim Renault F1), mereka membeli hak siar Formula One TV di Spanyol untuk jangka waktu 6 tahun.
Hanya setahun sebelum kesepakatan ini dilakukan, Formula Satu gagal menjual hak siarnya di Spanyol karena jumlah pemirsa televisi yang rendah.
Agag dan mitra bisnisnya kemudian mampu mengelola hak siar tersebut dan mencapai kesepakatan jangka panjang dengan saluran TV Telecinco. Selama enam tahun, jumlah pemirsa televisi dan nilai hak F1 di Spanyol tumbuh secara eksponensial.
Sejak 2003, Agag mulai memainkan peran terkait sponsor F1, dengan menjadi perantara transaksi antar tim, FOM, dan sponsor-sponsor dari Spanyol dan belahan dunia lain. Melalui kegiatan ini, Agag membangun kerja sama dengan tim-tim besar seperti Ferrari, McLaren, dan Renault F1.
Pada 2006, Agag mendirikan Addax Capital LLP yang melakukan aktivitas investasi perbankan. Kemudian pada 2007, Agag mengambil langkah lain di dunia balap dengan mengakuisisi Campos Racing GP2 Team.
Pada tahun ini pula Agag bergabung dengan sekelompok investor untuk membeli klub sepak bola Inggris, Queens Park Rangers. Setelah sukses membawanya dipromosikan kembali ke Liga Premier Inggris pada 2011, klub itu dijual kepada pengusaha asal Malaysia, Tony Fernandes.
Atas segala kiprahnya sebagai pebisnis, Financial Times mendapuk Agag sebagai salah satu dari 10 “penggerak” ekonomi Spanyol pada 2007. Ia digambarkan sebagai “pengemban harapan politik, ekonom, bankir, dan pembuat kesepakatan yang tak kenal lelah”.
Berselang satu tahun kemudian, pada 2008, GQ Magazine menggelarinya sebagai Pengusaha Terbaik Tahun Ini alias “Businessman of the Year” di Spanyol.
Formula E
Pada 2012, Agag bersama dengan mitra bisnisnya Enrique Bañuelos, seorang pengusaha real estat, mendirikan Formula E Holdings Ltd. Berkat kredensial bisnis yang dimilikinya, Agag bertindak sebagai CEO perusahaan.
Setelah serangkaian negosiasi, Formula E menandatangani perjanjian dengan FIA (Federasi Otomotif Internasional) untuk secara eksklusif mempromosikan FIA Formula E Championship yang menampilkan mobil-mobil balap dengan tenaga listrik.
Agag melihat penelitian dan pengembangan mobil balap listrik sebagai katalis untuk pengembangan mobil perkotaan yang ramah lingkungan di masa mendatang.
Oleh karenanya, turnamen ini diadakan di jantung kota-kota global, di mana masalah lingkungan dan pertumbuhan kota yang cepat mendesak kebutuhan solusi mobilitas bersih.
“Trek Formula E istimewa karena berada di jalan-jalan perkotaan. Kami ingin membawa olahraga ini ke jalan-jalan, kepada semua orang, untuk membawa pesan bahwa mobil listrik adalah solusi bagi mobilitas di kota untuk melawan polusi,” terang Agag, dikutip dari CTA.
Kejuaraan perdana Formula E dimulai di Beijing pada September 2014 dan telah melalui lima musim hingga kini. Formula E pun bertransformasi menjadi salah satu kejuaraan balap mobil yang memancing perhatian dunia, terutama dari segi desain dan teknologi.
“Saya bahkan tidak tahu mobil-mobil itu akan berfungsi. Semua orang berpikir kami akan gagal. Saya rasa saya hanya berharap kami mempunyai kesempatan saat itu [lima tahun lalu],” tutur Agag, dikutip dari CBS.
Sebelumnya banyak pihak yang menyangsikan konsep dan prospek Formula E, apalagi bicara tentang menandingi pamor Formula 1.
Kini, surat kabar Inggris The Sun melaporkan bahwa langganan juara F1 Lewis Hamilton bahkan perlahan mengangkat potensi Formula E setelah ia mengaku memiliki konflik tentang emisi yang dihasilkan dalam Formula One.
“Saya benar-benar yakin semua mobil akan menggunakan listrik suatu hari nanti. Saya juga yakin semua mobil di dunia akan memiliki semacam fungsi tanpa pengemudi dan ini akan mengubah cara kita melihat transportasi,” pungkas Agag.