Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenang Pendiri Lotte Group, si Penjual Permen Karet dan Chaebol Ritel

Dari sekadar jualan permen karet, Shin Kyuk-ho berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya menjadi Lotte Group yang mewarnai panggung ritel internasional.

Bisnis.com, JAKARTA – Dari sekadar jualan permen karet, Shin Kyuk-ho berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya menjadi Lotte Group yang mewarnai panggung ritel internasional.

Jibaku Shin Kyuk-ho dalam arus kehidupan namun harus disudahi di usia 98 tahun. Pada Minggu (19/1/2020), Lotte Group, konglomerat bisnis terbesar kelima Korea Selatan, mengumumkan kematian sang pendiri.

Tak jelas apa penyebab wafatnya. Shin hanya dikabarkan telah menjalani perawatan medis di Seoul dalam beberapa hari terakhir karena penyakit yang mengiringi berlanjutnya usia.

Mengenang Pendiri Lotte Group, si Penjual Permen Karet dan Chaebol Ritel

Ia adalah pendiri terakhir grup konglomerasi raksasa alias chaebol yang ikut menopang ekonomi Negeri Ginseng. Kematiannya bisa dibilang melambangkan akhir suatu era bagi masyarakat Korea Selatan.

Taipan chaebol karismatik seperti Shin memperoleh kredit melalui industrialisasi dramatis yang mengubah negara itu menjadi salah satu ekonomi utama di Asia pascakehancuran akibat Perang Korea pada tahun 1950-an.

Namun, seperti pendiri chaebol lainnya, Shin memulai bisnisnya dengan sederhana.

Permen Karet

Ia lahir di desa Ulsan, Korea Selatan, pada 1921, ketika negeri ini masih di bawah pemerintahan kolonial Jepang. Dia adalah putra tertua dari sebuah keluarga dengan 10 anak.

Shin muda cenderung memiliki ketertarikan pada sastra. Ia pernah bercita-cita menjadi seorang novelis. Pada 1941, ia memutuskan pergi ke Jepang untuk mengejar karier di bidang sastra.

Ia rela melakukan segala upaya demi mimpinya itu. Di Tokyo, ia mengantarkan susu dan koran pada siang hari dan menghadiri kuliah malam.

Mengenang Pendiri Lotte Group, si Penjual Permen Karet dan Chaebol Ritel

Minatnya kemudian berganti. Usaha bisnis pertama yang digelutinya dengan serius di Jepang adalah sebuah pabrik memproduksi minyak cutting, pelumas yang digunakan dalam pengerjaan logam. Sayangnya, pabrik ini hancur dalam serangan bom Sekutu selama Perang Dunia II.

Shin memang tidak pernah menjadi seorang novelis. Tapi ia menamai bisnis sukses pertamanya, sebuah perusahaan yang menjual permen karet, dengan Lotte.

Nama “Lotte” diilhami oleh “Charlotte”, karakter wanita dalam novel "The Sorrows of Young Werther" karya Wolfgang von Goethe.

“[Nama itu] adalah pilihan terbaik dalam hidupku,” ungkap Shin di kemudian hari, seperti dilansir dari New York Times.

Shin mulai menjual permen karet Lotte pada 1948, setelah menyaksikan tentara Amerika pascaperang di Jepang membagikan permen karet kepada anak-anak. Jualannya sukses seketika. Lotte dengan cepat merambah bisnis cokelat dan gula-gula, serta perdagangan dan real estat.

Meski makmur di Jepang, Shin tidak pernah melupakan akarnya. Dia mempertahankan kewarganegaraan Korea Selatan dan tinggal di kedua negara kendati harus mondar-mandir bepergian.

Lotte World

Setelah Korea Selatan dan Jepang menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1965, ia mulai berinvestasi di negara asalnya, dengan membangun hotel dan department store di Seoul.

Eksistensi Lotte membantu kemunculan budaya konsumen yang meningkat di Korea Selatan kala kelas menengah berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh ekspor.

Meski tangan dinginnya kerap membuahkan hasil, tindak-tanduk Shin ternyata tak melulu mulus terwujud. Pada 1980-an, para eksekutif Lotte menunjukkan keberatan mereka ketika Shin mulai membangun Lotte World.

Mengenang Pendiri Lotte Group, si Penjual Permen Karet dan Chaebol Ritel

Ia ingin Lotte World, sebuah kompleks hotel, mal, dan taman hiburan, dibangun di Jamsil, yang saat itu merupakan hutan belantara berpasir di Seoul selatan. Banyak yang berpendapat daerah ini tidak bakal mendatangkan pasar.

Namun Shin ngotot dan membungkam pandangan pihak lain. Firasatnya terbukti benar. Keberadaan Lotte World menarik konsumen sedemikan banyaknya sampai-sampai daerah itu disesaki banyak orang.

Dewasa ini, Lotte menjadi nama yang tiada duanya di Korea Selatan. Perusahaan menjalankan 90 afiliasi yang secara kolektif menghasilkan 100 triliun won atau US$86 miliar, dalam pendapatan tahunan.

Tak hanya hotel, department store, gedung apartemen, jaringan pusat perbelanjaan nasional, dan taman hiburan, nama ini juga menghiasi bioskop, toko bebas bea, kedai kopi, dan restoran cepat saji di seantero negeri.

Akhir Hayat

Reputasi Shin justru ternoda pada tahun-tahun terakhir hayatnya. Meski melibatkan anak-anaknya dalam manajemen perusahaan, Shin enggan melepaskan kendali dan tidak pernah membangun susunan penggantinya.

Ketika ia mulai menderita demensia, dua putranya, yang masing-masing ditugaskan untuk operasional Lotte di Jepang dan Korea Selatan, memulai perseteruan untuk merebut kepemimpinan Lotte.

Shin Dong-bin kemudian berhasil menyingkirkan sang kakak, Shin Dong-joo, dan kini menjadi Chairman Lotte Group. Ia pula yang mencopot ayahnya mengepalai dewan direksi perusahaan induk Lotte.

Perselisihan antar kakak beradik ini mendorong penyelidikan oleh pihak kejaksaan Korea Selatan. Penyelidikan tersebut membuahkan dakwaan terhadap Shin, dua putra, dan anggota keluarga lainnya atas penggelapan, penghindaran pajak, dan tuduhan lainnya.

Shin muncul di pengadilan dengan duduk di kursi roda dan membawa tongkat, tetapi dia tampaknya tidak dapat memahami apa yang sedang membelitnya.

Mengenang Pendiri Lotte Group, si Penjual Permen Karet dan Chaebol Ritel

Ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena penggelapan dan tuduhan lainnya. Meski demikian, pengadilan Seoul memutuskan untuk tidak memenjarakannya karena kondisi kesehatan yang buruk.

Terlepas dari kesuksesan dan skandal yang ditorehkan, setidaknya Shin mampu menepati janji terakhir untuk tanah kelahirannya dengan membangun gedung tertinggi di Korea Selatan. Terdiri dari 123 lantai, Lotte World Tower mulai menjulang di Jamsil pada 2017.

“Investasinya yang dermawan di negara asalnya yang hancur akibat perang berikut dedikasinya telah membantu membangun kembali Korea Selatan dan meletakkan fondasi kemakmuran pada ekonomi negara,” tutur Federasi Industri Korea pada Minggu (19/1) dalam sebuah pernyataan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper