Bisnis.com, JAKARTA – Jika selama ini gaya berpacaran anak muda cenderung menghabiskan uang orang tua, hal ini tidak berlaku untuk Rian Hidayatullah, 23 tahun dan pasangannya Astika Dian Sari, 21 tahun. Keduanya mendirikan usaha Story Tea.
Masa-masa pacaran mereka malah dinikmati dengan merasakan jatuh bangun dalam berjuang menjalani bisnis. Hubungan yang sudah terjalin cukup lama ini membuat mereka sudah merasakan banyak sekali suka duka hingga merasakan beberapa bisnis yang bangkrut.
Dengan sisa modal yang ada, dari bisnis sebelumnya yang bangkrut, akhirnya Rian dan Astika bisa mulai bernafas lega, melihat pesatnya pertumbuhan bisnis Story Tea. Mereka mulai menerapkan prinsip waralaba pada saat bisnis mereka baru berusia 3 bulan, yaitu pada Oktober 2019.
Menurut Rian, semua itu bermula dari pertanyaan salah satu konsumen, “Ini enak lho, aku mau buka di daerah X, ini di franchise-in nggak?”
Sejak saat itu, mereka mulai mempersiapkan proposal, paket kemitraan dan semua detail tentang franchise. Semuanya hanya bermodalkan tanya ke temen, Googling, dan mencari-cari informasi sendiri untuk mencoba bisnis waralaba ini.
Franchise Story Tea pertama ada di daerah Jambi, sedangkan franchise pertama di luar Jambi lokasinya ada di Pamulang.
Baca Juga
“Semakin lama, semakin ngerasa kok makin tinggi antusias terhadap brand kami. Maka dari situlah, kami terus menekuni, sampai saat ini sudah berdiri 33 cabang dalam 7 bulan awal” cerita Rian dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2/2020).
Untuk setiap cabangnya, “Story Tea” berhasil meraup omzet hingga Rp3 juta per hari.
Mereka membuka franchise ini dengan komitmen bahwa sesama mitra tidak boleh ‘saling makan’. Outlet mereka harus berjarak 5 km antarmitra atau berbeda kelurahan atau desa. Tujuannya adalah agar pangsa pasar dalam radius 5 km dapat mereka kuasai.
Produk Story Tea dikenal dengan pengemasan yang unik, dengan customer bisa menuliskan nama mereka sendiri atau bisa menuliskan nama orang yang mereka sayangi. Tidak sedikit konsumen yang dengan bangga mengunggah fotonya bersama Story Tea.
Menurut Rian, konsumen senang karena ada nama mereka di packaging tersebut. Selain itu, keunggulan Story Tea terdapat pada aneka varian rasa dan toping yang tersedia, sehingga pelanggan tidak akan jenuh dengan variasi rasa, jenis dan toping.
Harganya pun terjangkau, Rp 5.000 –Rp 10.000 untuk setiap variannya. Target pasar yang diincar Story Tea sangat luas, mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, anak sekolah.
Bukan tanpa alasan, mereka memasang harga yang sangat terjangkau seperti ini. Menurut Rian, banyak anak-anak maupun remaja yang ingin sekali meminum bubble tea yang di mal-mal, namun mereka tidak sanggup untuk membelinya. Problem inilah yang mereka coba selesaikan melalui Story Tea.
Banyak yang mengira Story Tea berasal dari kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya. Padahal, merek ini berasal dari Jambi yang notabene adalah salah satu kota di tengah pulau Sumatra.
Bagi Rian dan Astika, tidak ada kata minder sebagai anak daerah. Mereka telah membuktikan bahwa untuk menjadi sukses di kancah nasional, tidak hanya berlaku bagi orang Jakarta saja, tapi orang daerah pun juga bisa.
Saat ini, keduanya berencana untuk mulai melakukan ekspansi dan menetap di Jakarta.