Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir rupanya memiliki bakat berbisnis sejak kecil, jauh sebelum melanglang buana menjadi pengusaha ternama di kancah global.
Hal itu terungkap dalam video yang diunggah Pelawak Entis Sutisna alias Sule dalam kanal Youtube pribadinya. Sule mewawancarai Erick Thohir di kantornya tentang berbagai hal, termasuk soal cerita masa kecilnya.
Erick menceritakan waktu kecil, sekitar kelas 3 Sekolah Dasar (SD) Erick pernah mendapatkan untuk dari berjualan biji karet. Uniknya hal itu tidak dimulai dengan kesengajaan niat berdagang.
Erick dan teman-teman sebanyanya mulanya membeli biji karet dari seorang penjual di sekitar kompleks rumah. Mereka membeli hanya karena kasihan kepada sang penjual yang sudah berusia senja.
“Pemikirannya waktu kasian, sekalian juga bisa main biji karet seminggu tidak habis-habis,” ujarnya, dalam video berdurasi sekitar 35 menit itu.
Rupanya, belum bertahan sampai seminggu, Erick dan teman-temannya sudah lebih dulu merasa bosan dengan permainan biji karet. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjual kembali sisa biji karet itu.
Baca Juga
Mulanya, kata Erick, mereka hanya niat berdagang tanpa mencari untung. Mereka hanya ingin berupaya mengembalikan tabungan mereka yang sudah berubah bentuk jadi biji karet.
Tak disangka, dari hasil berdagang sepulang sekolah itu, Erick dan kawan-kawan malah mendapatkan untung. Akhirnya, sisa untung itu dibagi rata dan sisanya dibelikan siomay.
“Sampai waktu itu Ibu saya cariin, sudah sore, magrib, dicariin. Sampai akirnya mau marah malah jadi ketawa Ibu lihat anaknya jual biji karet, lalu sama ayah saya, kaget-kaget dia. Jadi, dari kecil mungkin sudah bakat dagang juga saya,” jelasnya.
Dia menerangkan bahwa bakat berdagang dan menjadi pebisnis juga karena dorongan orang tuanya. Dia mengatakan ayahnya berpesan agar dia dapat menjadi orang berada supaya bisa banyak membantu orang lain.
Sang ayah juga banyak mengajarkan Erick terkait cara pandang terhadap ekonomi. Menurutnya, ekonomi yang baik adalah yang melibatkan perputaran uang sebanyak mungkin, bukan mengendapkannya.
“Itulah kenapa kami di BUMN punya filosofi selain memberikan kontribusi besar terhadap pemerintah untuk program kepada masyarakat tapi BUMN sendiri harus punya program sediri yang dekat dengan masyarakat,” ujarnya.
Menanggapi cerita Erick Thohir, Sule juga menceritakan pengalamannya bedagang di kawasan Terminal Cicaheum, Bandung. Dia kala itu berjualan jeruk dari bus ke bus.
Dia mengaku salah seorang pembeli pernah melemparkan buah jeruk kepada Sule karena merasa tertipu. Jeruk yang dikira manis, ternyata kecut dan bikin si pembeli marah.
“Saya lempar saja jeruk saya satu karung, saya bilang ‘ibu enak cuma satu, saya sekarung’. Dipikirnya saya nipu, padahal saya juga ketipu,” ujarnya berseloroh.