Bisnis.com, JAKARTA -- Bagi banyak organisasi atau perusahaan, komunikasi strategis menjadi agenda utama untuk merespons secara aktif berbagai isu yang terjadi pada selama masa pandemi Covid-19.
Bahkan, Negara-negara di seluruh Asia Pasifik melakukan berbagai tahapan berbeda dalam menavigasi pandemi, mulai dari masa lockdown atau Stay-at-Home awal hingga transisi bertahap untuk kelangsungan ekonomi. Komunikasi yang gesit, strategis dan tangguh tetap konstan dibutuhkan dalam setiap fase tersebut.
Setelah melakukan survei mendalam terhadap para profesional komunikasi di lebih dari 21 industri dan 14 negara selama 2 bulan terakhir, Isentia dan IABC merangkum hasil penemuan tersebut ke dalam empat pilar utama yang akan membentuk profesi komunikasi di dunia pasca-pandemi:
1. Strategi Akan Menjadi Fokus Utama
Berdasarkan hasil survei, 24 persen profesional di bidang komunikasi menyatakan bahwa mereka berencana untuk meninjau kanal komunikasi mereka dan memfokuskan upaya pada owned-media, sementara 17 persen akan memikirkan ulang pesan pemasaran mereka.
Para Comms professional ini juga akan meninjau ulang pendekatan mereka terhadap strategi, dengan berfokus pada prioritas baru seperti, keterlibatan karyawan dan reputasi brand. Dalam jangka 12 bulan ke depan, para profesional juga bertekad untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara komunikasi internal dan eksternal untuk kolaborasi yang lebih efektif di berbagai fungsi; 25 persen Comms professional akan lebih bekerja sama dengan tim Strategi untuk tugas-tugas terkait, seperti Desain & Kreatif (17 persen), Media Sosial (15 persen), dan Humas (14 persen).
2. Mengelola dan Meningkatkan Reputasi Brand Akan Menjadi Prioritas Utama
Ketika ditanya mengenai prioritas utama komunikasi selama 12 bulan ke depan, responden mengindikasikan perlunya branding yang konsisten dan dapat bertahan seiring waktu dan di tengah krisis.
Dengan demikian, reputasi brand adalah fokus utama untuk komunikator profesional (14 persen), didukung oleh keterlibatan karyawan (10 persen), leadership communication (10 persen) dan strategi konten (12 persen) yang semuanya memiliki korelasi langsung untuk meningkatkan reputasi perusahaan secara keseluruhan.
3. Menemukan Konsensus Data yang Tepat dalam Pengambilan Keputusan Akan Menghadirkan Peluang Baru
Jelas bahwa ada keinginan untuk penelitian dan data yang kuat demi mendukung strategi komunikasi, tetapi hanya sedikit konsensus tentang jenis data apa yang paling efektif. Pengukuran atau measurement di dunia pasca-pandemi ini akan menjadi sangat penting. Dengan meningkatnya tuntutan untuk menghasilkan ROI (return-of-investment) yang tinggi, tim komunikasi akan sangat bergantung pada data and measurement tools untuk pandangan holistik dan dimensional terhadap survei stakeholder (15 persen), keterlibatan karyawan (11 persen) dan analisis reputasi (9 persen) . Studi Comms Agenda 2021 mengungkapkan metrik survei sebagai titik data utama untuk menginformasikan strategi komunikasi selama 12 bulan ke depan.
4. Memanfaatkan Teknologi Untuk Memperkuat Hubungan Antara Perusahaan-Karyawan
Comms professional akan beralih pada teknologi untuk membuat dampak yang lebih besar terhadap kelangsungan organisasi mereka selama 12 bulan ke depan, dengan 15 persen ingin berfokus pada karyawan dan 13 persen pada pelanggan. Tim komunikasi juga akan mengadopsi lebih banyak alat teknologi dan otomasi untuk meningkatkan komunikasi brand mereka (12 persen) dan strategi manajemen krisis (12 persen).
Prashant Saxena, Head of Insights Asia dari Isentia mengatakan, bahwa para profesional di bidang komunikasi akan kembali ke drawing board. Mereka meninjau pesan mereka dan paduan kanal untuk audiens eksternal dan internal. Fokus mereka adalah pada strategi konten dengan reputasi perusahaan yang positif sebagai pusatnya.
Sehubungan dengan pandangan ini, kemunculan brand dengan prinsip Glass Box yang cenderung sangat transparan akan menjadi sangat penting dalam komunikasi. Brand-brand yang menganut prinsip ini, seperti AirBnB dan Grab, mengaburkan batas antara audiens internal dan eksternal, serta menulis ulang buku pedoman mereka mengenai komunikasi otentik. Agency komunikasi dan perusahaan khusus measurement menjadi faktor pendukung utama inisiatif tersebut.
“Melalui Comms Agenda 21, kami berharap dapat memberikan data terkait, wawasan, dan inspirasi kepada para komunikator terkait kesiapsiagaan menghadapi pandemi dan strategi komunikasi responsive,” ujarnya, dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (28/7/2020).
Sementara itu, Kristy Christie dari IABC menambahkan bahwa saat ini organisasi belum keluar dari kebiasaan lamanya dalam menavigasi pandemi dan beradaptasi dengan tahapan yang berbeda di setiap kota.
Selama 12 bulan ke depan, Comms professional akan terus memainkan peran utama dalam membantu mengatasi hal ini. Namun, penting untuk mengingat penasehat terpercaya memimpin alih-alih mengikuti.
“Kita harus proaktif dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi risiko, tetap mengikuti tren yang berkembang, memantau titik-titik sulit yang potensial dan kemudian menggunakannya untuk menginformasikan proses pengambilan keputusan dan solusi yang dapat diajukan kepada eksekutif,” ujarya.