Bisnis.com, JAKARTA -- Dalam tahun yang menantang di tengah pandemi global yang menguji hampir setiap aspek kehidupan, kepemimpinan adalah salah satu aspek yang menentukan keberlangsungan bisnis.
25 pemimpin bisnis dalam daftar Power Businesswomen Forbes Asia 2020 telah menjawab tantangan itu dan menunjukkan keberanian mereka di masa-masa sulit ini.
Daftar Forbes tahun ini mewakili berbagai industri — dari bioteknologi, fintech dan edtech hingga sektor yang lebih tradisional seperti ritel, logistik, dan hukum.
Masing-masing memiliki rekam jejak keberhasilan, baik menjalankan perusahaan dengan pendapatan yang cukup besar atau mendirikan perusahaan rintisan senilai lebih dari US$1 miliar.
Kesamaan yang dimiliki para wanita ini adalah kepemimpinan yang tangguh dan visi untuk beradaptasi dengan normal baru dan melihat peluang di mana orang lain melihatnya sebagai tantangan.
Daftar tahun ini seluruhnya terdiri dari pendatang baru, dan karenanya memperluas jaringan pemimpin bisnis wanita kami yang membentuk lingkungan bisnis di kawasan Asia-Pasifik.
Berikut di antaranya, seperti dikutip melalui Forbes:
Melanie Perkins, Cofounder and CEO, Canva
Parker, 33 tahun, menjadi salah satu pendiri Canva saat masih menjadi mahasiswa di University of Western Australia. Sejak itu, perusahaan perangkat lunak desain grafis telah mengumpulkan dana lebih dari US$300 juta, dengan putaran terakhir (US$60 juta) pada bulan Juni senilai US$6 miliar.
Canva telah menjadi perusahaan rintisan yang menguntungkan pada pertengahan 2017 dan bersaing dengan perusahaan seperti Adobe. Kini tersedia dalam lebih dari 100 bahasa, Canva memiliki lebih dari 700 karyawan dan lebih dari 30 juta pengguna aktif bulanan di 190 negara.
Lucy Yueting Lie, Cofounder and President, Airwallex
Pengusaha teknologi lain dalam daftar ini adalah Lucy Yueting Liu, 29 tahun, yang ikut mendirikan Airwallex, sebuah startup fintech senilai hampir US$1,9 miliar. Airwallex telah menarik US$362 juta dalam pendanaan, termasuk US$160 juta pada bulan April.
Airwallex membantu pelanggan melakukan transaksi lintas batas mata uang lebih murah daripada bank. Berkantor pusat di Hong Kong, memiliki 440 staf di kantor-kantor di 10 kota mulai dari Bangalore hingga Tokyo.