Bisnis.com, JAKARTA -- Pierre Cardin yang menjungkirbalikkan dunia mode pada tahun 1960-an dan 1970-an dengan penampilan futuristik dan pendekatannya terhadap barang merchandise, meninggal dunia pada usia 98 tahun.
Cardin terkenal karena desainnya yang berani dan bergaya ruang angkasa di akhir 1950-an.
Dilansir melalui Guardian, perancang berdarah Italia itu memiliki pamor elit di kalangan haute couture Paris.
Pada 1960-an, Cardin kerap mendandani tokoh-tokoh terkenal seperti Elizabeth Taylor, Brigitte Bardot dan The Beatles, dengan jaket setelan tanpa kerahnya menjadi standar baru untuk generasi yang masih mengenakan jas ayah mereka.
Namun dalam karier yang bertahan lebih dari tiga perempat abad itu, naluri bisnis Cardin yang cerdiklah yang mengangkatnya menjadi brand terkenal.
Pierre Cardin 'mengeksploitasi' namanya sendiri dengan melisensikan dan membubuhkannya, seringkali hanya inisial, pada barang sehari-sehari seperti pulpen, jam, celana panjang, sepatu, hingga hotel parfum dan restoran.
Di samping pekerjaannya sebagai perancang, dia menjadi pelopor brand fesyen, membawa dunia mode kelas atas yang tidak dapat diakses kepada massa yang lebih luas dan memberikannya gelar tidak resmi ' Napoleon of licencers."
"Mereka bilang pret-a-porter [pakaian siap pakai] akan membunuh nama/brand Anda, tapi itu menyelamatkan saya," katanya suatu kali. Dia menjual barang bermerek Pierre Cardin di lebih dari 140 negara di lima benua.
Tampaknya Cardin belajar menjadi penjahit pada usia 17 tahun yang bekerja bersama Palang Merah.
Pindah ke Paris, dia mengerjakan set film Beauty and the Beast dengan penyair, artis, dan sutradara Jean Cocteau pada tahun 1947. Cocteau memperkenalkannya pada Christian Dior, dan pada tahun 1950 dia telah mendirikan labelnya sendiri.
Dia kemudian membuka butiknya sendiri, Eve, di Rue Faubourg Saint-Honoré dan menciptakan gaun gelembung tahun 1954 - ketat di pinggang, longgar di paha dan sempit di tepinya, dan terkenal dipakai oleh Eva Perón.
Pada tahun 1959, dalam karir pertamanya sebagai seorang desainer Prancis, dia merilis pakaian siap pakai untuk wanita di department store Printemps, mengejutkan perusahaan mode Paris, yang berupaya menjauhkan konsumen sehari-hari atau orang biasa dari high fashion.
Menurut BBC, dia dikeluarkan dari perkumpulan perancang busana Prancis. Setahun kemudian, tak gentar, dia merilis pakaian pria siap pakai pertamanya, koleksi mutakhir yang mencakup jaket tanpa kerah gaya Nehru.
Ketertarikan Cardin pada futurisme dan program luar angkasa Apollo membuatnya menempatkan model dalam pakaian rajut dan helm luar angkasa, serta model pria dan wanita dalam tunik avant garde (juga menjadi preseden untuk mode uniseks).
Pada tahun 1969, dengan karirnya yang berada di puncak, NASA menugaskannya untuk membuat pakaian antariksa. “Gaun yang saya sukai adalah yang saya ciptakan untuk kehidupan yang belum ada,” kata Cardin saat itu.
Pada 1979, Cardin menjadi perancang Prancis pertama yang berdagang dengan China, dan pada 1983, dia menjadi orang pertama yang berdagang di Uni Soviet.
Dia juga desainer pertama yang mengadakan peragaan busana di Lapangan Merah, Moskow, menarik 200.000 penonton pada tahun 1991.
Dalam sebuah pernyataan kepada pers, keluarga Cardin memuji ambisi gigih dan keberanian yang telah dia tunjukkan sepanjang hidupnya, serta kontribusinya sejak awal dalam arus globalisasi.
Pada tahun 2000-an, merek Pierre Cardin telah kehilangan sebagian kilaunya, dan pada tahun 2011 dia menjual label fesyennya seharga 1 miliar euro, meskipun gagal menemukan pembeli.
Namun Cardin masih dianggap sebagai pelopor dalam dunia futurisme, fashion, dan merchandise yang menguntungkan.
Seperti yang dia katakan kepada New York Times pada tahun 1987: “Saya terlahir sebagai artis, tetapi saya adalah seorang pengusaha”.