Bisnis.com, JAKARTA - Alwaleed Bin Talal, salah satu anggota Kerajaan Arab Saudi yang dijuluki Warren Buffet dari negara itu. Sebabnya, sebagaimana Buffet, pria bergelar pangeran itu memperoleh kekayaannya dari investasi yang cerdik.
Menurut Bloomberg Billionaires Index, Kamis (8/4/2021), Alwaleed menduduki peringkat 113 orang paling tajir di dunia dengan kekayaan US$17,1 miliar. Sepanjang tahun ini kekayaannya telah tumbuh US$830 juta atau 5,1 persen.
Alwaleed merupakan pendiri Kingdom Holding, konglomerasi yang terdiri atas hotek, real estat, dan ekuitas. Holding yang berbasis di Riyadh itu secara publik memiliki investasi di Citigorup, Snap, Lyft dan Twitter. Dia juga mengontrol 98 persen saham Rotana, penyedia layanan media dan hiburan di Timut Tengah.
Diwartakan Investopedia, setelah lulus dari perguruan tinggi, Alwaleed meminjam US$330.000 dari ayahnya untuk memulai perusahaan investasi dan bisnis lainnya. Malangnya, dia kehilangan semua uang itu dalam empat tahun.
Namun kini, lebih dari 35 tahun sejak memulai karir di bidang bisnis, Alwaleed telah menjadi salah satu investor paling kaya dan sukses di dunia.
Kingdom Holding yang dia dirikan pada 1980 memiliki kapitalisasi padar hampir US$6,4 miliar per Mei 2020. Saham mayoritas Alwaleed di perusahaan tersebut menyokong kekayaan bersih pribadinya lebih dari US$18,7 miliar pada akhir 2017.
Alwaleed menggunakan Kingdom Holding sebagai sarana untuk memiliki portofolio bisnis internasional yang beragam yang beroperasi di banyak sektor termasuk perbankan, real estat, dan perawatan kesehatan. Investasinya yang paling terkenal termasuk saham yang cukup besar di Four Seasons Hotel Ltd., Citigroup Inc. dan Euro Disney.
Perjalanan Alwaleed menuju kekayaan tak lepas dari darah biru keluarganya. Lahir pada 1955, dia otomatis terdaftar sebagai anggota House of Saud, keluarga Kerajaan Arab Saudi yang kaya.
Dia adalah cucu raja pertama Arab Saudi, Raja Ibn Saud, dan keponakan Raja yang berkuasa saat ini, Abdullah Saud. Selain itu, ayah Alwaleed, Pangeran Talal, pernah menjadi menteri keuangan Arab Saudi sementara ibunya, Putri Mona Al Solh, adalah putri dari Perdana Menteri pertama Lebanon.
Merantau ke Negeri Paman Sam
Pada usia 20 tahun, Alwaleed meninggalkan Timur Tengah untuk belajar administrasi bisnis di Amerika Serikat. Dia lulus dengan gelar sarjana dari California's Menlo College pada 1979, sebelum menerima gelar master dalam ilmu sosial pada tahun 1985 dari Universitas Syracuse New York.
Setelah menyelesaikan program sarjana di Amerika Serikat, Alwaleed pulang ke Arab Saudi untuk memulai karir di bidang bisnis. Pada saat itu, negara sedang mengalami ledakan ekonomi.
Saat itu, Arab Saudi mewajibkan perusahaan asing yang berminat beroperasi di negara tersebut untuk memiliki mitra dan perwakilan yang merupakan warga kerajaan. Hal ini menciptakan peluang yang menggiurkan bagi para pengusaha lokal yang ingin mendapatkan keuntungan dari banyaknya penanaman modal asing (FDI) yang terjadi di dalam negeri.
Akibatnya, banyak orang, termasuk Alwaleed, menjadi perwakilan lokal untuk perusahaan internasional dan kemudian menagih komisi kepada perusahaan-perusahaan ini atas setiap kesepakatan yang mereka lakukan di Arab Saudi. Komisi ini berkisar dari 5 persen sampai sebanyak 30 persen dari sebuah transaksi.
Selama pertengahan 1980-an, Alwaleed mulai mendiversifikasi portofolio investasi Kingdom Holdings. Salah satu investasinya yang pertama dan paling terkenal adalah 7 persen saham ekuitas yang perlahan-lahan diperolehnya di United Saudi Commercial Bank, sebuah bank lokal yang diperdagangkan secara publik yang berada di ambang kehancuran.
Pada 1990-an Alwaleed mulai mendapatkan perhatian di dunia bisnis dan keuangan Barat. Dia membeli 4,9 persen saham Citigroup yang saat itu sedang mengalami banyak masalah seharga US$207 juta. Nilai investasi Citigroup-nya telah melonjak, dan itu tetap menjadi bagian inti dari portofolio Kingdom Holdings hingga kini.
Sejak saat itulah, sang Warren Buffet dari Arab Saudi menuai banyak keuntungan dari investasi lain di berbagai perusahaan, termasuk Twitter, dimana dia adalah salah satu investor awal perusahaan sebelum go public, dan News Corporation, konglomerat raksasa yang memiliki Wall Street Journal dan Penerbit HarperCollins.