Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Segini Rata-rata Usia Pensiun Para Taipan Terkaya Dunia

Sederet miliarder belum pensiun di usia senja, Bloomberg mencatat rata-rata miliarder dunia pensiun di usia 63 tahun.
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Bapak investasi dunia, Warren Buffett akhirnya memutukan untuk mundur dari perusahaan miliknya, Berkshire Hathaway, di usia 94 tahun. 

Tak hanya Buffett, sederet miliarder dunia juga nampak begitu sulit untuk melepas pekerjaannya dan posisinya hingga usia di atas 80 tahun. 

Bernard Arnault misalnya, CEO grup barang mewah Prancis LVMH itu masuk bekerja enam hari seminggu, mengunjungi beberapa toko setiap Sabtu, baik tokonya sendiri maupun toko pesaingnya. 

Pria berusia 76 tahun itu masih rajin memeriksa bagaimana Louis Vuitton menata tas tangannya, apakah kursi di Dior serasi dengan karpet, dan sepatu apa yang dikenakan pramuniaga di Tiffany.

Setelah itu, Arnault akan duduk dan mencantumkan semua kekurangan yang dia amati dalam email panjang kepada karyawannya. 

Ada pula Giorgio Armani, yang sudah berusia 91 tahun dan masih belum punya rencana untuk pensiun dari perusahaan fesyen mewah dengan namanya, giorio Armani.  

Padahal, para miliarder yang melepas jabatannya tak selalu kehilangan kekayaannya, dan tak sedikit dari mereka yang bahkan menjadi lebih kaya ketika mengambil langkah mundur. 

Lantas berapa rata-rata usia pensiun para miliarder? 

Menurut Bloomberg pada 2024, usia rata-rata miliarder global untuk pensiun adalah 63 tahun, tapi usia tersebut perlahan bertambah setiap tahun karena orang-orang kaya hidup lebih lama. 

Rincian spesifik menunjukkan bahwa miliarder pria rata-rata berusia 63,7 tahun, sedangkan miliarder wanita rata-rata berusia 62,4 tahun. 

Miliarder wanita cenderung lebih muda karena beberapa dari mereka mewarisi kekayaan mereka atau mendapatkan keuntungan dari  perceraian di usia yang lebih muda.

Menariknya, tidak ada miliarder di bawah usia 30 tahun yang merintis usahanya sendiri. Semua mewarisi kekayaan mereka karena para miliarder semakin tua dan kaya. Hal ini bisa membuat semakin banyak dari mereka yang akan bekerja hingga usia senja.

Meskipun ada orang-orang dengan cukup uang untuk hidup dalam kemewahan selama beberapa generasi tanpa perlu bekerja lagi. Namun, banyak yang masih memilih untuk bekerja, bahkan dengan mengorbankan kesehatan, kehidupan keluarga, dan kekayaan bersih mereka secara keseluruhan. 

Lalu, apa yang menghentikan begitu banyak miliarder untuk pensiun?

Warren Buffett menjadi salah satu contohnya. Meskipun anak-anaknya yang menduduki posisi kepemimpinan di perusahaannya, dia baru siap pensiun di usia 94 tahun. 

Beberapa orang menganggap miliarder hanya terobsesi untuk mengumpulkan lebih banyak kekayaan, tetapi kenyataannya lebih kompleks. 

Di samping para miliarder yang berumur panjang, menurut Unboxify, kebanyakan orang yang hidup saat ini tidak akan pernah bisa pensiun. 

Berikut ini tiga alasan mengapa para miliarder tak bisa pensiun:

1. Terjebak dalam Pekerjaan Seperti Orang Lain

Sebuah studi oleh profesor Chicago Booth menemukan bahwa 69% miliarder dalam daftar Forbes 400 memulai bisnis mereka sendiri. Sisanya, 31%, memperoleh kekayaan mereka dari warisan, investasi yang menguntungkan, atau paket gaji sebagai eksekutif perusahaan papan atas.

Keberhasilan beberapa perusahaan sangat bergantung pada peran beberapa orang penting, sering kali para pendiri yang merupakan miliarder di atas kertas. 

Jika Anda memulai bisnis yang sukses, Anda tidak dapat dengan mudah pensiun kecuali Anda memiliki cara untuk melikuidasi posisi Anda. Pilihannya meliputi:

- Menjual saham Anda melalui akuisisi atau penawaran umum perdana (IPO)

- Menghasilkan arus kas positif yang cukup untuk membayar dividen kepada diri Anda sendiri

- Menggunakan ekuitas Anda di perusahaan sebagai agunan untuk pinjaman pribadi

Semua pilihan ini membutuhkan waktu, sehingga sulit bagi para pendiri untuk menyerah begitu saja.

2. Psikologi Kekayaan

Pendiri perusahaan yang menolak tawaran akuisisi senilai puluhan atau ratusan juta dolar, yang merupakan jumlah yang mengubah hidup hampir semua orang, melakukannya karena mereka percaya pada perusahaan mereka atau kecanduan melihat kekayaan mereka tumbuh.

Ada Tom dari MySpace misalnya, yang menjual situs tersebut seharga US$580 juta dan sekarang menjalani kehidupan yang santai setelah pensiun. Sebaliknya, Mark Zuckerberg memilih untuk tetap bersama Facebook, mungkin didorong oleh keinginan untuk mendapatkan lebih banyak kekayaan atau kekuasaan dan gaya hidup yang menyertai menjadi seorang eksekutif puncak.

3. Daya Tarik Peran CEO

Menurut Harvard Business Review, CEO rata-rata bekerja sekitar 62,5 jam per minggu, hanya sedikit lebih banyak dari rata-rata karyawan bergaji tetap yang bekerja lembur tanpa dibayar. 

Namun, pekerjaan CEO tidak terlalu monoton, melibatkan keputusan strategis yang besar dan penampilan yang menonjol.

Peran yang bergaji tinggi dan fleksibel yang menawarkan kekuasaan yang signifikan, di mana Anda dapat berbicara dengan para pemimpin dunia dan selebritas, adalah pekerjaan yang sulit untuk dilepaskan, terutama bagi mereka yang terdorong untuk mencapai ketinggian seperti itu sejak awal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper