Bisnis.com, JAKARTA – Keterbatasan infrastruktur dan benturan metode pembelajaran telah mendorong Steven Samudera melahirkan platform edukasi IDE. Solusi pendidikan diyakini akan turut mendukung kemampuan Indonesia bersaing secara global.
Ia mengharapkan di masa sekarang dan masa depan, IDE dapat menjadi solusi bagi dunia pendidikan dengan konsep yang diusung, yaitu ilmu dan kegiatan belajar mengajar tidak lagi terbatas pada ketersediaan ruang kelas, bangku dan buku.
"Akan tetapi [IDE] dapat diakses oleh siapapun yang ingin menimba ilmu, secara digital di manapun dan kapanpun," kata Steven Samudera, CEO PT Infrastruktur Digital Edukasi--pengembang platform edukasi IDE, Senin (10/5/2021).
Dengan aplikasi dari IDE yang lengkap dan dibuat khusus sesuai dengan kebutuhan institusi pendidikan, aplikasi belajar ini mampu memudahkan proses transfer ilmu antara guru dan murid dengan teknologi terdepan, serta memberikan kenyamanan kepada orang tua dengan akses pemantauan secara real time dan akurat.
Selain menjadi CEO IDE, pria kelahiran Delft, Belanda, 18 Mei 1974 tersebut juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mobile Sarana Sentosa, Tbk., serta menjadi komisaris Metro Mobile Indonesia.
Sejak 2015, Steven juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Cashlez Worldwide Indonesia, Tbk. yang sukses membawa Cashlez ke Bursa Efek pada 2019.
Baca Juga
Selain itu, Sarjana Keuangan dan Pemasaran dari Universitas Curtin, Australia, ini lebih dari 20 tahun berpengalaman dalam industri IT, dan memiliki beberapa startup di bidang edukasi dan logistik yang sukses di bawah binaannya.
Meski masa lalunya cukup familiar dengan dunia pendidikan, karena kebetulan sang ayah yang merupakan guru besar di perguruan tinggi negeri dengan sebutan kampus Ganesha, ternyata tidak serta merta membuatnya memiliki cerita manis sepanjang perjalanan pendidikannya dari bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan diakuinya telah menjadi suatu ruang yang memiliki andil besar pada setiap individu penggerak bangsa. Akan tetapi, ada keterbatasan infrastruktur dan benturan metode pembelajaran, seperti, sumber materi belajar yang hanya terpaku pada buku cetak, dan hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki pendanaan memadai.
Berlatar belakang kegagalannya untuk mencintai pendidikan sewaktu kecil, telah mendorongnya memberi perhatian khusus berkecimpung di dunia pendidikan, hingga terlahir gagasan mengembangkan infrastruktur digital edukasi (IDE).
Berdasarkan pengalaman itu pula Steven bersama MobileCom yang merupakan perusahaan penyediaan solusi perangkat keras maupun lunak itu merampungkan visi mereka ke dalam platform edukasi yang dikenal dengan nama IDE, PT Infrastruktur Digital Edukasi.
IDE menyediakan layanan School Information System (SIS) & Learning Management System (LMS) berbasis web dan aplikasi mobile untuk mendukung sistem pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi secara digital dan tentunya akan dapat diakses di mana saja.
Menurutnya, IDE bisa menjadi wadah bagi para siswa untuk lebih mencintai dan akrab dengan sistem pendidikan sehingga kedepannya mereka dapat mengenali dan menggali potensi diri berdasarkan minat dan bakat yang mereka punyai, lalu akan memudahkan mereka dalam mencapai impian dan mencari pekerjaan.
“Lulusan itu banyak sekali, orang yang cari kerja itu juga banyak sekali, kemudian perusahaan yang cari pekerja juga banyak, tapi kenyataannya angka pengangguran tinggi. Karena apa? Pembekalan pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan pekerjaan. Padahal kenapa orang mau sekolah dan jadi orang berpendidikan? Supaya bisa kerja," ujarnya.
Bagi Steven langkahnya merintis jalan karirnya bersama MobileCom, akan menjadi salah satu perusahaan yang akan melakukan initial public offering (IPO).
Dia pun bercita-cita untuk memajukan dunia pendidikan dengan berbekal prinsip, 'not the biggest nor the strongest who will survive, but the one most adaptive to change'.