Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SANG TAIPAN: Forrest Li, Orang Kaya Singapura di Balik Shopee

Forrest Li, yang sudah mengantongi kewarganegaraan Singapura, terdaftar menjadi miliarder peringkat 93 dalam Bloomberg Billionaire Index dengan kekayaan bersih US$20,1 miliar.
Chairman dan CEO Sea Ltd. Forrest Li (tengah) merayakan listing perusahaan teknologi tersebut di New York Stock Exchange (NYSE), AS, Jumat (20/10/2017)./Bloomberg-Michael Nagle
Chairman dan CEO Sea Ltd. Forrest Li (tengah) merayakan listing perusahaan teknologi tersebut di New York Stock Exchange (NYSE), AS, Jumat (20/10/2017)./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Orang kaya baru dari Singapura, Forrest Li, tengah berada di puncak kepemimpinan setelah berhasil membawa Sea Ltd. menjadi perusahaan internet terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan ini juga menjadi induk dari bisnis besar di berbagai sektor seperti Garena, Shopee, dan Sea Money.

Lantas, siapa sebenarnya Forrest Li? 

Li lahir di daratan China, tepatnya di kota pelabuhan Tianjin pada akhir 1970 dengan nama Li Xiaodong. Forbes mencatat nama Forrest dipilihnya setelah menonton Forrest Gump. Dia menempuh studi sarjana teknik di Shanghai Jaotong University. Akibat tidak familiar dengan dialek masyarakat lokal, Li menghabiskan waktu setiap malam hari bermain di warnet hingga dini hari.

Li sempat bekerja untuk Motorola Solutions, Corning Inc., dan Viacom Media Networks. Dia mendapat gelar MBA di Stanford University. Pada saat itulah titik balik Li yang akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha.

Dia memainkan video orasi Steve Jobs setiap hari selama dua bulan, khususnya saat pendiri Apple Inc. itu memberikan pidato pembukaan upacara kelulusan wanita yang akan menjadi kekasihnya pada 2005.

Empat tahun berselang, Chairman dan Group CEO Sea ini mendirikan perusahaan bersama Gang Ye dan David Chen pada 2009. Pada tahun yang sama, Li juga mengembangkan Garena yang sekarang tercatat menjadi pengembang gim online penyelenggara turnamen e-sports dan mengoperasikan permainan populer seperti Free Fire.

Forrest Li, yang sudah mengantongi kewarganegaraan Singapura, terdaftar menjadi miliarder peringkat 93 dalam Bloomberg Billionaire Index dengan kekayaan bersih US$20,1 miliar. Angka tersebut meroket dibandingkan dengan pertengahan tahun lalu yang masih US$5 miliar.

Mayoritas kekayaan Li berasal dari kepemilikan sahamnya di perusahaan internet terbesar di Asia Tenggara, Sea Ltd., yakni sekitar 12 persen, berdasarkan laporan keuangan 2020.

Kesuksesannya makin memuncak setelah mendapat sokongan dan bimbingan dari raksasa teknologi Tencent yang memegang saham sekitar 20 persen. Oleh karenanya, dia mengembangkan bisnisnya ke dagang-el dan sistem pembayaran.

Masa pandemi Covid-19 juga telah berhasil meningkatkan valuasi perusahaan dengan cepat. Li mengatakan pendapatan perusahaannya melonjak 159 persen menjadi US$2,3 miliar pada Agustus 2021.

Shopee bahkan berhasil menyumbang pendapatan hingga US$922,3 juta setelah belanja daring makin booming semenjak pandemi Covid-19 membuat orang gemar belanja online. Kini, Shopee menduduki peringkat pertama pada kategori belanja di antara pengguna Android di Asia Tenggara dan Taiwan.

Adapun, Garena menghasilkan US$781,3 juta seiring dengan populernya Free Fire yang telah diunduh lebih dari 1 miliar kali di Google Play.

Li berhasil membetot sorotan pasar ekuitas global setelah berhasil membawa Sea ke New York Stock Exchange pada Oktober 2017. Saat ini nilai saham Sea sudah naik sampai 20 kali lipat. Ini menjadi awal langkah untuk mengekspansi perusahaan gim dan dagang-el Singapura ke kancah global.

Belum lama ini, perusahaan berhasil mengumpulkan sekitar US$6 miliar dalam penjualan saham AS dan obligasi konversi, menjadikan penawaran ekuitas terbesar yang pernah dilakukan oleh perusahaan Asia Tenggara.

Li didapuk menjadi Dewan Direktur Economic Development Board Singapura dan aktif sebagai Direktur Noneksekutif Independen Shangri-La Asia Limited. Dia juga menjabat sebagai Dewan Pengawas National University of Singapore. Perusahaan Li bahkan menyumbangkan 50 juta dolar Singapura (US$37,1 juta) kepada universitas tersebut untuk pengembangan riset kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper