Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siapa Pemilik Fish & Co, dan Profil Bisnisnya, Bakal Tutup Akhir Tahun 2022

Restoran seafood Fish & Co di Indonesia akan tutup pada 31 Desember 2022 setelah 19 tahun beroperasi, simak siapa pemilik dan profil bisnisnya.
Gerai Fish & Co
Gerai Fish & Co

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah 19 tahun beroperasi di Indonesia, Fish & Co akan tutup permanen pada tanggal 31 Desember 2022 mendatang.

Adapun, pengumuman atas penutupan ini diunggah melalui Instagram Stories yang mengatakan bahwa gerai Fish & Co yang berada di bawah GF Culinary, sebagai pemegang lisensi Fish & Co. di Indonesia akan menghentikan operasinya terhadao puluhan gerai, mulai dari Jakarta, Bekasi, Yogyakarta hingga Bali.

Lantas, seperti apa sebenarnya restoran Fish & Co yang mengusung konsep pengalaman makan unik yang terinspirasi dari nelayan Mediterania? Simak ulasan Bisnis selengkapnya. 

Profil Bisnis Fish & Co

Fish & Co didirikan oleh Ricky Choo dan Lambert Yeo, ketika mereka meninggalkan pekerjaan mereka di Singapore Airlines untuk mengikuti hasrat mereka dalam bisnis makanan pada tahun 1998.

Managing Director for Fish & Co. Hoo Hoe Kiat mengatakan, inspirasi tersebut datang ketika para pendiri Fish & Co berkeliling ke wilayah Mediterania. “Jadi di [wilayah] Mediterania, ketika para nelayan pergi ke laut dan mereka lapar, mereka hanya memakan hasil tangkapan dari kapal, memasaknya di atas wajan di atas api, di atas kapal. Dan mereka langsung menggali dari panci," kata Hoo dilansir dari Asia One, Rabu (21/12/2022).

Selain mengusung konsep pengalaman makan unik yang terinspirasi dari nelayan Mediterania, yakni memakan langsung dari wajan. Fish & Co. juga menyebutkan bahwa mereka menggunakan bahan segar dan alami seperti minyak zaitun dan rempah dari seluruh dunia.

“Jadi kami datang dengan konsep tersebut. Ini pada dasarnya melambangkan makanan laut berkualitas sangat baik, makanan laut segar yang disajikan langsung dari wajan. Dengan memulai toko pertama di Plaza Singapura, menjadikan restoran ini sukses besar,” ungkapnya.

Di Singapura, mereka mamapu melayani lebih dari 20.000 pelanggan dalam seminggu dengan lebih dari 100 kilogram ikan disajikan setiap hari. Produk segar diimpor dari Vietnam, Chile, Indonesia dan China.

Kini, perusahaan asal Singapura tersebut memiliki restoran di 9 negara, seperti Malaysia, Indonesia, Filipina, Kamboja, Uni Emirat Arab, Myanmar, Kuwait sampai ke Bangladesh. Mauritius

Sementara, di Indonesia sendiri outlet atau gerai Fish & Co berdiri di bawah GF Culinary yang merupakan perusahaan food and beverage milik Henky Rusli.

Gerai pertama Fish n Co. berlokasi di Mall Taman Anggrek Jakarta pada 2003. Kemudian pada 2016, mereka mulai mengembangkan bisnis hingga melakukan penggantian suasana. Saat ini, Fish & Co telah membuka total sekitar 20 gerai yang berlokasi di Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bali, Medan, Semarang dan Yogyakarta.

Mengedepankan Sustainable Food

Sebagai restoran makanan laut berkelanjutan dan menjadi restoran pertama yang bersertifikat di NSW, Fish & Co berada di garis depan praktik penangkapan ikan yang etis dan dapat dilacak, sehingga konsumen dapat tahu persis apa yang Anda makan, dari mana asalnya, dan bagaimana cara menangkapnya.

Fish & Co. memang ingin menghentikan praktik tdak etis dan ilegal. Pasalnya, kini penipuan ikan terasa lazim terjadi di seluruh dunia. Banyak brand yang ingin meningkatkan keuntungan, dengan melakukan hal yang merugikan kepada konsumen, dengan cara mengganti beberapa spesies laut, menambahkan terlalu banyak es ke makanan laut untuk menambah berat dan melakukan berbagai cara untuk menghindari pungutan bead an pajak.

Sehingga, sebagai tempat makan, outlet takeaway, dan toko ritel, mereka berkomitmen untuk membangkitkan kesadaran tentang makanan laut yang berkelanjutan dan menceritakan asal muasal hidangan laut yang dipesan oleh konsumen.

Fish & Co selalu berusaha mendefinisikan makanan laut berkelanjutan sebagai makanan laut hasil yang ditangkap dengan dampak minimal terhadap lingkungan laut dan akan tersedia untuk generasi mendatang. Di mana, makanan laut yang disajikan oleh brand ini hanya bersumber dari nelayan dan perikanan yang 100 persen  berkomitmen pada praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan.

Misalnya, terkait penangkan spesies udang, yaitu ‘Banana Prawn’ yang berasal dari Australia, perusahaan ini fokus menangkap dengan menggunakan jaring yang dilengkapi dengan Alat Pengusir Penyu dan Alat Pengurang Tangkapan Sampingan.

Kemudian, spesies Pipi (Donax deltoides) sebuah kerang kecil yang berasal dari Goolwa Pipco di Taman Nasional Coorong Australia Selatan. Proses pemanenannya sangat sederhana, di mana tidak ada penangkapan ikan massal secara mekanis. Tapi, hanya sebuah proses yang dikenal sebagai “tarian pipi”. Di mana, nelayan yang terampil menggoyangkan kaki dan pergelangan kaki mereka di pasir basah garis pantai untuk menggali pipi yang kemudian mengalir ke sapu nelayan saat ombak surut kembali ke laut.

Fish & Co mengakui meski kegiatan impor selalu mendatangkan jejak karbon, namun mereka meminimalkan ini dengan hanya mengangkut melalui laut dan hanya mengambil sumber dari perikanan bersertifikat MSC (Marine Stewardship Council).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper