Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjalanan Bisnis Laksamana Sakti Kembangkan Ekosistem Ritel Ramah Lingkungan 'Siklus'

Kenalan dengan Laksamana Sakti dalam membangun ekosistem ritel ramah lingkungan
Laksamana Sakti/dokumentasi
Laksamana Sakti/dokumentasi

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia tengah menghadapi salah satu tantangan lingkungan yang terbesar, yaitu polusi sampah plastik, hal inilah yang membuat Laksamana Sakti membuat perusahaan e-commerce yang berfokus pada sebuah pengembangan bisnis berkelanjutan. 

Meski masih menjadi pemain baru yang hadir pada dua tahun silam, namun Siklus telah berhasil mengumpulkan US$1,5 juta ke lebih dari 18 ribu konsumen di area Jabodetabek. Bahkan, pada 2022 Siklus juga sukses meraih pendanaan pada tahap awal (seed round) bersama investor, angel investor, dan korporasi ternama. 

Lantas, siapa sebenarnya dari Laksamana Sakti dan seperti apa perjalanan bisnisnya? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya. 

Laksamana Sakti merupakan Co-founder sekaligus Chief Operating Offiner (COO) Siklus, sebuah startup yang menyediakan layanan isi ulang kebutuhan rumah tangga. 

Melansir dari Linkedin, dirinya mendapat gelar sarjana Teknik Sipil di Insitut Teknologi Bandung pada 2015. Lalu, dia pun kembali melanjutkan studi dan menerima gelar Master of Science Earthquake Engineering with Disaster Management alias Teknik Gempa dengan Penanggulangan Bencana pada 2017. 

Menariknya, sebelum mendirikan Siklus, ternyata Alif bekerja sebagai Insiyur Geoteknik dengan melakukan desain lereng untuk jalur kereta api hingga perhitungan kapasitas pondasi, likuifaksi, dan analisis penurunan pipa gas hingga 130 km di Pulau Jawa. 

Lalu, pada 2018 dia pernah menjadi Penasihat Teknis dalam perencanaan dan pemantauan pembangunan bandara yang tahan gempa, tsunami, dan likuifaksi secara efisien. Bahkan, sempat mengembangkan opsi bisnis e-payment untuk perusahaan jalan tol

Alif juga sempat dipercaya sebagai salah satu delegasi Y20 India 2023, Pakar UpLink World Economic Forum, dan Co-Founder RISE-UP, lembaga nirlaba yang berfokus pada penyelesaian masalah pembangunan dengan inovasi berkelanjutan.

Sebagai sosok yang percaya bahwa perubahan yang berdampak bisa diatur dengan menggunakan strategi dan inovasi yang lebih baik, membuat dia memilih jalan karier baru, yaitu dengan mencoba mengubah ekosistem di dunia ritel. 

Bermula dari keresahan soal keterbatasan ekonomi hingga buruknya kualitas hidup bagi masyarakat tinggal di tempat yang dipenuhi sampah plastik, karena harus menghirup asap beracun dari pembakaran plastik dan banyak rumah-rumah terkena banjir akibat luapan air yang tersumbat sampah plastik, membuat Alif mendirikan Siklus. 

“Juni 2020, kami memulai perjalanan ini dengan tim yang terdiri dari dua orang yang bekerja di rumah sederhana dan hanya mengoperasikan satu Gerobak. Kami dulunya adalah tim yang kecil tetapi memiliki mimpi yang besar - untuk menciptakan cara kerja retail yang berbeda dari biasanya,” ungkapnya. 

Hal inilah yang membuat Siklus bisa memiliki misi mengatasi masalah sampah plastik sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa menggunakan kemasan dengan biaya lebih terjangkau hingga 10 persen, di mana penjual mendatangi kawasan rumah yang hanya akan mengisi ulang produk yang dibeli lewat dispenser yang tersedia, sehingga pembeli harus membawa wadah atau botol plastik sendiri. 

 “Sekitar 15 persen dari harga produk adalah biaya kemasan plastik. Ketika produk kebutuhan sehari-hari dijual dalam jumlah yang lebih sedikit, biaya dari kemasan plastik tersebut harus ditanggung oleh pembeli sehingga menyebabkan pembeli membayar lebih besar,” tulis pihaknya dalam situs resmi perusahaan, Kamis (16/2/2023). 

Sejauh ini, perusahaan tersebut sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan produk-produk kebutuhan rumah tangga (FMCG), seperti Nestle, Total, Wings, dan P&G. Bahkan, pada 2022 lalu, Siklus mulai bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk perancangan regulasi dan informasi mengenai model isi ulang bahan kosmetik.

Siklus juga bekerja sama dengan dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan Partnering for Green Growth and the Global Goals 2030 (P4G) untuk membentuk grup Special Interest pertama di Indonesia yang berfokus pada reuse atau penggunaan kembali. Grup ini diciptakan untuk membahas standar dan  kebijakan sustainable yang cocok untuk diadaptasi oleh pelaku ritel Indonesia.

Setelah melakukan riset konsumen, produk, dan harga yang cukup intens, Siklus pada 2023 juga akan memperluas dan melakukan uji coba terhadap model bisnis berkelanjutannya dengan ‘Beyond Refill’, sekaligus mengimplementasikan solusi daur ulang (recycle) dan penggunaan kembali (reuse) dalam bisnis modelnya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper