Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Pilihan Para Taipan Dunia, agar Tetap Tajir Melintir

Agar tetap tajir melintir, berikut jenis investasi yang dilakoni sejumlah taipan dunia.
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Orang-orang terkaya di seluruh dunia menyimpan uangnya atau berinvestasi pada eragam jenis. Mula dari koleksi seni, properti, hingga kripto dan NFT.

Laporan Knight Frank menunjukkan setiap kategori aset menghasilkan banyak persentase dari rata-rata portofolio mereka dengan total penambahan untung hingga 100%.

Berikut jenis investasi yang jadi pilihan para miliarder dan orang terkaya di dunia, untuk mempertahankan asetnya.

1. Ekuitas (26%)

26% orang-orang terkaya di dunia berinvestasi pada ekuitas, atau saham suatu perusahaan. Di Amerika, proporsi itu mencapai sepertiganya.

Pada 2022, Berkshire Hathaway milik Warren Buffet mencetak rekor 68$ miliar saham di pasar gabungan.

2. Properti Komersial (34%)

Secara keseluruhan, properti komersial menghasilkan keuntungan lebih dibandingkan ekuitas, tetapi menurut laporan Knight Frank, investasi properti bisa dibagi menjadi dua.

Yakni investasi langsung dan tidak langsung. Ada 21% investor yang berinvestasi langsung ke properti komersialnya, sedangkan 13% lainnya melalui perwalian real estat.

43% responden dalam survey Knight Frank mengatakan, klien mereka saat ini berinvestasi langsung di properti perkantoran, 35% properti perkantoran yang paling populer adalah layanan kesehatan.

Sementara itu, 57% orang berinvestasi dengan melihat faktor lingkungannya, seperti memiliki sumber energi hijau.

3. Obligasi (17%)

Sejak lama obligasi terkenal sebagai cara investasi paling nyaman. Obligasi secara efektif adalah jenis IOU (surat hutang) yang biasanya diterbitkan oleh pemerintah atau korporasi.

Pemerintah atau korporasi akan membayarkan kembali beserta bunganya saat jatuh tempo ke orang yang berinvestasi.

BlackRock menyarankan untuk para investor saat ini untuk investasi di surat hutang saja, mengingat suku bunga nasional terus naik.

4. Ekuitas swasta atau Modal Ventura (9%)

Ekuitas swasta artinya berinvestasi pada perusahaan yang belum ada di pasar saham. Jika itu modal ventura, itu berarti lebih beresiko, tetapi perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.

Contohnya seperti Peter Thiel, orang yang pertama kali berinvestasi pada Facebook sebesar $500.000 pada tahun 2004. Lalu, setelah 8 tahun kemudian ketika Facebook menjual sahamnya secara terbuka di pasar saham, nilainya naik menjadi $638 juta.

5. Investasi pada Minat (5%)

Investasi minat ini merupakan hal-hal seperti berinvestasi pada seni, mobil, anggur, dan sesuatu yang dapat dibeli untuk kesenangan lainnya.

Pada 2017, lukisan “Salvator Mundi” milik Leonardo da Vinci menjadi lukisan termahal yang pernah terjual dengan harga $450,3 juta.

6. Emas (3%)

Rata-rata orang-orang terkaya di dunia berinvestasi pada emas sebesar 3%. Faktanya, mereka menganggap emas merupakan pembelian teraman setelah properti.

Bahkan ketika pandemi Covid-19 menerpa, nilai emas tetap pada "jalurnya".

Ketika ramai isu peperangan antara Ukraina dan Rusia pun, permintaan negara (Amerika) terhadap emas meningkat hingga 5 kali lipat.

7. Kripto (2%)

Orang-orang terkaya di dunia menganggap kripto sebagai investasi yang paling tidak stabil, tetapi masih merupakan 2% dari portofolio rata-rata.

8. Lainnya (7%)

Knight Frank mencantumkan investasi lainnya, tetapi tidak menentukan apa yang termasuk dalam kategori ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper