Bisnis.com, JAKARTA - Olympic Group merupakan konglomerasi bisnis milik Au Bintoro di bidang furniture yang menguasai banyak produsen furniture di Indonesia.
Sebagai pelopor knock down furniture alias mebel siap rakit sejak 1978, produknya memang menjadi salah satu primadona di masyarakat.
Bahkan, pihaknya terus melakukan diversifikasi produk, mulai dari springbed, hingga kasur busa.
Lantas, seperti apa sosok dari Au Bintoro ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Au Bintoro
Au Bintoro dilahirkan dari keluarga pengusaha minyak kelapa di Riau. Dia mengungkapkan, masa kecilnya di sana cukup singkat. Pasalnya, dia dibawa oleh sang paman pada umur 9 tahun ke Bogor.
“Di Riau dulu enggak ada sekolah. Jadilah, saya diboyong paman ke Bogor untuk masuk SD,” ungkapnya dikutip dari kanal Youtube Hermanto Tanoko, Selasa (21/3/2023).
Baca Juga
Pria kelahiran 1952 itu bercerita, masa sekolahnya sempat tertunda, akibat peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang membuat sejumlah sekolah ditutup.
“Saya SD tiga tahun dan tak lama harus berhenti, karena tahun 1965 kan sekolah tutup. Lalu, sempat sekolah kembali, namun nilai saya turun terus. Jadi, saya hanya lulusan SMP,” ujar anak ketiga dari 13 bersaudara itu.
Putus sekolah bukan berarti putus harapan. Au muda memutuskan bekerja kala usianya menginjak 18 tahun di toko sandal dan sepatu milik sang paman. Kemudian, selang beberapa waktu, saat usianya 21 tahun, dia memutuskan untuk mengundurkan diri.
Sebelum bisa sesukses sekarang, ternyata kenakalan remaja bisa menjadi titik baliknya dalam mengembangkan usaha.
“Biasalah anak muda, waktu itu saya ikut balap-balapan. Eh, terus, kecelakaan, tangan saya patah dan harus stay di rumah sakit selama dua tahun,” cerita Au.
Dari sana, dia mulai berpikir dalam mencari peluang untuk bisa mendapatkan cuan.
Memulai Bisnis Speaker
Lantas, bermodal kegemarannya pada musik, Au yang kala itu berumur 23 tahun nekat memulai bisnis speaker pada 1975.
“Saat itu saya baru saja kawin selama tiga bulan. Tidak ada modal sama sekali. Saat itu, yang nikahkan saya adalah paman saya. Jadilah saya curi kalung kawin istri saya yang seharga Rp350.000,” ungkapnya.
Sosok yang hanya lulusan SMP ini, kemudian memanfaatkan hasil penjualan kalungnya untuk membeli triplek 10 lembar.
Dirinya bercerita, mulai dari proses merangkai box speaker hingga memasarkannya ke pasar, dia lakukan seorang diri. Usahanya terus berkembang. Sampai akhirnya, 1978 dia membuat pabrik sendiri.
Memulai Bisnis Furniture
“Nah, di tahun 1978. Saya mulai merasa industri speaker ini pasarnya akan makin kecil. Ketika saya melamun, tiba-tiba satu truk besar yang sedang mengangkut lemari kayu jati melintas,” ungkapnya.
Saat itu, dia langsung punya keinginan untuk bisa menciptakan suatu produk tandingan yang lebih ringkas, mudah dikirim dan punya harga yang terjangkau.
Pengamatannya inilah yang ternyata berhasil jadi gerbang pembuka kesuksesannya.
"Di sana, saya menggunakan particle board yang dulunya jadi bahan baku box speaker saya. Papannya warna-warni, jadilah saya pasarkan ke anak-anak sekolah. Wah laku sekali,” ungkapnya.
Au kemudian menekuni dengan serius bisnis di bidang furniture ini dan benar-benar meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker pada tahun 1983.
Beberapa tahun kemudian yakni tahun 1986, Au Bintoro berhasil meresmikan perusahaannya yakni PT Cahaya Sakti Multi Intraco yang secara khusus menjadi produsen meja.
Au pun menamai produknya dengan merek Olympic Furniture yang terinspirasi dari Olimpiade Musim Panas 1984.
Olympic Menghadapi Krisis
Sayangnya, Olympic Grup sempat mendapat goncangan hebat saat krisis di tahun 1997-1998. Akibat hal itu, Au terpaksa menjual separuh lahan beserta gedung di daerah Sentul, Jawa Barat yang awalnya direncanakan sebagai pusat produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.
Namun, krisis itu membuat Au mendapat ide untuk bekerja sama dengan ritel besar seperti Carrefour dan Giant untuk bisa memasarkan produknya.
Setelah bangkit dari keterpurukan, Au Bintoro juga berhasil menjadi peritel furniture pertama di Indonesia setelah bekerjasama dengan perusahan furniture asal Jerman, Garant Mobel International mendirikan Garant Mobel Indonesia (GMI).
GMI bertindak sebagai pemberi hak waralaba yang menghubungkan pemasok dan para peritel mebel merek Garant asal Jerman, dan merek kelas atas milik Olympic Group.
Kini, Olympic Group telah memiliki 5 anak perusahaan yakni Olympic Furniture, Solid Furnitur, Albatros, Procella, Olympia, dan Jaliteng.
Konglomerasi bisnis ini juga nyatanya telah diteruskan oleh sang putri, Imelda Fransisca yang juga diketahui merupakan mantan Miss Indonesia 2005.
“Sekarang saya serahkan bisnis properti ke dirinya. Dulu pabrik Olympic, sekarang sudah saya jadikan perumahan,” jelasnya.