Bisnis.com, JAKARTA - Sambal Bu Rudy memang sudah menjadi salah satu produk kuliner yang terkenal di Surabaya dan bahkan di seluruh Indonesia.
Nama Lanny Siswandi atau Bu Rudy memang sangat identik dengan sambal yang begitu lezat dan menjadi favorit banyak orang, termasuk beberapa presiden Indonesia.
Sejak kecil, wanita yang lahir di Madiun pada 1953 itu sudah dihadapkan oleh pilihan yang sulit.
“1965 itu kan kondisi kota tersebut sangat kacau, di sana saya mulai mencari cara bagaimana kita bisa mendapat sesuap nasi untuk kedua orang tua dan dua adik,” ungkapnya dilansir dari Youtube Hermanto Tanoko, Selasa (11/4/2023).
Sebagai seorang anak sulung, dia menceritakan kala itu kondisi keuangan keluarganya yang sulit, sehingga membuatnya hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga SD.
Pada usia 11 tahun pun dia sudah memikirkan orangtuanya dan berusaha mencari pekerjaan yang dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca Juga
Jiwa bisnis Bu Rudy memang sudah terlatih sejak usia muda. Sebelum menciptakan sambal yang melegenda, ternyata sudah mencoba berbagai usaha seperti menjual dawet dan pecel di sekolahnya.
Meskipun tidak pernah belajar memasak secara formal, Bu Rudy belajar secara otodidak dengan melihat tetangga sekitar yang pandai memasak.
“Bukan orang tua yang ajari saya masak. Saya benar-benar otodidak. Kalau di Jawa kan ada namanya tradisi rewang, nah saat tetangga punya hajat atau acara besar ya saya membantu, dari sana saya tahu caranya memasak,” ungkapnya.
Sayangnya, pada tahun 1960, ayah Bu Rudy meninggal dunia saat Bu Rudy masih berusia 13 tahun.
Selang beberapa waktu usai kepergian sang Ayah, membuat Bu Rudy memutuskan untuk pindah ke Surabaya dan bekerja selama 10 tahun demi terus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Segala profesi dirinya jalani, mulai dari menjadi asisten rumah tangga, berjualan di pabrik sepatu hingga menjadi karyawan toko barang pecah belah.
“Saya merantau ikut saudara saat berusia 17 tahun. Saya merasa kalau saya di Madiun terus enggak berkembang,” ceritanya.
Singkat cerita, Bu Rudy pun bertemu dengan sang suami di tempat kerja. Setelah menikah, mereka bersama sepakat untuk memulai bisnis sepatu. Tragisnya, toko sepatu yang dijalankan Bu Rudy bersama sang suami sempat mengalami hambatan, karena pasar tempat bisnis mereka mengalami kebakaran.
“Jadi habis kebakaran itu, Pasar Turi jadi sepi, saya kan ada beberapa toko. Nah, saya jadinya jualin sebagian. Banyak orang yang bilang tokonya jangan ditutup semua. Jadi, yasudah saya tetap buka dan saya coba jual nasi pecel di depan toko,” kata wanita bernama Lanny itu.
Akhirnya, Bu Rudy pun mencoba peruntungan di bidang kuliner dengan menjual nasi pecel. Awalnya, dia hanya iseng-iseng menjual nasi pecel sebagai usaha sampingan, namun ternyata usaha nasi pecel tersebut sukses.
Keberhasilan menjual nasi pecel ini kemudian menjadi gerbang pembuka bagi Bu Rudy untuk mengembangkan bisnis sambalnya.
“Setelah peristiwa kebakaran di toko sepatu saya, Pasar Turi. Di situ saya mulai tekuni bisnis makanan. Lalu, saya pernah kasih hidangan sambal, di situ orang-orang suka,” ujarnya.
Dengan modal yang sudah dikumpulkan, akhirnya dia mencoba menyewa tempat di bilangan Dharmahusada, Surabaya yang kini menjadi pusat gerai sambal Bu Rudy pada 2007.
Terbukti hasil masakannya disukai banyak orang. Bahkan, popularitas bisnis yang tinggi membuat Sambal Bu Rudy kini paling dicari oleh para konsumennya
Saat ini Depot Bu Rudy pun telah memiliki enam cabang yang berada di Surabaya dan Gresik. Dia pun mengatakan, bisnisnya telah diwariskan dan diteruskan pada ketiga anak laki-laki dan satu anak perempuannya.