Bisnis.com, JAKARTA - Bayu Anggara, telah menorehkan namanya sebagai salah satu pengusaha muda yang masuk ke jajaran Forbes 30 Under 30 Asia 2023.
Pria berusia 28 tahun ini yang sekaligus menjadi pendiri dan CEO FishLog ini membawahi platform inovatif yang menghubungkan pemangku kepentingan dalam industri perikanan seperti gudang, nelayan, dan pembeli.
Keberhasilan Bayu Anggara dalam mengumpulkan pendanaan modal ventura dengan total sebesar US$1,6 miliar atau setara dengan Rp23,9 triliun menunjukkan kepercayaan investor terhadap visi dan potensi bisnis FishLog.
Bahkan, saat ini dengan sosoknya saat ini kian menegaskan bahwa dia adalah pemimpin muda yang berpengaruh di kawasan Asia Pasifik.
Dia mengakui tidak memiliki gambaran jelas mengenai dunia bisnis karena tidak ada keluarganya yang menjadi seorang pengusaha. Namun, hal itu bukan menutup kesempatannya untuk bisa berwirausaha mandiri.
Di mana, menjelang akhir tahun kuliah, pada semester 6, 7, dan 8, Bayu dan temannya membuka jasa desain kaos di sebuah creative agency. Saat kuliah pun Bayu telah mencoba-coba berbagai usaha, seperti menjual sosis dan bakso.
“Sampai akhirnya pada 2018, kan saya lulus 2017 ya. Nah di sana dengan tim yang sama kami berencana menciptakan suatu inovasi bisnis,” katanya.
Perjalanan Bisnis FishLog
Bisnis FishLog dimulai pada 2018, ketika Bayu Anggara dan rekannya, Muhammad Reza Fahlepi, yang juga merupakan alumni Teknologi Hasil Perairan IPB, memutuskan untuk mendirikan perusahaan tersebut.
Misi yang dibawa Bayu bersama rekannya kemudian berkembang menjadi bisnis yang fokus pada bagian hulu pasokan atau middle chain dalam industri perikanan.
Mereka ingin mendigitalisasi titik distribusi sehingga meningkatkan efisiensi dan utilitas dalam rantai pasok.
“Saya memiliki ikatan emosional dengan industri perikanan dan pernah bekerja dalam proyek dengan seorang dosen untuk meningkatkan standar ekspor produk perikanan,” ujarnya dikutip dari kanal Youtube Fishlog, Jumat (26/5/2023).
Dirinya bercerita, ide ini juga didapatkannya saat Bayu bekerja dengan salah satu mentor di bidang akuakultur di Bogor dan terlibat dalam distribusi ikan hidup di area Jabodetabek.
Pengalaman ini membuka matanya terhadap potensi kerjasama dengan startup di bidang pertanian dan membuatnya melihat peluang dalam membangun industri perikanan.
Apalagi, saat perjalanannya kala keliling wilayah Indonesia, dari Sumatra, Medan, Banyuwangi, hingga Makassar, kian membuka matanya soal potensi besar yang belum dimaksimalkan dan ketidakefisienan produktivitas dalam industri perikanan.
Terinspirasi dari Bulog
Inspirasi utama pendirian FishLog berasal dari Badan Urusan Logistik (Bulog), perusahaan logistik milik pemerintah yang memiliki pangsa pasar sebesar 20-30 persen di Indonesia.
Bayu terinspirasi oleh peran Bulog dalam menjaga stabilitas harga pangan di negara ini. Ketika ada panen melimpah dan harga turun, Bulog memiliki mandat untuk membeli beras petani agar harga tetap stabil.
Sebaliknya, ketika musim krisis pangan, Bulog berperan dalam mendistribusikan bahan pangan agar tetap tersedia.
Bayu melihat bahwa konsep stabilitas ini juga dapat diterapkan dalam industri perikanan yang mengalami fluktuasi harga berdasarkan musim.
Misalnya, ketika suatu daerah memiliki produksi ikan yang melimpah, harga ikan turun drastis, tetapi saat paceklik, harga ikan melambung tinggi. FishLog ingin menjaga stabilitas harga dan mengurangi ketidakefisienan dalam rantai pasok ikan.
Bisnis yang memberi manfaat ini kian berkembang pesat. Saat ini, mereka mengembangkan Fishlog supply chain dan telah mendistirbusikan lebih dari 900 ton ikan secara kontinyu ke lebih dari 200 mitra pengolah ikan di 10 kota dan kabupaten di Indonesia.
Sejak 2020, FishLog pun telah mendorong peningkatan pasokan gudang pendingin, pengolahan ikan, dan distribusi perikanan di Indonesia untuk terus dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan ikan di kancah yang lebih luas lagi.